Palangkaraya Siapkan 300 Petugas untuk Patroli dan Tangani Kebakaran Lahan
Pemerintah Kota Palangkaraya terus bersiap-siap hadapi kejadian kebakaran hutan dan lahan. Ratusan petugas disiapkan di tengah meningkatnya intensitas kejadian kebakaran.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Palangkaraya menyiapkan 300 personel dari sejumlah instansi untuk mengatasi dan mencegah kebakaran lahan. Hal itu dilakukan mengingat Palangkaraya dan sebagian besar wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah bakal menghadapi kemarau panjang.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah menetapkan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) selama lebih kurang enam bulan. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti kejadian kebakaran yang sampai saat ini tercatat terjadi 112 kejadian karhutla dengan luas lahan terbakar seluas 204,7 hektar.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani menjelaskan, di Kota Palangkaraya selama Mei telah terjadi sembilan kejadian kebakaran lahan yang semuanya diduga sengaja dibakar. Sembilan kejadian itu tersebar di lima kelurahan di Kota Palangkaraya.
Menurut Emi, sembilan kejadian kebakaran tersebut merupakan upaya untuk membersihkan lahan untuk kegiatan perkebunan, pembangunan rumah, dan lainnya. Meskipun demikian, pihaknya belum melakukan penyelidikan mendalam, tetapi bisa dipastikan sembilan kejadian itu bisa ditangani dengan baik.
”Mengingat cuaca yang begitu panas, tentunya api lebih cepat membesar dan merambat ke wilayah lain karena tidak dijaga. Tim langsung ke lapangan dan memadamkan api,” kata Emi di Palangkaraya, Senin (29/5/2023).
Kota Palangkaraya, lanjut Emi, menjadi salah satu kota dengan suhu udara paling panas di Indonesia dengan tingkat puncak suhu udara permukaan mencapai 35,6 derajat celsius dan bisa terus meningkat. Hal itu bisa memicu kebakaran menjadi lebih luas dan besar.
Emi mengungkapkan, pihaknya sudah menetapkan siaga darurat kebakaran lahan sejak 8 Mei 2023 hingga 5 Agustus 2023. Durasi waktu bisa diperpanjang tergantung situasi yang dihadapi nanti. ”Bisa ditingkatkan juga statusnya menjadi tanggap darurat sewaktu-waktu ke depan,” ujarnya.
Melihat hal itu, kata Emi, pihaknya telah menyiapkan setidaknya 300 personel gabungan dari berbagai instansi untuk mengantisipasi kejadian tersebut. Tim tersebut berasal dari BPBD, Manggala Agni, TNI, Polri, dan petugas pemadam kebakaran swadaya masyarakat. Selain itu, beberapa lembaga non-pemerintahan juga telah mengaktifkan kembali kelompok-kelompok peduli api untuk ikut membantu memantau dan menangani kebakaran.
”Anggota tim ini terus bergerak melakukan patroli, pengawasan, dan pemantauan ke titik-titik rawan karhutla yang bisa terjadi kapan saja,” kata Emi.
Selain penanganan kebakaran, lanjut Emi, pihaknya juga gencar melakukan sosialisasi ke daerah-daerah rawan kebakaran dan memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat Kota Palangkaraya untuk waspada. Pemerintah juga meminta masyarakat untuk berhati-hati dalam beraktivitas khususnya yang berkaitan dengan api.
”Kami juga memeriksa dan melihat kembali sarana dan prasarana antisipasi kebakaran hutan dan lahan. Tentunya, kami tidak ingin kejadian karhutla seperti di tahun 2015 dan tahun 2019 terulang lagi,” ujar Emi.
Tentunya, kami tidak ingin kejadian karhutla seperti di tahun 2015 dan tahun 2019 terulang lagi.
Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan, sejak 1 Januari 2023 sampai 26 Mei 2023 terjadi 112 kejadian karhutla dengan luas lahan terbakar 204,7 hektar. BPBPK Kalteng juga mencatat setidaknya terdapat 827 titik panas. Sementara itu, dalam sepekan terakhir terdapat 13 kejadian kebakaran dengan luas lahan terbakar mencapai 5,07 hektar atau serupa dengan lima kali ukuran lapangan sepak bola.
Kepala Bidang Kedaruratan BPBPK Kalteng Alpius Patanan mengungkapkan, status siaga diberlakukan selama lebih kurang enam bulan lantaran adanya prediksi BMKG terkait kemarau panjang di sebagian besar wilayah Kalteng. ”Tak hanya Kalteng, beberapa daerah di Kalimantan juga menetapkan status serupa dengan durasi agak lama untuk antisipasi bencana tidak terulang,” katanya.
Sebelumnya, prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya Lian Adriani mengungkapkan, dalam dua bulan terakhir terjadi kenaikan suhu udara permukaan di Kota Palangkaraya dan beberapa wilayah lain di Kalteng. Kenaikan suhu itu berkisar dari 33 derajat celsius sampai 35 derajat celsius. Padahal suhu normal di daerah yang dilintasi garis khatulistiwa itu hanya 31-33 derajat celsius.
Kenaikan suhu itu, kata Lian, dipicu oleh banyak faktor, salah satunya peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau. ”Dari prakiraan awal, musim kemarau akan terjadi pada pertengahan Juni sampai pertengahan Juli. Sementara April-Mei bisa dikatakan musim peralihan atau transisi,” kata Lian.
Lian menjelaskan, di musim peralihan, curah hujan mulai berkurang dari bulan-bulan sebelumnya. Meskipun demikian, Lian menambahkan, jika di musim peralihan, intensitas hujan sedang hingga lebat bisa terjadi dengan durasi singkat yang dapat disertai petir atau kilat, juga angin kencang hingga puting beliung.
”Sedangkan El Nino dari analisis pada awal April 2023 menunjukkan kondisi netral. BMKG memprediksi El Nino tetap netral hingga pertengahan 2023,” kata Lian.