Penyelundupan Ratusan Satwa Endemik dari Papua Digagalkan
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat gagalkan penyelundupan 100-150 ekor satwa endemik dari wilayah Papua setiap bulan. Satwa yang paling sering kali diselundupkan adalah burung dan reptil.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
SORONG, KOMPAS — Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Papua Barat mengagalkan penyelundupan 100 hingga 150 ekor satwa endemik per bulan pada tahun ini. Satwa yang diselamatkan untuk sementara waktu dirawat di Taman Wisata Alam Sorong sebelum dilepas ke habitatnya.
Koordinator Pengelola Taman Wisata Alam Sorong Mutiono mengatakan, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat menggagalkan penyelundupan 100 hingga 150 ekor satwa endemik per bulan melalui bandara ataupun pelabuhan. Ratusan ekor satwa endemik ini berasal dari wilayah Papua, Papua Barat, dan Papua Barat Daya.
Mutiono memaparkan, satwa yang rawan diselundupkan dari wilayah kerja BBKSDA Papua Barat adalah burung dan reptil. Burung dengan nilai jual Rp 500.000 hingga 100 juta per ekor, sedangkan reptil dari Rp 300.000 hingga Rp 50 juta.
Adapun wilayah kerja BBKSDA Papua Barat meliputi Papua Barat hingga Papua Barat Daya. Sementara ratusan ekor satwa yang diselamatkan berasal dari Papua, Papua Barat dan Papua Barat Daya.
Untuk satwa burung yang paling sering diselundupkan adalah kakatua koki dengan jambulnya berwarna kuning, kakatua raja, nuri kasturi merah kepala hitam, nuri bayan, mambruk, dan kasuari. Sementara satwa reptil yang paling banyak diselundupkan adalah ular sanca hijau, kadal biru, kadal hijau dan kadal soa-soa bintang.
”Taman Wisata Alam Sorong merupakan fasilitas milik BBKSDA Papua Barat yang hanya sebagai konservasi hutan lindung. Fasilitas ini sebagai tempat penyelamatan satwa dari kasus penyelundupan,” kata Mutiono, Senin (10/4/2023).
Sejumlah modus yang digunakan para pelaku yang terlibat penyelundupan satwa. Di antaranya, mengirimkan satwa melalui jasa ekspedisi untuk pesawat dan menggunakan tenaga buruh angkut di pelabuhan untuk membawa satwa ke dalam kapal dengan menggunakan wadah yang telah dikemas secara khusus.
Wilayah tujuan penyelundupan satwa antara lain Bitung, Makassar, Surabaya, Jakarta, Medan, Kalimantan, Filipina, Hong Kong dan China. Para pembeli tidak hanya untuk memelihara satwa tersebut, tetapi juga menjadi bahan baku untuk obat-obatan. (Mutiono)
Kasus penyelundupan satwa yang terbaru berhasil digagalkan BBKSDA Papua Barat bersama sejumlah pihak terkait, yakni 244 ekor reptil jenis ular dan kadal di Pelabuhan Sorong, Kamis (6/4/2023). Sebanyak 108 dari 244 ekor satwa yang diselamatkan berstatus dilindungi.
”Wilayah tujuan penyelundupan satwa, antara lain Bitung, Makassar, Surabaya, Jakarta, Medan, Kalimantan, Filipina, Hong Kong dan China. Para pembeli tidak hanya untuk memelihara satwa tersebut, tetapi juga menjadi bahan baku untuk obat-obatan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Karantina Pertanian Sorong I Wayan Kertanegara menambahkan, pihaknya selalu bersinergi dengan BKSDA Papua Barat untuk mencegah penyelundupan tumbuhan dan satwa endemik. Upaya tersebut terlaksana di kantor pos, Bandara Domine Eduard Osok dan Pelabuhan Sorong.
Wayan mengungkapkan, pihaknya memiliki sejumlah cara untuk mengetahui modus para pelaku. Salah satunya adalah menempatkan informan dan intelijen di lokasi-lokasi yang rawan terjadi penyelundupan tumbuhan dan satwa.
”Kami telah memetakan modus-modus yang digunakan para pelaku. Salah satu modus adalah menggunakan kardus yang telah dikemas secara rapi, tetapi terdapat beberapa lubang,” ungkap Wayan.