Kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Tengah mulai bermunculan. Setidaknya 32 titik panas terpantau satelit dengan total 9 kejadian kebakaran. Uniknya, karhutla itu terjadi di tengah Kalteng yang dilanda La Nina.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Dalam seminggu titik api muncul di empat kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Setidaknya 32 titik api ditemukan dengan total lahan yang terbakar lebih kurang mencapai 24 hektar. Pemerintah daerah mulai melakukan deteksi dan pencegahan dini.
Kebakaran lahan terjadi sejak seminggu belakangan. Dari data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Provinsi Kalteng menunjukkan kebakaran lahan terjadi di empat kabupaten dan kota.
Rinciannya, lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat yang terbakar mencapai 21 hektar, di Kabupaten Kotawaringin Timur seluas 1,87 hektar, di Barito Utara 1 hektar, dan di Kota Palangkaraya mencapai 0,82 hektar. Total luas lahan terbakar mencapai 24,69 hektar atau sama seperti luas 24 kali ukuran lapangan sepak bola.
Dari pantauan citra satelit, dalam seminggu terakhir setidaknya 32 titik panas terpantau. Kepala Pelaksana BPBPK Provinsi Kalteng Falery Tuwan menjelaskan, dari total 32 titik panas itu, setidaknya terdapat sembilan kejadian kebakaran lahan di empat kabupaten tersebut.
”Kalteng masih dilanda hujan, tetapi titik panas dan titik api terpantau, kejadian kebakaran lahan juga sudah mulai terdeteksi. Kotawaringin Barat paling luas wilayah terbakarnya,” kata Falery di Palangkaraya, Senin (9/1/2023).
Menurut Falery, kebakaran lahan terjadi karena banyak faktor, salah satunya beberapa wilayah di Kalteng yang mulai memasuki musim kering atau kondisi dengan curah hujan rendah. Walakin, sampai saat ini belum ada daerah yang menetapkan status siaga darurat untuk kebakaran hutan dan lahan, termasuk dari Pemerintah Provinsi Kalteng.
”Kami masih melihat perkembangannya bagaimana. Nanti kalau tingkat keparahannya sudah tinggi dan sudah mengganggu aktivitas masyarakat, akan ada rapat pembahasan di tingkat provinsi untuk statusnya,” kata Falery.
Meski belum menetapkan status siaga, lanjut Falery, pihaknya mulai melakukan deteksi dini dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan dengan mengaktifkan kembali posko-posko pantau kebakaran. Petugas juga disiapkan untuk terus melakukan patroli ke sejumlah daerah yang rawan, khususnya di wilayah dengan luas gambut paling besar.
”Petugas sudah kami siapkan, posko-posko sudah disiagakan, dan patroli juga digencarkan untuk mengantisipasinya sehingga jika ditemukan kejadian karhutla, petugas dengan koordinasi banyak pihak bisa cepat mengambil tindakan untuk mengatasi,” kata Falery.
Di Kota Palangkaraya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Emi Abriyani menjelaskan, kebakaran lahan di wilayahnya sudah terjadi dalam dua hari belakangan. Namun, hal itu bisa diatasi dengan cepat karena kondisi wilayah yang masih dilanda hujan. Gambut yang mudah terbakar saat kering dinilai menjadi penyebabnya.
”Pada umumnya pasti ada unsur kecerobohan atau kesengajaan oknum tertentu. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan juga penting. Apalagi warga jadi yang paling pertama mendapat informasi atau paling dekat dengan lokasi kejadian,” tutur Emi.
Emi berharap masyarakat bisa segera memberikan laporan jika menemukan kejadian kebakaran lahan agar petugas bisa cepat mengambil tindakan. Pihaknya kini juga berkoordinasi dengan beberapa lembaga dan instansi pemerintah untuk melakukan deteksi dini dan pencegahan dini.
Dari data BPBD Kota Palangkaraya, selama periode 1 Januari hingga 29 Desember 2022 terjadi 31 kejadian kebakaran hutan dan lahan. Jumlah lahan yang terbakar mencapai 27 hektar lebih dan tersebar di tiga kecamatan. Di Kecamatan Jekan Raya selama periode tersebut tercatat 21 kejadian dengan total luas lahan terdampak 11 hektar.
Pada umumnya pasti ada unsur kecerobohan atau kesengajaan oknum tertentu. Oleh karena itu, peran aktif masyarakat dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan juga penting.
Kemudian di Kecamatan Pahandut tercatat tempat kejadian dengan total luas lahan terdampak 2 hektar lebih. Terakhir di Kecamatan Sebangau, tercatat enam kejadian dengan total luas lahan terbakar 13 hektar lebih.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Palangkaraya Chandra Mukti menjelaskan, saat ini sebagian besar wilayah Kalteng masih berada pada musim hujan disertai fenomena La Nina, atau meningkatnya intensitas hujan. Kondisi itu diperkirakan berlangsung sampai Maret 2023.
”Sedangkan musim kemarau nanti akan diinformasikan kembali, tetapi biasanya di wilayah Kalteng mengalami musim kemarau pada bulan Mei hingga Juli,” kata Chandra.