Wilayah Sorong Jalur Utama Penyelundupan Satwa Endemik Papua
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat telah memetakan lokasi penyelundupan satwa endemik dari tanah Papua dari Sorong ke delapan wilayah.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kota Sorong di Papua Barat Daya menjadi jalur utama penyelundupan satwa endemik Papua melalui pelabuhan dan bandara. Lokasi penyelundupan ditujukan ke delapan wilayah destinasi, baik di dalam maupun luar negeri.
Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat Johny Santoso, saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Senin (24/4/2023), mengatakan, penyelundupan satwa endemik Papua melewati Pelabuhan Sorong dan Bandara Domine Eduard Osok Sorong. Dalam sebulan BBKSDA Papua Barat bersama sejumlah pihak terkait dapat menyelamatkan 100 hingga 150 ekor satwa.
Johny memaparkan, BBKSDA Papua Barat telah memetakan delapan lokasi tujuan penyelundupan satwa endemik Papua dari Sorong. Delapan lokasi ini meliputi, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jakarta, Filipina, Singapura, Vietnam dan Malaysia.
Biasanya, para penyelundup membawa satwa endemik Papua ke empat provinsi di Indonesia, selanjutnya dikirim ke negara-negara yang sudah ada pembelinya.
Adapun satwa endemik yang menjadi incaran para penyelundup adalah satwa jenis burung dan reptil. Burung dengan nilai jual Rp 500.000 hingga Rp 100 juta per ekor, sedangkan reptil dari Rp 300.000 hingga Rp 50 juta.
Berbagai jenis
Satwa burung yang paling sering diselundupkan adalah kakatua koki, kakatua raja, nuri kasturi merah kepala hitam, nuri bayan, mambruk dan kasuari. Sementara reptil yang paling banyak diselundupkan adalah ular sanca hijau, kadal biru, kadal hijau, dan kadal soa-soa bintang.
Diketahui wilayah kerja BBKSDA Papua Barat meliputi 1 kota dan 12 kabupaten di Provinsi Papua Barat dan Provinsi Papua Barat Daya. Terdapat 400 kampung (desa) yang berada di wilayah konservasi BBKSDA Papua Barat Daya.
”Biasanya para penyelundup membawa satwa endemik Papua ke empat provinsi di Indonesia, selanjutnya dikirim ke negara-negara yang sudah ada pembelinya,” ungkapnya.
Johny mengatakan, Sorong merupakan pusat transit kapal yang terakhir di wilayah Papua sebelum menuju ke provinsi lainnya. Hal ini dimanfaatkan para penyelundup untuk membawa hingga ratusan ekor satwa endemik dari Sorong.
Ia mengaku, BBKSDA Papua Barat dan berbagai pihak terkait kesulitan menemukan pelaku di balik aksi penyelundupan. Sebab, para pelaku menggunakan modus mengirimkan satwa melalui jasa ekspedisi dan menggunakan tenaga buruh angkut di pelabuhan untuk membawa satwa ke dalam kapal.
”BBKSDA Papua Barat telah melibatkan kelompok masyarakat di 50 kampung untuk mencegah penjualan satwa endemik dari Papua. Salah satu bentuk pembinaan masyarakat oleh BBKSDA Papua Barat, yakni pembukaan dua lokasi ekowisata pemantauan burung cenderawasih di Kabupaten Raja Ampat,” tambah Johny.
Wakil Ketua Dewan Adat Sorong Raya Melki Osok mengatakan, pihaknya terus mengimbau masyarakat di setiap kampung agar tidak menjual satwa endemik khas Papua seperti burung mambruk dan burung cenderawasih.
”Kami juga berharap adanya sinergitas dengan Pemda untuk mencegah penjualan satwa-satwa endemik. Sebab, kami terkendala untuk menjangkau seluruh wilayah yang sangat luas,” harap Melki.
Sementara itu, Kepala Stasiun Karantina Pertanian Sorong, I Wayan Kertanegara menambahkan, pihaknya selalu bersinergi dengan BBKSDA Papua Barat untuk mencegah penyelundupan tumbuhan dan satwa endemik. Upaya tersebut terlaksana di kantor pos, Bandara Domine Eduard Osok dan Pelabuhan Sorong.
Wayan mengungkapkan, pihaknya memiliki sejumlah cara untuk mengetahui modus para pelaku. Salah satunya adalah menempatkan informan dan intelijen di lokasi-lokasi yang rawan terjadi penyelundupan tumbuhan dan satwa.
”Kami telah mengidentifikasi modus-modus yang digunakan para pelaku. Salah satu modus adalah menggunakan kardus yang telah dikemas secara rapi, tetapi terdapat beberapa lubang,” ungkap Wayan.