Sakit Hati hingga Pesugihan Diduga Jadi Motif Anak Bunuh Ibu di Tegal
Polisi mengantongi tiga dugaan motif dalam pembunuhan seorang ibu yang dilakukan oleh anak kandungnya di Tegal, Jawa Tengah. Pemeriksaan terus dilakukan, termasuk pemeriksaan kejiwaan pelaku.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Penyidikan terkait kasus pembunuhan yang dilakukan seorang anak terhadap ibu kandungnya di Kecamatan Pangkah, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, terus dilakukan. Sejauh ini, motif pembunuhan mengerucut pada tiga hal, mulai dari gangguan kejiwaan yang diderita pelaku, sakit hati, hingga syarat pesugihan.
Kasus pembunuhan yang dilakukan Ahmad Fauzi (45) terhadap ibu kandungnya, Subi (77), yang terungkap pada Kamis (27/4/2023) menggegerkan publik. Ahmad ditangkap dan ditahan di rumah tahanan Kepolisian Resor Tegal sesaat sejak kejadian itu diketahui.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Ahmad, pemeriksaan saksi-saksi, pemeriksaan barang bukti, hingga pemeriksaan di tempat kejadian, polisi meningkatkan status Ahmad dari pelaku menjadi tersangka. Hingga Rabu (3/5/2023), polisi belum menentukan motif yang mendasari Ahmad melakukan perbuatan keji itu terhadap ibunya.
”Motif pembunuhan itu masih terus kami dalami sebelum nanti kami sampaikan kepada publik. Sejauh ini ada tiga dugaan motif, yakni tersangka mengalami gangguan jiwa, tersangka sakit hati terhadap ibunya, dan pembunuhan sebagai syarat pesugihan,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Tegal Ajun Komisaris Vonny Farizky saat dihubungi pada Rabu pagi.
Vonny mengatakan, pihaknya sudah mendapat informasi terkait kondisi kejiwaan Ahmad. Menurut keluarganya, Ahmad pernah menderita gangguan jiwa dan pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Soerojo Magelang.
Selama proses penyelidikan dan penyidikan, Ahmad disebut Vonny mampu menjawab setiap pertanyaan yang diajukan penyidik dengan lancar dan jelas. Polisi akan mendatangkan psikolog untuk mengetahui kondisi terkini terkait kejiwaan Ahmad.
Sejak keluar dari rumah sakit jiwa, Ahmad menganggur. Untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum, Ahmad mengandalkan bantuan dari ibu dan saudara-saudaranya. Sementara itu, Ahmad juga masih tinggal menumpang di rumah Subi.
Sehari-hari Ahmad tinggal berdua dengan Subi. Beberapa waktu terakhir, Subi sering menasihati Ahmad untuk segera mencari pekerjaan. Ahmad diduga sakit hati karena hal tersebut.
Ahmad yang putus asa dengan kondisi perekonomiannya juga diduga menempuh jalan pintas untuk mendapatkan uang melalui pesugihan. Pembunuhan terhadap ibunya dicurigai sebagai bagian dari ritual pesugihan.
Hasil otopsi terhadap jenazah Subi menunjukkan, Subi meninggal akibat pendarahan hebat pada lehernya. Setelah Subi meninggal, Ahmad memasukkan jenazah Subi ke dalam karung dan menguburnya di belakang rumah.
Peristiwa itu akhirnya terungkap setelah Siti Rohyati (52), salah satu anak Subi sekaligus kakak Ahmad, mencari Subi pada Kamis siang. Kala itu, kerabat Subi datang dari DKI Jakarta dan berniat silaturahmi. Karena tidak bisa menemukan Subi, mereka mendatangi rumah Siti yang berjarak sekitar 20 meter dari rumah Subi.
Sebelumnya, Siti sudah berkunjung ke rumah Subi pada Kamis pagi untuk mengantarkan makanan. Namun, Siti mendapati pintu depan rumah ibunya dalam kondisi terkunci. Ia lalu masuk melalui pintu samping rumah dan hanya bertemu dengan adiknya, Ahmad.
”Awalnya Siti mengira Subi ke warung atau ke rumah tetangganya. Namun, setelah dicari-cari tidak ada. Kemudian, Siti meminta bantuan warga untuk mencari ibunya. Saat sedang mencari ke belakang rumah, kami menemukan gundukan tanah baru,” ucap Sumadi (52), tetangga korban.
Karena curiga dengan keberadaan gundukan tanah itu, warga sepakat untuk membongkarnya. Warga terkejut setelah menemukan kaki manusia dalam penggalian tersebut. Mereka lantas melapor hal itu ke Kepolisian Sektor Pangkah.
Kepala Kepolisian Sektor Pangkah Ajun Komisaris Sunyarni menuturkan, setelah mendapat laporan pihaknya langsung mendatangi lokasi kejadian. Polisi dibantu warga sekitar kemudian melanjutkan penggalian dan mendapati jenazah Subi di dalam karung.
”Kami langsung membawa jasad korban ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soeselo Slawi untuk diotopsi. Anak korban yang tinggal serumah dengan korban langsung kami amankan dan juga untuk dimintai keterangan lebih lanjut,” tutur Sunyarni.
Polisi menyita sejumlah barang yang diduga terkait dengan pembunuhan tersebut. Barang itu adalah bendo atau golok, cangkul, serta pakaian korban dan pakaian Ahmad.