Menjaga Kelenturan, Mencegah Kelunturan
Tahun ini, Kota Surabaya merayakan hari jadi ke-729. Untuk pertama kali perayaan digelar secara meriah setelah dua tahun belakangan tersandera pandemi Covid-19.
Keabadian dan kemajuan Surabaya ditentukan oleh arek Suroboyo menjaga kelenturan dan mencegah kelunturan semangat kepahlawanan dalam berkehidupan.
Hari Jadi ke-729 Surabaya diperingati pada Selasa (31/5/2022). Ulang tahun ibu kota Jawa Timur ini diambil dari peristiwa kemenangan pertempuran laskar Raden Wijaya atas tentara Tartar pada 31 Mei 1293 di Surabaya.
Padahal, sebelum 1975, peringatan hari jadi setiap 1 April. Hal itu mengacu penetapan pemerintah kolonial Hindia Belanda atas status Surabaya sebagai gemeente atau kota otonom dengan pemerintahan sendiri dan terpisah dari kabupaten (residen) pada 1 April 1906.
Hal yang jelas, arek Suroboyo lebih menerima dan melestarikan peringatan hari jadi setiap 31 Mei. Kemenangan laskar Wijaya seolah hidup kembali dalam pertempuran Surabaya, November 1945. Dari sanalah arek Suroboyo mengklaim julukan ”Kota Pahlawan” untuk Surabaya.
Perayaan
Memasuki bulan Mei, setiap tahun warga Surabaya, yang saat ini berjumlah 3 juta jiwa, diliputi kegembiraan besar karena semarak peringatan hari jadi. Ada bulan belanja, pekan festival dan olahraga, karnaval, serta beragam acara seni budaya dari pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Peringatan 729 tahun Surabaya lebih menggempita. Perayaan sempat terhenti akibat serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) sehingga tiada bulan bahagia (Mei) pada hari jadi ke-727 tahun 2020 dan hari jadi ke-728 pada 2021.
Arek Suroboyo lebih menerima dan melestarikan peringatan hari jadi setiap 31 Mei. Kemenangan laskar Raden Wijaya seolah hidup kembali dalam pertempuran Surabaya, November 1945.
Atas nama protokol kesehatan, yakni menjaga jarak, sering mencuci tangan, dan selalu memakai masker, semua sendi kehidupan tiarap. Padahal, sudah menjadi tradisi, peringatan hari jadi diwujudkan dalam kegiatan massal arek Suroboyo.
Baca juga : Momentum Kebangkitan Pariwisata Surabaya
Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata Kota Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan, peringatan hari jadi dimulai dengan Surabaya Shopping Festival pada 1-31 Mei 2022 di 39 mal.
Selain itu, Festival Rujek Uleg dengan 780 peserta di Jalan Kembang Jepun dan Surabaya Vaganza atau parade bunga dan karnaval busana. Ada juga istigasah, ruwatan bumi, dan wayang di Tugu Pahlawan serta Muhibah Jalur Rempah.
Ada pula turnamen futsal U-19, sepak bola, balap sepeda, dan bola basket Piala Wali Kota Surabaya, Kejuaraan Nasional Panahan Tradisional dan Skateboard, laga pramusim sepak bola antara Persebaya Surabaya dan Persis Solo (Surabaya 729th Game), Lomba Dayung Perahu Sampan Sprint dan Slalom, dan Bromo KOM Challenge.
Luntur
Adapun warga sampai tingkat rukun tetangga (RT) biasanya ”berlomba” menata atau mempercantik lingkungan. Mereka bergotong royong bukan karena ada penilaian, melainkan mempertahankan kebiasaan agar Surabaya aman dan tenteram untuk berkehidupan.
Tahun ini merupakan waktu yang tepat untuk kembali menggugah warga giat menata dan melestarikan lingkungan, antara lain melalui pengelolaan sampah dengan pemilahan dan pemrosesan, tidak membuang sampah sembarangan, serta tertib norma kehidupan.
”Belakangan ini, motivasi dari Pemerintah Kota Surabaya agar warga telaten menjaga lingkungan dengan kerja bakti menurun, bahkan nyaris tidak ada,” kata Teguh Prihandoko (54), warga Ketintang.
Lihat juga : Warga Antusias Melihat Pawai Bunga HUT Ke-729 Kota Surabaya
Teguh juga merasa motivasi agar warga terlibat dan berkontribusi dalam ekonomi keluarga juga menurun. Padahal, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi merasa gencar untuk mendorong aktivitas usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), misalnya melalui sejumlah pameran secara hibrida selama pandemi dan pengoptimalan aplikasi e-Peken untuk aktivitas dan transaksi UMKM.
Ada kesenjangan perhatian dari kelurahan dan kecamatan, bahkan nyaris tak ada komunikasi yang baik untuk pembinaan pengelolaan lingkungan warga. Demikian dirasakan oleh Reni Susilawati, salah satu sukarelawan Kampung Hidroponik Medoanayu Utara.
”Kendati perhatian nyaris tak ada, kami menjalin komunikasi dengan kelompok Kamibisa untuk mendapatkan bantuan bibit hingga bimbingan menuju RW Program Kampung Iklim (Proklim),” kata Reni.
Agak berkurangnya ”sentuhan” dari pemerintah terkait pembinaan UMKM juga mulai dirasakan oleh Wiwit Manfaati, pelaku UMKM di Kebraon. ”Ada baiknya pemerintah tak hanya menggerakkan ekonomi warga dengan berbagai program, terutama membuka keran pemasaran produk,” katanya.
UMKM perlu semakin mampu mengikuti perkembangan zaman. Kreativitas perlu terus diasah, misalnya dengan pelatihan dan pendampingan kualitas produk. Selain itu, kiat dan tips dalam situasi pasar. Pendampingan terasa kurang.
Sampah
Surabaya Vaganza pada 28 Mei 2022 menyedot kedatangan publik. Mereka memadati Jalan Tunjungan, Jalan Gubernur Suryo, dan Jalan Pemuda yang merupakan rute parade mobil bunga dan karnaval budaya. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro, 300 petugas kebersihan bersiaga dan bekerja sepanjang hari pelaksanaan.
”Sampah yang dikumpulkan luar biasa, 30 ton,” kata Hebi. Dikerahkan 12 dump truck dan 1 truk compactor untuk mengangkut sampah. terutama kemasan dan sisa makanan-minuman. Kedatangan puluhan ribu orang untuk menyaksikan Surabaya Vaganza tak ayal memaksa petugas kerja keras membersihkan dan mengangkut semua sampah. Keberadaan tong sampah tak cukup untuk menampung semua buangan itu.
Sampah juga menjadi masalah besar seusai Festival Rujak Uleg. Kehadiran massa yang begitu banyak tak diimbangi dengan sarana kebersihan. Memang ada petugas, tetapi mereka harus kerja keras.
Dari sana terlihat, Surabaya masih belum paripurna memastikan warga terlibat aktif dalam pengelolaan kebersihan. Hura-hura setelah dua tahun nyaris tiada aktivitas massal tak bisa dijadikan alasan pembenaran terhadap perilaku kurang terpuji, yakni meninggalkan tumpukan sampah sembarangan seusai acara besar.
Baca juga : Wali Kota Surabaya Ancam Putuskan Utilitas Semrawut
Keengganan sebagian warga untuk menata dan menjaga keasrian lingkungan juga perlu menjadi perhatian. Mengapa masyarakat harus terus haus motivasi? Bisakah Surabaya benar-benar mandiri dalam berbagai aspek sosial kehidupan?
Padahal, Surabaya memahami, semangat kepahlawanan begitu lentur sehingga dapat meresap dalam berbagai aspek sosial kehidupan. Namun, indikasi semangat kepahlawanan mulai luntur telah terlihat. Semoga kelenturan tetap dijaga, sementara kelunturan dicegah dan diantisipasi. Selamat hari jadi Surabaya.