Pemprov Kalteng Tetapkan Status Siaga Darurat Karhutla
Kejadian kebakaran hutan dan lahan mulai bermunculan di hampir semua daerah di Kalimantan Tengah. Pemerintah pun tetapkan status Siaga darurat.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah tetapkan status Siaga darurat kebakaran hutan dan lahan selama enam bulan. Hal itu dilakukan karena melihat banyaknya kejadian kebakaran hutan dan lahan dalam sebulan terakhir.
Kenaikan suhu permukaan di Kalimantan Tengah memicu kebakaran lahan yang terjadi sepanjang Mei 2023. Kebakaran tersebar di 14 kabupaten dan kota di Kalimantan Tengah.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng, sejak 1 Januari 2023 sampai 26 Mei 2023 setidaknya terjadi 112 kejadian kebakaran hutan dan lahan dengan luas lahan terbakar sebanyak 204,7 hektar. BPBPK Kalteng juga mencatat setidaknya terdapat 827 titik panas.
Sementara itu, dalam sepekan terakhir setidaknya terdapat 13 kejadian kebakaran dengan luas lahan terbakar mencapai 5,07 hektar atau serupa dengan lima kali ukuran lapangan sepak bola.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana BPBPK Ahmad Toyib mengungkapkan, dalam sepekan terakhir terjadi peningkatan jumlah kejadian kebakaran dari sembilan kejadian pada pekan sebelumnya menjadi 13 kejadian di pekan ini. Kejadian kebakaran tersebut ditemukan di Kabupaten Sukamara dan Kota Palangkaraya.
Menurut Toyib, sampai saat ini semua kejadian kebakaran bisa ditangani karena respons cepat petugas di lapangan dan masyarakat. Menurut dia, seluruh kejadian kebakaran terjadi karena faktor manusia. Sebagian besar kebakaran terjadi di lahan atau kebun milik masyarakat yang terbengkalai atau tidak diolah.
Toyib menambahkan, pihaknya sudah menetapkan status Siaga darurat kebakaran hutan dan lahan sejak 23 Mei 2023 lalu sampai 10 November 2023 nanti. Hal itu dilakukan karena berdasarkan prediksi BMKG Kalimantan Tengah, saat ini sedang memasuki masa peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.
Masa waktu status Siaga darurat karhutla yang ditetapkan pemerintah itu merupakan yang paling lama setidaknya dalam lima tahun terakhir. Dalam catatan Kompas, Siaga darurat dalam jangka waktu enam bulan terjadi pada 2019 lalu, di mana kebakaran hutan dan lahan masif terjadi, bahkan hingga Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng, sempat tertutup asap.
”Penetapan itu dilakukan karena terdapat empat daerah yang juga sudah menetapkan status siaga darurat terlebih dahulu, yakni Kota Palangkaraya, Sukamara, Lamandau, dan Kabupaten Barito Selatan,” kata Toyib di Palangkaraya, pada Minggu (28/5/2023).
Toyib menambahkan, pihaknya saat ini sedang mengusulkan pemakaian dua helikopter water bombing dan satu helikopter patrol ke BNPB untuk membantu pengawasan lahan terbakar dan pemadaman api. Selain itu, lanjutnya, beberapa titik api terpantau jauh dari akses sehingga tidak bisa dipadamkan melalui jalur darat.
”Beberapa peralatan juga akan dihibahkan oleh BNPB untuk penanganan karhutla di Kalimantan Tengah,” ucap Toyib.
Pemerintah Provinsi Kalteng, tambah Toyib, sudah mengaktifkan kembali 35 pos lapangan kebakaran hutan dan lahan yang tersebar di seluruh wilayah Kalteng, khususnya wilayah rawan, seperti Kabupaten Pulang Pisau, Kota Palangkaraya, Katingan, dan Kabupaten Kapuas. Walakin, tiap kabupaten diminta untuk mendirikan dan mengaktifkan kembali pos jaga karhutla sebagai langkah antisipatif.
”Pengaktifan pos lapangan atau pos jaga ini sumber biayanya dari APBD sehingga ada honor dan operasional tim yang ada di lapangan,” ucap Toyib.
Penetapan itu dilakukan karena terdapat empat daerah yang juga sudah menetapkan status siaga darurat terlebih dahulu.
Makin panas
Sebelumnya, prakirawan Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Lian Adriani, mengungkapkan, dalam dua bulan terakhir terjadi kenaikan suhu udara permukaan di Kota Palangkaraya dan beberapa wilayah lain di Kalteng. Kenaikan suhu itu berkisar dari 33 derajat celsius sampai 35 derajat. Padahal, suhu normal di daerah yang dilintasi garis khatulistiwa itu hanya 31-33 derajat celsius saja.
Kenaikan suhu itu, kata Lian, dipicu oleh banyak faktor, salah satunya peralihan musim dari musim hujan ke kemarau. ”Dari prakiraan awal, musim kemarau akan terjadi pada pertengahan Juni sampai pertengahan Juli. Sementara April-Mei bisa dikatakan musim peralihan atau transisi,” kata Lian.
Lian menjelaskan, di musim peralihan, curah hujan mulai berkurang dari bulan-bulan sebelumnya. Meskipun demikian, Lian menambahkan, jika di musim peralihan intensitas hujan sedang hingga lebat, itu bisa terjadi dengan durasi singkat yang dapat disertai petir atau kilat juga angin kencang hingga puting beliung.
”Sedangkan El Nino dari analisos awal April 2023 ini menunjukkan kondisi netral. BMKG memprediksi El Nino tetap netral hingga pertengahan 2023,” ucap Lian.