Warga Berebut Berkat di Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta
Warga berebut beragam hasil bumi dari gunungan dalam acara Grebeg Syawal di Keraton Yogyakarta, Sabtu (22/4/2023). Semua menjadi doa untuk hidup lebih baik kelak.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Puluhan warga berebut hasil bumi dari tujuh gunungan yang diarak dalam acara Grebeg Syawal di Keraton Kagungan Dalem Masjid Gedhe, Yogyakarta, Sabtu (22/4/2023). Acara ini digelar sebagai ungkapan syukur dan harapan hidup lebih baik di hari raya Idul Fitri.
Tujuh gunungan itu diarak prajurit keraton sekitar pukul 11.00 WIB. Setelah ditata di halaman masjid, warga langsung berebut berbagai macam hasil bumi yang tersusun di gunungan.
Tujuh gunungan memiliki nama berbeda. Gunungan itu dinamakan Kakung, Estri atau Wadon, Gepak, Dharat, dan Pawuhan.
Ngadiyem (57), warga Yogyakarta, tidak ingin kehilangan kesempatan mendapat berkah. Namun, dia hanya mendapat remah kerupuk dan rengginang di halaman masjid.
”Tidak apa-apa. Asalkan dari gunungan, semua tetap membawa berkah. Rencananya akan dijadikan pakan ternak ayam,” ujar warga Kampung Nulis, Kabupaten Bantul, DIY, Sabtu (22/4/2023).
Samirah (55), warga Kampung Nulis lainnya, lebih beruntung. Dia mendapat satu tusuk makanan berbahan ketan. Ia berencana menyebarkannya di sawah.
”Jika ditabur ke sawah, bahan dari gunungan akan membuat tanaman kami subur. Jika menjadi pakan, ayam akan gemuk dan sehat,” ujarnya.
Salfa (50), warga dari Banguntapan, Kabupaten Bantul, mengatakan baru pertama kali menonton dan mendapatkan hasil bumi dari gunungan. Dia percaya gunungan itu bisa mendatangkan kebaikan.
”Saya dapat kacang panjang. Bisa diolah menjadi masakan oseng-oseng,” ujarnya.
Panghageng KHP Parasraya Keraton Ngayogyakarta GKR Maduretno mengatakan, Grebeg Syawal adalah bagian dari rangkaian peringatan hari raya Idul Fitri. Acara ini menjadi yang pertama digelar dalam tiga tahun terakhir.
Akan tetapi, jika biasanya gunungan diarak melintasi Alun-alun Kidul, kali ini dilakukan melintasi tepi jalan, mulai dari keraton hingga Masjid Gedhe.
Panghageng II Kawedanan Nitya Budaya KRT Rinta Iswara mengatakan, grebeg berasal dari bahasa Jawa memiliki arti berjalan bersama-sama di belakang Ngarsa Dalem atau orang yang dipandang seperti Ngarsa Dalem.
Dalam pendapat lain, gunungan merupakan perwujudan kemakmuran keraton atau pemberian dari raja kepada rakyatnya. Jadi, makna Grebeg Syawal secara singkatnya adalah perwujudan rasa syukur akan datangnya Idul Fitri.