Pakaian Bekas Impor, Semakin Dilarang Semakin Dicari
Penjual pakaian bekas luring dan daring masih terang-terangan menjual pakaian bekas impor meski dilarang pemerintah.
Pedagangan pakaian bekas impor terus bergulir meski dilarang pemerintah. Sektor ini punya pasar sendiri yang setia dan akan meningkat saat bulan Ramadhan seperti kali ini. Semakin dilarang, pakaian bekas berbagai jenama ini semakin diburu penggemarnya.
Adisti Alsa (25) bersama tiga rekannya sedang mempromosikan pakaian bekas di pinggir Jalan Lapangan Tembak Nomor 10A, Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (9/4/2023) sore menjelang buka puasa. Tangan kanannya mengangkat selembar kaus, sedangkan tangan kirinya memegang mikrofon. ”Mulai dari harga Rp 15.000 saja, baju, sepatu, dan tas kece harganya miring parah di sini,” ujar Adisti lantang.
Adisti berusaha menarik perhatian orang yang berlalu lalang di jalan agar datang ke Bazar Ramadhan ”Thrift Market Day”. Bazar tersebut merupakan kali keempat yang telah dilaksanakan sejak 2021. Mulai dari baju, tas, dan sepatu bekas impor berbagai merek terkenal dijual di bazar tersebut.
”Bazar sudah tiga kali dilaksanakan. Jadi, banyak pelanggan yang dulu datang, kali ini datang lagi. Pengunjung antusias, ada yang datang ke sini karena ada thrift. Jadi, mereka jajan, makan sambil belanja. Masih sering juga ada yang tanya kapan ngadain bazar lagi,” tutur Supervisor Manajer Kafe Seatap Cibubur itu.
Awalnya, Adisti menargetkan bazar barang bekas tersebut untuk anak muda. Namun, tidak sedikit ibu-ibu yang ikut hadir untuk membeli pakaian bekas. Setiap kali pelaksanaan bazar, sedikitnya lebih dari 100 orang datang ke kafe yang dijadikan tempat bazar tersebut.
Dalam bazar thrift Ramadhan kali ini, terdapat delapan pedagang yang ikut serta. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang sudah dua kali mengikuti bazar dan tetap antusias. Peserta didominasi oleh penjual di media sosial. Adisti menyebut, testimoni penjualan peserta bazar sejauh ini cukup bagus.
Padahal, sejak Maret 2023 larangan penjualan pakaian bekas santer diberitakan lantaran termasuk barang ilegal. Adisti pun sempat khawatir soal pelarangan tersebut karena perencanaan bazar Ramadhan sudah dimulai sejak Februari 2023. Beberapa penjual turut ragu untuk tetap mengadakan bazar. Namun, akhirnya pemerintah masih memperbolehkan pedagang pakaian bekas impor untuk berjualan. ”Lanjut saja gas terus tetap adain bazar. Jadi, aku optimistis saja dan ternyata aman-aman saja, kok,” katanya.
Baca Juga: Lokapasar Diminta Berantas Penjualan Baju Bekas Impor
Salah seorang penjual pakaian bekas impor dalam bazar tersebut, Cindi (27), menyatakan, dengan mengikuti bazar cukup membantu penjualannya. Hal ini karena pendapatannya semakin berkurang sejak akun Tiktok Shop miliknya diblokir. Hal itu lantaran pemerintah meminta media sosial dan lokapasar memberantas penjualan pakaian bekas impor daring.
Padahal, berjualan di Tiktok Shop menjadi andalannya karena pengikut akunnya sudah mencapai 48.000. Dengan jualan secara langsung di Tiktok Shop, dalam satu kali live dia bisa menjual 300 pakaian. Rerata, dalam seminggu, bisa mencapai 1.200 pakaian terjual, sementara dengan mengikuti bazar dalam satu hari, misalnya, ia hanya bisa menjual 60-70 pakaian.
Semenjak akun Tiktoknya diblokir, pendapatannya berkurang 50 persen. Kini, Cindi beralih jualan ke platform Instagram, Whatsapp, dan lokapasar. Cindi yang memulai usahanya sejak 2020 itu mengaku kondisi seperti ini (larangan pemerintah) tidak akan berlangsung lama. Pasalnya, para pelanggannya tetap membeli barang dagangannya itu. Menurut dia, pakaian bekas impor sudah memiliki pasarnya tersendiri.
”Nanti juga dibolehin lagi. Biasalah Indonesia kalau lagi panas kondisinya gitu. Kalau lagi anyep lupa sendiri,” ujar Cindi yang membeli pakaian bekas impor asal Korea secara karungan atau bal. Untuk satu karung pakaian bekas, Cindi membeli dengan harga Rp 11 juta. Satu bal pakaian bekas impor habis terjual selama empat bulan.
Tidak berpengaruh
Pembeli thrifting di lokapasar, Diza (29), mengaku tetap mau membeli pakaian bekas impor. Selain harganya yang lebih murah, dia juga merasa bisa menemukan pakaian langka dari jenama tertentu yang sudah tidak produksi di era sekarang, tetapi masih layak pakai.
Selain itu, dia juga berpandangan, dengan membeli pakaian bekas, ia berkontribusi mengurangi sampah tekstil. Di sisi lain, banyak kehidupan pedagang yang bergantung pada bisnis ini sehingga akan sangat banyak orang terganggu ekonominya karena kebijakan ini.
”Bajunya itu lebih variatif. Itu, kan, barang yang masih punya nilai untuk dipakai lagi. Dengan 400.000, kita bisa dapat 3-4 bahkan lebih. kalau beli baru, paling cuma dapat satu,” kata Diza.
Di tempat lain, salah satu pedagang sepatu bekas impor, Muhammad Erik (28), mengaku tidak ada pengaruh larangan penjualan dari pemerintah terhadap omzetnya jelang Lebaran tahun ini. Dia tetap bisa menjual empat bal sepatu pada awal April ini.
”Kalau di Palembang, sejauh ini belum terpengaruh. Mendekati Lebaran ini penjualan sudah 2,5 kali lipat, bulan biasanya habis lima bal sebulan, ini baru awal bulan sudah habis empat bal. Satu bal isi 100 sepatu, satu sepatu keuntungannya sekitar Rp 50.000-Rp 75.000,” kata Erik.
Namun, jika dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu, penjualannya tahun ini memang menurun. Tahun lalu, ia bisa menjual hingga belasan bal menjelang hari raya. Dia menduga hal ini karena daya beli masyarakat yang semakin menurun akibat pandemi Covid-19.
”Justru tahun kemarin saya bisa jual sampai 18 bal. Uangnya saya pakai buat keluarga liburan jalan-jalan. Tahun ini mungkin karena resesi ini. Saya juga kerja di distribusi makanan, itu menurun signifikan tahun ini. Bisa juga karena orang lebih banyak menabung. Jadi, tahun ini turun signifikan, tetapi masih untung kalau buat saya yang kerja sendiri sama istri dan tidak ada karyawan,” ucapnya.
Meski dilarang pemerintah, Erik yang sudah lima tahun jualan sepatu bekas impor ini tetap berjualan di media sosial, Facebook dan Whatsapp. Berjualan di media sosial penting baginya untuk memperluas pasar.
”Live Facebook seminggu sekali untuk mencari pelanggan baru, lebih sering via Whatsapp setiap hari order masuk terus,” tutur Erik.
Impor pakaian bekas dilarang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan No 18/2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam sejumlah kesempatan selalu menegaskan, penjualan pakaian bekas impor dilarang oleh pemerintah.
Zulkifli mengatakan, pemerintah mengincar penyelundup ilegal dari sejumlah daerah, termasuk melalui jalur tikus. Jika importir pada tingkat hulu dihentikan, penjualan pakaian bekas impor di tingkat hilir juga akan terhenti. Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan, pemerintah perlu melihat pergeseran penjualan pakaian bekas impor ke platform media sosial. Cara ini juga dianggap efektif dalam menjaga penjualan baju bekas di media sosial dengan segmentasi anak muda.
Bhima menilai, beberapa pakaian bekas masih mudah ditemukan ketika menggunakan mesin pencari di platform lokapasar. Sebetulnya, dengan menggunakan mesin pencari bisa secara otomatis memblokir kata kunci terkait dengan penjualan pakaian bekas. Sanksi juga perlu tegas, seperti pemblokiran akun media sosial, dan yang cukup berat sehingga ada efek jera.
Saat ini, aturan untuk pedagang pakaian bekas impor belum ketat. Pemerintah baru sekadar menindak importir saja sehingga fenomena pedagang thrifting akan kembali berjualan dalam beberapa bulan kedepan bisa terulang lagi.
”Pemerintah sepertinya cuma show off force saja melakukan penyitaan dan pembakaran. Selama tidak dibentuk tim khusus yang memiliki kewenangan penindakan dari hulu impor ke hilir perdagangan, penjualan pakaian bekas masih boleh. Ini akan mengulang penegakan yang hampir tidak ada pada saat Permendag 2015 dirilis. Jadi, periode 2015-2022, thrifting dilarang hanya di atas kertas,” papar Bhima.