Cuaca panas tidak biasa yang sedang melanda Indonesia, termasuk Surabaya, Jawa Timur, dihadapi dengan beragam cara agar tetap selamat dan sehat meski terik menyengat.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
Berbagai cara ditempuh kalangan warga Surabaya, Jawa Timur, untuk menghadapi cuaca panas tak biasa. Semua ingin tetap selamat meski panas terus menyengat.
Fenomena cuaca panas tak biasa diselingi hujan di Surabaya sudah berlangsung setidaknya hampir dua pekan. Di sepanjang pekan lalu, terik sinar matahari dan atau hawa gerah menyertai perjalanan hidup warga yang mendekati akhir puasa.
Pada Kamis (20/4/2023) ada fenonema gerhana matahari hibrida. Sehari kemudian, warga Muhammadiyah merayakan Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah. Pemerintah dan warga Nahdlatul Ulama baru merayakan Lebaran pada Sabtu (22/4/2023).
Sugiyono (50), warga Jambangan, mengatakan, cuaca panas turut membuat sehari puasanya batal, yakni di hari fenonema gerhana. ”Karena salah saya juga, saya keluar berjam-jam ingin melihat gerhana. Padahal, hawanya gerah sekali dan terik, badan seperti terpanggang, akhirnya tidak kuat, batal di puasa beduk seperti anak kecil,” ujarnya di Surabaya sepulang dari mudik ke Banyuwangi, Rabu (26/4/2023).
Untunglah hari gerhana itu berada di ujung puasa. Puasa pada Jumat itu pun berlangsung lancar. Selepas shalat Idul Fitri pada Sabtu, Sugiyono berilaturahmi ke tetangga dan kerabat di Surabaya kemudian mudik ke Banyuwangi.
”Nah, karena sudah tidak puasa lagi tetapi cuaca masih panas, saya menambah konsumsi air minum 1 liter dari biasanya 2 liter,” katanya.
Warga lainnya, Berto (60), penyintas stroke di Surabaya, mengatakan, sebenarnya cuaca panas tidak biasa yang ditandai terik menyengat dan hawa gerah terjadi setiap tahun. Saat sengatan dan gerah menyerang, Berto mengakalinya menahan diri keluar rumah.
”Sehari bisa mandi enam kali supaya tubuh tidak lemas,” kata pengajar ini.
Sementara Bambang Wahyudi (35), pengojek dalam jaringan (online), mengatakan, menghadapi cuaca panas dengan sering berteduh di sela tidak ada pesanan mengantar. ”Enak berteduh di bawah pohon rindang, warung, atau taman. Saya juga bawa air minum lebih banyak,” ujarnya.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), cuaca panas tidak biasa terkait gerak semu matahari dan merupakan suatu siklus sehingga biasa terjadi setiap tahun. Potensi ”serangan” alamiah ini dapat berulang dalam periode yang sama setiap tahun.
Cuaca panas yang sedang menyerang ternyata tidak termasuk gelombang panas karena di Indonesia termasuk kategori biasa. Masuk kategori gelombang panas jika suhu 5 derajat celsius lebih panas di atas ambang batas statistik suhu maksimum harian suatu wilayah. Berdasarkan prakiraan cuaca BMKG untuk Surabaya, hampir dua pekan ini, suhu berada di kisaran 26-35 derajat celsius.
Menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, ”Bumi Pahlawan” beruntung karena tertolong dengan keberadaan pohon dan taman. Setidaknya, ada banyak tempat (lebih dari 500 taman) yang bisa menjadi lokasi untuk berteduh ketika cuaca terasa ”jahat” menyengat.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengatakan, sejauh ini belum ada laporan warga yang terkena dampak buruk atau fatal akibat serangan cuaca panas. Warga diharapkan mengikuti tip atau antisipasi agar cuaca panas tidak berdampak buruk terhadap kesehatan. Jika merasa ada keluhan, segera memeriksakan diri ke puskesmas.
Nanik melanjutkan, Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan anjuran untuk menghadapi cuaca panas. Yang utama, mencegah dehidrasi dengan menambah konsumsi air minum.
”Jangan menunggu haus. Sementara hindari minuman berkafein, beralkohol, dan berperisa manis untuk menekan potensi peradangan,” katanya.
Di cuaca panas, juga sebaiknya tidak melihat matahari secara langsung agar retina tidak rusak. Saat beraktivitas di luar ruangan, sebaiknya memakai topi dan payung untuk melindungi dari sinar matahari.
Berpakaian juga disarankan menggunakan bahan ringan, nyaman, dan agak longgar. Tidak dianjurkan menggunakan pakaian berwarna gelap karena malah menyerap panas sehingga tubuh akan terasa cepat kegerahan.
Pada kurun pukul 11.00-15.00, saat sinar terasa begitu terik, sebaiknya beraktivitas di tempat yang teduh. Jika diperlukan, bisa menggunakan pelembab khusus untuk mengurangi dampak sengatan terhadap kulit tubuh.
Apabila muncul gejala keringat berlebih, kulit terasa panas, kering, dan pucat, jantung berdetak lebih kencang, kram, mual, pusing, muntah, dan urine kuning pekat, disarankan segera mencari pertolongan ke puskesmas atau klinik terdekat. Upaya pertolongan awal yang bisa dilakukan ialah mendinginkan tubuh dengan kain basah pada lengan, leher, dan lipatan tubuh serta memperbanyak konsumsi air minum.
”Kita pernah menghadapi pandemi Covid-19 yang jauh lebih sulit sehingga diharapkan warga tidak abai dengan kondisi tubuh saat cuaca panas. Jangan menunda waktu jika memerlukan pertolongan dan ikuti saran-saran,” kata Nanik.