Gunung Lumpur Kesongo di Blora Diusulkan untuk Pendidikan dan Wisata
Fenomena alam ini menarik dan ada dua sisi potensi. Positifnya, ini menjadi ciri keberadaan minyak dan gas serta menjadi geowisata dan laboratorium alam. Namun, ada bahaya yang muncul jika tiba-tiba erupsi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
BLORA, KOMPAS — Gunung lumpur atau mud volcano Kesongo di Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, yang meletup pada Kamis (27/8/2020) dijaga dan dipagari demi keamanan. Lokasi itu menurut rencana akan dikembangkan untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata.
Gunung lumpur itu meletup setidaknya tiga kali pada Kamis, sejak pukul 05.30, dengan ketinggian lebih dari 50 meter. Empat penggembala kerbau sempat keracunan gas, tetapi sudah sembuh. Sementara 18 kerbau terkubur di material semburan dan hanya satu ekor yang bisa diselamatkan.
Dahsyatnya letupan di gunung lumpur itu terekam video oleh sejumlah warga, yang kemudian viral di media sosial. Semburan gas bercampur lumpur itu meletup-letup tinggi. Tampak sejumlah warga memperingatkan warga lainnya untuk menjauh.
Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Miineral (ESDM) Jateng Sujarwanto, Jumat (28/8/2020), mengatakan, untuk sementara, pihaknya meminta lokasi tersebut diamankan dari masyarakat yang ingin melihat dari jarak dekat.
Selain dipasang pagar pengaman dan papan larangan, aparat juga terus memantau lokasi itu demi keamanan. ”Belum bisa dipastikan (terkait) letupan susulan. Semoga tenang kembali,” kata Sujarwanto melalui pesan singkat.
Selanjutnya, ia menyarankan titik tersebut dijadikan kawasan geodiversity atau wilayah dengan keragaman dan keunikan bentang alam geologi. ”(Itu) untuk kepentingan pendidikan dan pariwisata karena memang sejarah lokasi tersebut sebagai mud volcano Kesongo,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Blora Hadi Praseno menuturkan, lokasi itu berada di bawah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Randublatung, Perum Perhutani. Luas bentang area tersebut sekitar 114 hektar.
Menurut Hadi, dari keterangan sejumlah warga, beberapa tahun sebelumnya pernah terjadi letupan meski titiknya berbeda dengan saat ini. Pihaknya juga berkoordinasi dengan ahli geologi. Terkait dengan kandungan gas apa saja dari semburan itu, perlu dikaji lebih jauh.
Saat ini, yang utama ialah sisi keamanan. ”Kami membuat spanduk yang intinya agar warga tak mendekat dan memasuki wilayah itu. Kami kedepankan pencegahan. Perhutani juga sudah memasang papan dilarang masuk. Garis polisi juga sudah terpasang,” ujar Hadi.
Pemantauan akan terus dilakukan. Para petugas akan mengimbau masyarakat dengan menggunakan pelantang. Menurut Hadi, yang lebih sulit dilakukan justru mengingatkan warga dari sejumlah desa lain yang ingin mendekat ke kawasan tersebut.
Sebelumnya, dosen Teknik Geologi dan Pertambangan Institut Teknologi Adhi Tama, Surabaya, yang meneliti gas rawa di Grobogan, Jateng, Handoko Teguh Wibowo, mengatakan, lokasi erupsi ialah kompleks gunung lumpur Kesongo.
Dari sekitar titik tersebut ke arah Purwodadi, Grobogan, memang banyak gunung lumpur. Adapun yang paling terkenal di Kuwu, Grobogan, yang telah menjadi tempat wisata Bledug Kuwu.
Menurut dia, dari sekitar titik tersebut ke arah Purwodadi, Grobogan, memang banyak gunung lumpur. Adapun yang paling terkenal di Kuwu, Grobogan, yang telah menjadi tempat wisata Bledug Kuwu. Jika ditarik garis lurus, jarak antara gunung lumpur Kesongo dan Bledug Kuwu sekitar 15 kilometer.
”Ini fenomena alam yang menarik dan ada dua sisi potensi. Positifnya, ini menjadi ciri keberadaan minyak dan gas serta menjadi geowisata dan laboratorium alam. Namun, di sisi lain, ada bahaya yang muncul jika tiba-tiba erupsi. Jadi, tinggal bagaimana mengelola dan mengaturnya dengan hati-hati,” kata Handoko.