Hirup Gas Beracun dari Erupsi Gunung Lumpur, Satu Orang di Blora Tewas
Gas beracun yang muncul seiring dengan eupsi gunung lumpur di Blora, Jawa Tengah, menyebabkan satu orang meninggal dan satu orang dirawat di rumah sakit. Erupsi terjadi belasan kali sejak Selasa (11/4/2023).
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Seorang warga di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Jawa Tengah, meninggal dan satu lainnya dilarikan ke rumah sakit setelah menghirup gas beracun yang muncul akibat erupsi gunung lumpur di Obyek wisata Geologi Oro-oro Kesongo, Rabu (12/4/2023) . Peringatan tanda bahya akan dipasang di sekitar lokasi kejadian untuk mencegah jatuhnya korban jiwa di masa mendatang.
Korban meninggal dalam kejadian itu adalah Warino (25), warga Desa Gabusan. Saat kejadian, Warino sedang menggembalakan ternaknya. Jarak antara Warino dan gunung lumpur yang erupsi tersebut sekira 1 kilometer.
Beberapa saat sebelum kejadian, Warino berteriak minta tolong. Teriakan Warino tersebut didengar pamannya, Suwadi (58), yang berjarak sekitar 500 meter dari Warino. Setelah mendengar teriakan, Suwandi yang sedang menggarap ladang bergegas menghampiri Warino.
Sesampainya di lokasi, Suwandi terkejut melihat Warino jatuh dengan posisi kepala masuk ke kubangan air. Suwandi mencoba mengangkat tubuh Warino sembari berteriak meminta pertolongan kepada warga lain. Tak berselang lama, Suwandi merasa pusing dan lemas.
Melihat kejadian itu, Sudarman (45), warga lain yang sedang menggarap lahan, langsung berupaya membawa Suwadi menjauhi lokasi. Oleh karena kondisinya tak kunjung membaik, Suwandi dilarikan ke Rumah Sakit Umum Habibullah, Grobogan.
”Kondisi Sudarman sudah berangsur membaik. Sementara itu, Warino yang meninggal dalam kejadian itu sudah dimakamkan oleh keluarga pada Rabu siang,” kata Kepala Desa Gabusan Parsidi saat dihubungi pada Rabu.
Menurut Parsidi, erupsi gunung lumpur yang berjarak sekitar 3 kilometer dari permukiman itu terjadi sejak Selasa (11/4/2023) sekitar pukul 17.30. Hingga Rabu petang ada sekitar 13 kali erupsi dengan ketinggian mencapai 8 meter.
”Erupsi gunung lumpur ini tergolong sering, baik erupsi kecil maupun erupsi besar. Dalam setahun, rata-rata ada 6-7 kali erupsi besar. Tetapi, biasanya tidak pernah ada korban jiwa, paling cuma hewan ternak. Baru kali ini ada korban jiwa,” ujar Parsidi.
Menurut Handoko Teguh Wibowo, dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, yang meneliti gas rawa di Grobogan, Jateng, erupsi gunung lumpur ditandai dengan keluarnya material berupa air, gas, dan material padat dari kawah. Penyebab keluarnya material ini adalah adanya tekanan terus-menerus dari bawah gunung lumpur. Pada titik kritis, material yang terdiri dari air, gas, dan material padat menyembur melalui saluran berbentuk kawah.
”Setelah energinya berkurang, erupsi akan melemah dan berhenti. Berhenti itu bukan berarti mati, melainkan sedang mengakumulasi energi untuk dimuntahkan kembali ketika energinya sudah cukup. Adapun yang menyebabkan kematian ialah gas hidrogen sulfida dalam konsentrasi tinggi atau pekat yang keluar pada saat erupsi,” ujar Handoko.
Handoko memperkirakan, erupsi gunung lumpur masih akan terus terjadi. Siklus erupsinya juga cenderung lebih acak, menyesuaikan kecepatan akumulasi energi dan dinamika di bawah permukaan bumi.
Untuk menekan risiko bencana yang timbul akibat erupsi, Handoko menyarankan agar ada penentuan zonasi bahaya, yakni zona merah, kuning, dan hijau. Aktivitas di zona merah atau kurang dari 1 kilometer dari gunung lumpur tidak diperbolehkan.
”Selain itu, perlu juga dipasang alat penanda arah dan kecepatan angin. Hal itu penting supaya orang-orang tahu arah mana yang harus dihindari agar tidak menghirup gas berbahaya,” tuturnya.
Kepala Kepolisian Sektor Jati Inspektur Satu Subardi mengatakan, bendera penanda angin dan spanduk peringatan agar masyarakat tidak beraktivitas di sekitar gunung lumpur sudah pernah dipasang. Kendati demikian, bendera penanda angin dan spanduk peringatan tersebut hilang diambil orang.
”Kami sudah memesan spanduk peringatan dan bendera yang baru. Semoga besok sudah bisa mulai dipasang. Menurut saya, ini penting supaya kalau ada masyarakat dari luar atau pendatang bisa terinformasi. Bahaya kalau mereka tidak tahu, terus mendekat, padahal sedang erupsi,” ucap Subardi.
Subardi mengimbau warga sekitar untuk tidak beraktivitas di sekitar gunung lumpur untuk mencegah timbulnya korban. Ke depan, polisi bersama TNI dan pemerintah setempat akan menggencarkan sosialisasi kepada masyarakat sekitar dan pendatang terkait bahaya erupsi.