Ponpes Berperan Vital Berikan Edukasi Politik Jelang Pemilu 2024
Contoh buruk dari konflik pemilu sudah terjadi di banyak negara. Hal itu tidak bisa dibiarkan terjadi berulang di Indonesia.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pondok pesantren berperan vital memberikan edukasi yang tepat guna menghadapi Pemilu 2024. Tidak hanya kepada para santri, pemahaman itu juga bisa diberikan kepada warga sekitarnya.
Hal itu dikatakan Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dalam halalbihalal Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Tengah.
Acara itu digelar di Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Syubbanul Wathon di Desa Girikulon, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang, Sabtu (20/5/2023).
”Setiap pondok pesantren harus memberikan bekal cooling system sehingga setiap santri bisa berpikir dengan kepala dingin dan cermat,” ujarnya.
Edukasi politik, kata Listyo, penting menjadi bekal warga menghadapi potensi perdebatan hingga berita bohong, terutama di media sosial. Semuanya rentan memicu konflik berkepanjangan dan polarisasi masyarakat.
Oleh karena itu, selain mitigasi warga, Listyo mengatakan, akan semakin mengintensifkan pemantauan di media sosial. Hal ini akan dilakukan bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta organisasi atau kelompok-kelompok masyarakat.
”Sukses pemilu menentukan masa depan bangsa,” katanya.
Radikalisme
Selain itu, Listyo juga mengingatkan, masih ada radikalisme dan terorisme yang harus diwaspadai. Dia menyebut organisasi radikal yang sudah bubar, tetapi masih berkegiatan.
Sejumlah jaringan dan organisasi terorisme saat ini juga mengubah pola aksinya. Potensi bahayanya, kata Listyo, rawan muncul kapan saja, termasuk di tahun politik.
Pengasuh Ponpes Syubbanul Wathon KH Yusuf Chudlori menyambut baik ajakan menggencarkan edukasi di tahun politik. Dia menyebut, banyak ponpes sudah mulai memberikannya kepada para santri.
”Edukasi harus tetap diberikan, terutama bagi santri yang tahun ini menjadi pemilih pemula,” ujarnya.