”Dewi Siundul”, Harimau Korban Konflik, Mati di Suaka Satwa Sumut
Harimau sumatera, Dewi Siundul, mati setelah lebih dari setahun dirawat di Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun, Sumut. Kematian Dewi menambah daftar kematian harimau di tengah tekanan populasi.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
BARUMUN, KOMPAS — Dewi Siundul, harimau sumatera korban konflik dengan manusia, mati karena sakit setelah lebih dari satu tahun dirawat di Suaka Satwa (Sanctuary) Harimau Sumatera Barumun di Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara. Kematian Dewi Siundul menambah panjang daftar kematian harimau bulan ini.
Pelaksana Harian Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Elvina Rosinta Dewi, Selasa (21/3/2023), mengatakan, kondisi Dewi Siundul menurun sejak 11 Maret 2023 setelah muncul luka melepuh di kakinya. Harimau betina berusia 14 tahun itu dirawat intensif untuk menyembuhkan luka itu.
Setelah dirawat beberapa hari, luka mulai membaik. Namun, muncul lagi luka di bagian siku, perut, dan ekornya. Akibatnya, harimau itu berjalan sempoyongan. Nafsu makannya juga menurun sehingga harus disuap oleh penjaga harimau.
Pada Rabu (15/3/2023), kondisi Dewi semakin menurun hingga tidak bisa berjalan. Badannya juga gemetaran. ”Penjaga merawat luka dengan menyemprot iodine dan gusanex,” kata Elvina.
Melihat kondisi yang terus menurun, Elvina lantas menggelar rapat daring dengan berbagai pihak, seperti Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem, Yayasan Parsamuhan Bodhicitta Mandala Medan, Yayasan Alam Liar Sumatera, Yayasan Sintas Indonesia, Forum Harimau Kita, dan tim medis BBKSDA Sumut. Mereka memprioritaskan langkah yang harus diambil untuk menyelamatkan Dewi.
”Namun, kondisi Dewi Siundul terus menurun dan akhirnya mati pada Minggu (19/3/2023) pukul 16.25,” kata Elvina. Bangkai Dewi telah dinekropsi lalu dikubur di area Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun.
Korban konflik manusia
Dewi Siundul diselamatkan dari konflik dengan masyarakat di Desa Siundul Julu, Pagaranbira Jae, dan Hutabargot di Kecamatan Sosopan, Kabupaten Padang Lawas, Sumut, pada 16 Desember 2021. Konflik sempat berlangsung selama sebulan hingga menimbulkan keresahan warga karena harimau itu sering muncul di sekitar permukiman dan ladang. Beberapa ternak warga dimangsa harimau itu.
Pada saat diselamatkan, panjang tubuh Dewi Siundul 234 sentimeter dan tinggi 74 sentimeter. Harimau itu memiliki luka parah di perut hingga ada belatung.
”Kondisinya juga malanutrisi yang terlihat dari fisiknya yang kurus dan lemah. Harimau sudah memasuki usia sangat tua mengingat umur harimau sumatera di alam liar 10-15 tahun,” kata Elvina.
Elvina mengatakan, kondisi Dewi Siundul sempat membaik setelah dirawat di suaka satwa. Setelah enam bulan diselamatkan dari konflik, BBKSDA Sumut mengusulkan pelepasliarannya dan disetujui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Namun, setelah pemeriksaan kondisinya, kemampuannya berburu dan bertahan di alam liar menurun. Akibatnya, pelepasliaran itu ditunda.
Kepala Subbagian Humas BBKSDA Sumut Andoko Hidayat mengimbau masyarakat, khususnya di desa penyangga hutan di Sumatera, agar tidak berburu, menebang tanpa izin, dan merambah. Harapannya, hal itu bisa ikut menekan konflik antara harimau dan masyarakat. Saat ini diperkirakan hanya tinggal 500-600 individu harimau di hutan Sumatera.
Di tengah populasi yang minim, kematian Dewi Siundul menambah daftar kematian harimau sumatera dalam beberapa waktu ini. Pekan lalu, satu harimau betina liar mati di Aceh dan seekor harimau jantan yang dilepasliarkan dari hasil penangkaran, Surya Manggala, mati di Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi. Surya juga berasal dari Suaka Satwa Harimau Sumatera Barumun, anak dari sepasang harimau korban konflik.
Konservasionis satwa dari Forum Harimau Kita, Hariyo Wibisono, menilai, upaya konservasi terbaik pada spesies kunci ialah menjaga habitatnya. Habitat yang baik juga dapat mencegah konflik satwa dengan manusia. ”Kalau kondisi habitatnya baik, sumber pakannya mencukupi, reproduksi harimau akan meningkat dengan sendirinya,” ujarnya (Kompas, 13/3/2023).