Pasar Malam Tjap Toendjoengan kurun 1-31 Mei 2023 di parkir timur Pakuwon City Mall, Surabaya, Jawa Timur, terus dipelihara sebagai even tahunan untuk kemeriahan Hari Jadi Surabaya sekaligus membawa pesan kebersamaan.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Kemeriahan Pasar Malem Tjap Toendjoengan kembali mewarnai rangkaian Hari Jadi Kota Surabaya tahun ini. Pengunjung, tua-muda, antusias menikmati sajian kuliner dari puluhan gerai usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pasar Malem Tjap Toendjoengan digelar di parkir timur Pakuwon City Mall, Surabaya, Jawa Timur, 1-31 Mei 2023. Setidaknya ada 60 gerai kuliner UMKM dengan menu Nusantara maupun mancanegara.
Antusiasme pengunjung tampak pada Kamis (4/5/2023) malam. Hampir seluruh gerai dipenuhi pengunjung yang duduk dan bersantap malam. Mereka menikmati makanan sembari mendengarkan lantunan musik keroncong dan lagu-lagu pop yang tersaji dari panggung hiburan.
Beragam menu tersedia di pasar malam itu. Ada menu jawatimuran seperti cumi hitam, bebek bumbu hitam, rujak cingur, rujak serut, rujak manis, lodeh kikil, lontong kikil, lontong gule, lontong kare, gule kacang ijo, dan sate. Kuliner Arekan, Madura, dan Matamaran itu berdampingan dengan pempek, lenggang, dan otak-otak dari Palembang, kerak telor dari Jakarta, batagor (Bandung), angkringan dan wedangan (Yogyakarta), serta ikan/ayam dabu, woku, dan rica (Manado). Ada pula menu hidangan mancanegara ala Jepang, Korea, Amerika, dan Eropa yakni olahan mi, pangan bahari, barbeku, burger, sosis, dan piza.
Sebagai penyejuk dahaga ada teh, kopi, dawet, cincau, jeruk peras, kelapa, susu, es krim, es serut, dan ragam kreasi minuman dalam negeri dan luar negeri. Harga minuman termurah Rp 10.000 per gelas. Adapun harga makanan termurah Rp 20.000 per porsi. Semua pembayaran dilakukan secara dalam jaringan atau nontunai.
Tidak hanya warga Surabaya, pengunjung pasar malam ini juga dari luar Kota Surabaya. “Setiap ada even ini, saya selalu mampir karena hanya setahun sekali diadakan,” kata Setianingsih (40), pengunjung dari Malang.
Ia datang bersama suami dan dua putrinya yang menjelang dewasa. Dengan mobil pribadi, keluarga Setianingsih berangkat pada sore untuk jajan di Pasar Malem Tjap Toendjoengan lalu pulang meski akan sampai di rumah menjelang tengah malam.
Malang dan Surabaya terpisah 120 kilometer tetapi terhubung dengan jaringan jalan tol sehingga waktu tempuh tanpa macet sekitar 2 jam.
Pasar Malem Tjap Toendjoengan merupakan program kerja sama antara Pemerintah Kota Surabaya dan swasta dalam hal ini Pakuwon Group, konglomerasi properti dari Surabaya. Setidaknya, kerja sama telah berlangsung sejak 2007 dengan merek Pasar Malam/Malem Tjap Toendjoengan. Even diadakan rutin atau setiap tahun untuk memeriahkan Hari Jadi Surabaya yang diperingati setiap 31 Mei. Acara sempat ditiadakan akibat serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) yakni 2020 dan 2021.
Untuk tahun ini, even berlangsung 1-31 Mei 2023. Periode tersebut seperti dilaksanakan pada 2019. Tahun-tahun lainnya, periodisasi acara berbeda tetapi pada dasarnya berlangsung sebulan bahkan lebih. Misalnya, penyelenggaraan pada 12 Mei-12 Juni 2022. Selain itu, kurun 3 Mei-5 Juni 2016, tahun berikutnya selama 4 Mei-4 Juni 2017, dan setahun kemudian pada 4 Mei-3 Juni 2018.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan, pasar kuliner itu diadakan rutin untuk menyambut ulang tahun Bumi Pahlawan, julukan ibu kota Jatim tersebut. Acara diadakan bersamaan dengan Surabaya Shopping Festival atau bulan belanja.
Tahun ini, even hari jadi kota terasa spesial karena seolah kelanjutan dari masa libur Lebaran (22-23 April 2023). Masih dalam masa libur atau arus balik, di Surabaya mulai diadakan rangkaian kegiatan hari jadi.
“Narasi yang ingin kami dorong ialah menguatkan persaudaraan,” kata Eri. Persaudaraan itu tercermin dari keragaman dalam menu makanan minuman yang ada yakni dari Nusantara dan mancanegara. Ada yang halal, ada yang haram. Semua bersatu dalam even yang diharapkan diserbu pengunjung dari Surabaya dan mana-mana.
Keragaman dan perbedaan adalah keniscayaan bagi Surabaya, metropolitan di pesisir utara Pulau Jawa dan menghadap Selat Madura. Sejak era peradaban klasik (Hindu-Buddha), kolonialisme (Hindia Belanda), Surabaya menjadi pertemuan manusia dengan latar belakang suku, agama, ras, antargolongan (SARA) berbeda.
Makanan dan minuman juga pada hakikatnya beragam, meski terwujud dalam satu menu. Yang dimakan, diminum, berasal dari berbagai macam bahan yang diramu untuk tujuan yang sama yakni mengatasi perut keroncongan dan kerongkongan kering. Makan tanpa minum jelas seret.
Interaksi dengan penjaja dan atau pengunjung lainnya, menurut Eri, secara hakikat memperlihatkan persaudaraan. “Secara sederhana, di pasar kuliner ini ada nuansa persaudaraan, kebersamaan yang perlu terus mengiringi perjalanan Surabaya,” ujarnya.
Pasar Malem Tjap Toendjoengan juga bukan sekadar even pemuas hasrat jajan pengunjung. Ada hiburan musik dan teater tradisional (Ludruk). Juga ada stan perbankan selaku pendukung utama. “Kami ingin memelihara even ini bukan sekadar dalam konteks interaksi ekonomi melainkan sosial,” kata Sutandi Purnomosidi dari Pakuwon Group, sekaligus Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim.
Sutandi mengakui nuansa ekonomi akan lebih terlihat dan bisa diukur mengingat pasar kuliner itu bersamaan dengan bulan belanja. Adapun bulan belanja berlangsung di 25 dari 32 pusat belanja terkemuka di Surabaya. Diharapkan, perputaran uang di pasar kuliner, bulan belanja, dan even lainnya dalam sebulan penuh ini bisa menembus Rp 15 triliun.
Tak lengkap rasanya jika berada di Surabaya pada bulan Mei ini tanpa menikmati Pasar Malem Tjap Toendjoengan. Yok opo rek?