Kenaikan harga pada komoditas pangan di Kalimantan Tengah masih sebabkan inflasi. Beras jadi penyumbang inflasi dalam beberapa bulan terakhir.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Para pekerja borongan asal Kalimantan Selatan sedang menanami padi jenis Impari-42 di sawah yang digarap pemerintah dalam program food estate di Desa Bentuk Jaya, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, Rabu (21/4/2021).
PALANGKARAYA, KOMPAS — Beras dan berbagai komoditas pangan terus menjadi penyumbang inflasi di Kalimantan Tengah dalam beberapa bulan terakhir. Nilai inflasi di Kalteng naik dari 0,10 persen pada bulan lalu menjadi 0,50 persen bulan ini. Meski demikian, nilai tukar petani tanaman pangan atau NTPTP turun. Pemerintah terus berupaya menekan laju inflasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Tengah Taufik Saleh mengungkapkan, sesuai dengan analisis dan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, komoditas makanan, rokok, dan angkutan udara jadi pemicu kenaikan inflasi. Pada komoditas makanan, beras, cabai rawit, ikan gabus, dan ikan tongkol menyumbang inflasi karena kenaikan harga.
”Untuk beras, kenaikan harganya berkaitan dengan penetapan kenaikan harga beli gabah dan HET beras oleh pemerintah, sedangkan kenaikan rokok karena meningkatnya cukai 10 persen tahun ini,” kata Saleh di Palangkaraya, Kamis (6/4/2023).
Selain itu, lanjut Saleh, inflasi juga dipicu oleh kenaikan harga tiket pesawat. Hal itu terjadi lantaran tingginya permintaan pada angkutan udara di bulan Ramadhan. Peningkatan itu bisa dilihat dari meningkatnya jumlah penumpang udara sebesar 28,82 persen yang tidak seimbang dengan frekuensi penerbangan bulan ini yang hanya 11,35 persen.
KOMPAS/DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dengan instansi terkait meluncurkan dua merek beras Kalimantan Tengah, yakni beras Siam Kahayan dan Burung Tingang, di Kota Palangkaraya, Rabu (12/1/2023),
Saleh menambahkan, meskipun terjadi inflasi, jika dilihat dari tahun lalu, inflasi Maret 2023 dinilai melandai. Hal itu tidak terlepas dari sinergi antarlembaga terkait yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), baik di provinsi maupun kabupaten.
Di Palangkaraya, sampai saat ini komoditas beras masih mengalami kenaikan harga. Harga beras premium merek Mayang Usang dari Rp 18.000 per kilogram (kg) naik menjadi Rp 27.000 per kg, beras Karang Dukuh dari Rp 22.000 per kg menjadi Rp 23.000 per kg, beras Siam Arjuna dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 22.000 per kg, Mayang Hanyar dari Rp 17.000 per kg menjadi Rp 25.000 per kg.
Lutfi (37), pedagang kebutuhan pokok di Pasar Besar, Kota Palangkaraya, mengungkapkan, kenaikan harga beras terjadi karena banyak faktor. Namun, faktor yang paling memengaruhi, menurut Lutfi, banyak petani yang gagal panen lantaran kebanjiran di luar daerah tempat asal beras yang ia pesan.
”Banjir tahun lalu, jadi hasil panennya buruk. Di Kalampangan (Palangkaraya) itu juga banyak yang gagal panen,” ucap Lutfi.
Lutfi menambahkan, harga bawang ikut naik lantaran gelombang tinggi di laut yang membuat sedikit kapal yang berani berlayar membawa bahan pokok. ”Bawang ini dari Jawa semua, saya ngambilnya di Banjarmasin, di sana stoknya terbatas,” katanya.
Salah satu upaya pemerintah untuk menangani kenaikan beras adalah dengan meluncurkan dua merek beras baru asli Kalimantan Tengah, yakni beras Siam Kahayan dan Burung Tingang. Keduanya dijual dengan harga murah.
Siam Kahayan merupakan beras pera dengan jenis Inpari-42. Sementara beras Burung Kahayan merupakan beras pulen dengan jenis Inpari-46. Keduanya dijual dengan harga murah. Beras Siam Kahayan dijual dengan harga Rp 9.500 per kilogram atau dijual dengan kemasan 5 kilogram Rp 47.500. Adapun beras Burung Tingang dijual dengan harga Rp 13.500 per kilogram.
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
Harga ayam potong terus melonjak mendekati Natal dan Tahun Baru 2020 di Pasar Kahayan dan Pasar Besar, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat (29/11/2019).
Namun, Data BPS Provinsi Kalteng pada Maret 2023 juga menunjukkan terjadi penurunan nilai tukar petani tanaman pangan (NTPTP) sebesar 1,90 persen dari 99,64 bulan lalu menjadi 97,75. Penurunan itu terjadi lantaran biaya yang dikeluarkan petani jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang mereka terima.
Kepala BPS Provinsi Kalteng Eko Marsoro menjelaskan, komoditas padi indeksnya menurun 2,04 persen. Penurunan itu lantaran sudah masuknya musim panen sehingga stok gabah di petani menjadi banyak dan menyebabkan harga gabah mengalami penurunan.
”Tetapi, nilai tukar petani di sektor lain, seperti hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan perikanan, meningkat,” ucap Eko.