Cegah ”Stunting” sejak Dini, Pemkot Surabaya Bagikan Tablet Tambah Darah
Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, membagikan tablet tambah darah untuk remaja putri siswi SMP agar mereka tak mengalami anemia. Program ini merupakan bagian dari aksi bersama cegah ”stunting” sejak dini.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur, mencanangkan aksi bersama cegah stunting (Siber Casting) yang menyasar para siswi SMP dan sederajat. Program itu antara lain diwujudkan dengan pembagian tablet tambah darah untuk para siswi SMP sehingga mereka terhindar dari potensi anemia.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, Rabu (24/5/2023), mengatakan, Siber Casting ditujukan untuk mencegah stunting atau tengkes sejak dini. Sasarannya adalah remaja putri yang telah pubertas atau menstruasi.
Menurut Eri, untuk menangani stunting secara menyeluruh, perempuan perlu mendapat perhatian sejak remaja sampai setelah menikah agar mereka melahirkan bayi-bayi yang sehat dan tidak berpotensi mengalami tengkes.
”Stunting tidak bisa diselesaikan (hanya dengan intervensi) kepada bayi-bayi yang menderita, tetapi bisa dicegah sejak perempuan belum menikah,” ujar Eri.
Eri menuturkan, pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri dilakukan agar mereka tidak kekurangan zat besi, apalagi menderita anemia, setelah dewasa. Sebab, kekurangan zat besi memperbesar risiko anak yang dilahirkan terkena tengkes.
Program Siber Casting di Surabaya akan dilaksanakan setiap pekan. Saat itu, semua siswi SMP akan diberikan tablet tambah darah. Selain itu, mereka juga diajak mengikuti senam, sarapan sehat bersama, dan edukasi interaktif mengenai pencegahan anemia pada remaja.
Agar pelaksanaan program itu efektif, Pemkot Surabaya menyiapkan aplikasi agar para guru mengetahui apakah siswi-siswinya telah mengonsumsi pil tersebut atau belum. ”Kami mencoba agar Surabaya bisa menjadi zero stunting, baik dengan penanganan pada kasus-kasus yang ada maupun pencegahan,” ungkap Eri.
Surabaya sebenarnya dianggap berhasil mengentaskan tengkes secara signifikan. Pada 2020, tercatat 12.788 kasus anak balita tengkes di Surabaya. Setahun kemudian, jumlahnya turun drastis menjadi 6.722 kasus. Sampai akhir 2022, tercatat ada 923 kasus anak balita tengkes.
Pada awal 2023, jumlah kasus turun lagi menjadi 889 anak balita tengkes. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi tengkes di Surabaya merupakan yang terendah, yakni 4,8 persen. Adapun angka prevalensi Indonesia mencapai 21,6 persen, sedangkan Jatim 19,2 persen.
Berdasarkan data penurunan kasus itu, Eri meyakini, kasus tengkes di Surabaya dapat diatasi. Bahkan, Pemkot Surabaya juga mencanangkan program zero stunting atau nol kasus tengkes.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina memaparkan, pencanangan Siber Casting diikuti secara hibrida oleh 64 SMP negeri, 230 SMP swasta, 4 madrasah tsanawiyah (MTs) negeri, 48 MTs swasta, dan 63 puskesmas. ”Program ini untuk mengingatkan pentingnya konsumsi tablet tambah darah secara teratur selama satu minggu sekali ditambah olahraga dan konsumsi gizi seimbang,” ujarnya.
Selain itu, Siber Casting diharapkan bisa mendorong kepatuhan remaja putri agar tetap menerapkan perilaku pola hidup bersih dan sehat. Program ini juga diharapkan bisa mengatasi masalah anemia di kalangan perempuan, terutama remaja. ”Anemia masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Surabaya yang dialami sejak anak balita sampai usia lanjut,” kata Nanik.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Universitas Airlangga Irwanto, menyatakan, pencegahan tengkes harus dimulai sejak dini. Sebab, gangguan gizi kronis bisa terjadi sejak sebelum kehamilan, dalam masa hamil, dan bayi lahir.
Irwanto menambahkan, sejak remaja, perempuan harus memastikan dirinya bebas dari anemia. Dengan begitu, saat mereka menikah dan mengandung, pemenuhan kebutuhan gizi untuk janinnya tidak akan terganggu.
Kami mencoba agar Surabaya bisa menjadi zero stunting, baik dengan penanganan pada kasus-kasus yang ada dan pencegahan.