Merengkuh Berkah dari Panorama Teluk Numbay
Keindahan panorama alam Teluk Numbay di Jayapura adalah aset tak ternilai. Memanfaatkannya, para pelaku UMKM dapat meraih untung besar yang juga berdampak bagi pendapatan asli daerah kota itu.
Usaha mikro, kecil, dan menengah yang dikombinasikan dengan panorama alam di Kota Jayapura terus menggeliat selama 10 tahun terakhir. Panorama Teluk Numbay di ibu kota Papua ini menjadi daya tarik pengunjung sehingga mendatangkan berkah bagi ribuan pelaku usaha kecil dan menengah.
Kota Jayapura diberkahi panorama Teluk Numbay yang memukau mata. Pemandangan yang terlihat adalah pulau-pulau kecil yang mengelilingi Jayapura, seperti Enggros dan Tobati. Tampak rumah-rumah warga Enggros dan Tobati serta areal gedung perkantoran dan pelabuhan di pesisir wilayah Jayapura yang terhampar rapi.
Sosok Jembatan Youtefa turut menjadi salah satu ikon Kota Jayapura yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2019. Yang tak kalah menarik adalah area pesisir Pantai Hamadi hingga Pantai Holtekamp dan hutan bakau yang mengelilingi Teluk Numbay.
Salah satu tempat untuk memanjakan mata memandangi panorama Teluk Numbay adalah di daerah perbukitan Skyline yang menghubungkan Distrik (kecamatan) Jayapura Selatan dan Distrik Abepura. Di daerah ini telah menunggu lebih kurang 50 lapak pedagang yang menjual kelapa muda di pinggiran jalan umum Bukit Skyline.
Salah satu pengelola lapak tersebut adalah Nelce Korwa. Perempuan berusia 23 tahun ini bersama ibu dan adiknya tampak sibuk melayani para pengunjung di lapaknya saat ditemui, Minggu (5/3/2023). Sejumlah pengunjung sedang menikmati minuman dan daging kelapa muda yang begitu lezat di lapak selebar 5 meter dan panjang 7 meter ini.
Baca juga : Menikmati Pantai Hamadi di Kota Jayapura
Adapun harga satu buah kelapa berkisar Rp 20.000 hingga Rp 30.000. Minuman kelapa muda yang dijual bervariasi, mulai dari minuman kelapa muda yang dicampur dengan sirop, minuman kelapa muda dicampur dengan gula merah, hingga minuman kelapa muda tanpa dicampur bahan pemanis.
Omzet penjualan kelapa muda di lapak Nelce bisa mencapai Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per minggu. Dari Senin hingga Jumat sekitar 20 pengunjung yang menikmati kelapa muda di lapak Nelce. Pada hari Sabtu dan Minggu, jumlah pengunjung bisa melonjak hingga lebih dari dua kali lipat, yakni sekitar 50 orang.
”Jumlah pengunjung ke lapak kami dan pedagang lainnya ditentukan oleh faktor cuaca. Jika cuaca cerah, jumlah pengunjung sangat banyak. Namun, jumlah pengunjung bisa menurun drastis apabila Jayapura diguyur hujan,” kata Nelce.
Andi Ahmad, salah satu pengunjung di lapak milik Nelce, mengaku sangat terpukau dengan pemandangan Kota Jayapura. Andi yang baru setahun berdinas sebagai aparatur sipil negara di salah satu lembaga negara di Jayapura mengatakan belum pernah merasakan menikmati buah kelapa muda di daerah perbukitan sambil menikmati panorama teluk yang begitu indah di daerah lain seperti di Jayapura.
”Saya berasal dari Sulawesi Selatan dan belum pernah menyaksikan pemandangan teluk yang indah. Suasana ini sangat menenangkan hati setelah melewati rutinitas kerja yang begitu padat dari Senin hingga Jumat,” kata Andi.
Baca juga : Pembukaan Ekowisata Efektif Cegah Perambahan Hutan di Papua
Sekitar 8 kilometer dari Bukit Skyline, terdapat Kafe Hollandia, sebuah lokasi usaha kecil menengah yang juga spot wisata menawarkan pemandangan lanskap pelabuhan dan Teluk Jayapura.
Hollandia terletak di Jalan Weref, Distrik Jayapura Selatan. Di tempat ini terdapat delapan tempat usaha yang menjual aneka produk jajanan, kuliner hingga kopi. Tempat yang dimiliki oleh masyarakat pemilik hak ulayat bernama Bernadus Sibi tersebut dibuka dari pukul 17.00 hingga pukul 23.00.
Pada Senin (6/3/2023), Hollandia, yang dulu merupakan nama awal dari Kota Jayapura, menjadi tempat para pengunjung untuk berswafoto dengan latar belakang pemandangan Teluk Jayapura menjelang matahari terbenam. Suasana malam di Jayapura juga tak kalah indah, yang sering kali disandingkan dengan pemandangan Hong Kong pada malam hari.
Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat adanya jasa UMKM yang murah, tetapi dengan spot pemandangan wisata yang bernilai mahal. Mudah-mudahan cara ini bisa menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lainnya.
Apabila cuaca cerah, jumlah pengunjung di Kafe Hollandia bisa mencapai 2.000 orang per minggu. Jumlah pengunjung akan menurun drastis ketika Jayapura dilanda hujan deras selama berjam-jam. Sebab, tidak semua lokasi usaha di Hollandia ditutupi oleh atap atau tenda yang khusus untuk pelaku UMKM.
”Hollandia menjadi tempat yang dimiliki oleh wirausaha asli Papua yang memberikan kemudahan bagi delapan pelaku UMKM untuk mendapatkan pemasukan. Para pemilik usaha hanya membayar biaya sewa per bulan Rp 5 juta, sedangkan pemasukan harian yang mereka dapatkan mencapai Rp 2 juta hingga Rp 3 juta per hari,” kata Jefri Yulianto selaku pengelola Kafe Hollandia.
Ia menambahkan, Hollandia menawarkan sensasi menikmati pemandangan Teluk Numbay dengan aneka kuliner, jajanan, dan kopi dengan biaya terjangkau bagi seluruh kalangan masyarakat. Harga aneka kuliner, makanan ringan, hingga kopi berkisar dari Rp 20.000 hingga Rp 40.000.
”Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat adanya jasa UMKM yang murah, tetapi dengan spot pemandangan wisata yang bernilai mahal. Mudah-mudahan cara ini bisa menjadi inspirasi bagi pelaku UMKM lainnya,” tutur Jefri.
Peran vital
Pelaku UMKM dalam sektor jasa memegang peran besar bagi pendapatan asli daerah (PAD) Pemerintah Kota Jayapura tahun 2022 yang mencapai Rp 294 miliar. Sektor ini berkontribusi hingga sekitar 70 persen bagi PAD Kota Jayapura. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kota Jayapura, terdapat sekitar 7.800 UMKM yang terdata hingga tahun ini di Kota Jayapura.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Jayapura Matias Mano menjelaskan, peran sektor jasa, khususnya kuliner dengan memanfaatkan spot wisata, menggeliat sejak tahun 2018. Hal ini ditinjau kondisi sarana infrastruktur yang terus membaik, banyaknya hotel serta rumah penginapan lainnya, serta mudah diakses moda transportasi laut dan udara.
Ia mengakui, pandemi Covid-19 pada bulan Maret 2020 berdampak besar bagi sektor jasa yang bergantung pada bidang pariwisata dan ekonomi. Banyak restoran hingga fasilitas tempat wisata ditutup karena kebijakan pembatasan aktivitas masyarakat. Kini pelaku sektor jasa, khususnya usaha kuliner, di Kota Jayapura kembali bersemangat mendapatkan pemasukan selama setahun terakhir.
”Jayapura merupakan kota tertua di Tanah Papua yang telah memasuki usia yang ke-113 tahun. Kota ini menjadi salah satu wilayah di Papua yang diberkahi panorama alam yang indah dengan kombinasi sarana infrastruktur, penginapan, dan pusat transit di Papua. Hal inilah yang menjadi pemicu sektor jasa menjadi penyumbang terbesar dalam PAD Kota Jayapura,” ujar Matias.
Baca juga : Potensi Ekowisata Papua Perlu Dioptimalkan
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Adriana Helena Carolina mengatakan, lapangan usaha atau industri akomodasi dan makan minum dalam produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga yang berlaku pada tahun 2022 mencapai Rp 607,5 miliar. Sebelumnya saat pandemi Covid-19 di Kota Jayapura pada 2020, lapangan usaha atau industri akomodasi dan makan minum dalam PDRB atas dasar harga yang berlaku hanya Rp 526 miliar.
”Laju pertumbuhan PDRB di Kota Jayapura, khususnya pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum, telah mencapai 4,25 persen pada tahun 2022. Kondisi pertumbuhan lapangan usaha ini sangat baik dibandingkan dengan tahun 2020 yang turun hingga minus 22,25 persen,” kata Adriana.