Idul Fitri, Momen Warga Surabaya Merawat Persaudaraan
Dalam shalat Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriah, Sabtu (22/4/2023), warga Surabaya, Jawa Timur, diingatkan untuk terus memelihara dan memperkuat persaudaraan umat demi persatuan dan kesatuan Indonesia.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Lebaran 1 Syawal 1444 Hijriah pada Sabtu (22/4/2023) menjadi momentum bagi warga Surabaya untuk terus merawat dan memperkuat persaudaraan umat demi persatuan dan kesatuan Indonesia.
”Mari mensyukuri nikmat Allah dengan persaudaraan umat,” ujar KH Syukron Djazilan Badri selaku khatib shalat Idul Fitri di Taman Surya Balai Kota Surabaya, Sabtu. Shalat Idul Fitri itu dihadiri oleh sekitar 5.000 warga dan aparatur Pemerintah Kota Surabaya.
Syukron melanjutkan, umat Islam telah berpuasa sebulan penuh. Diharapkan, bulan Ramadhan menempa iman umat untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Umat agar terus memelihara persaudaraan, bukan sekadar sebagai sesama warga Surabaya, melainkan juga untuk kepentingan lebih besar, yakni persatuan dan kesatuan Indonesia.
”Hilangkan kebencian dengan orang lain sehingga kehidupan rukun dan damai,” ujar Syukron, pimpinan Majelis Ulama Indonesia dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Surabaya.
Seusai shalat, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengucapkan selamat merayakan Lebaran atau Idul Fitri bagi warga Kota Pahlawan yang sedang berada di ibu kota Jatim tersebut atau di kampung halaman karena mudik. Warga diimbau menjaga kesehatan dan keselamatan diri serta memaknai hari raya untuk memelihara kerukunan dan ketenteraman.
”Saya menyadari selalu ada kekurangan dalam memimpin Surabaya. Di hari yang baik dan suci ini, izinkan saya memohon maaf atas semua kesalahan kepada seluruh aparatur dan warga,” kata Eri. Rumah Dinas Wali Kota Surabaya di samping Taman Surya terbuka bagi warga dan aparatur yang ingin silaturahmi dan halalbihalal dengan keluarga Eri sampai selepas tengah hari.
Di Masjid Nasional Al Akbar, shalat diikuti setidaknya 60.000 warga dan kalangan aparatur Pemprov Jatim termasuk Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. KH Abdullah Syamsul Arifin selaku khatib mengajak jemaah untuk memperkuat persaudaraan umat.
”Jangan membenci, lemah, dan gentar sehingga tidak menjadi umat yang kuat,” ujar Abdullah atau akrab disapa Gus Aab, pengasuh Pondok Pesantren Darul Arifin Jember itu.
Abdullah melanjutkan, sikap benci yang dipicu nafsu akan mengubah karakter seseorang menjadi berperilaku tidak terpuji, bahkan melanggar hukum. Padahal, puasa bertujuan mengekang hawa nafsu sehingga seseorang dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Shalat Idul Fitri merupakan doa bersama agar umat kembali kepada fitrah sebagai manusia yang baik.
Khofifah menyampaikan ucapan selamat Idul Fitri kepada jemaah dan warga Jatim. Mantan Menteri Sosial ini juga meminta maaf atas kesalahan dalam bertugas memimpin provinsi berpopulasi 40 juta jiwa tersebut.
Helmy Muhammad Noor dari Hubungan Masyarakat Masjid Nasional Al Akbar mengatakan, shalat Idul Fitri tahun ini merupakan yang pertama setelah pencabutan status pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
”Animo umat amat tinggi sehingga kehadiran diperkirakan sampai 60.000 orang,” ujar Helmy. Umat menempati lantai satu dan dua bangunan masjid, lalu halaman timur, selatan, dan utara yang tidak digunakan untuk parkir. Optimalisasi prasarana itu membuat kompleks masjid dapat menampung hingga 60.000 orang.