Longsor di Pulau Serasan Natuna, Bencana Terburuk Sepanjang Sejarah Kepri
Bencana longsor yang terjadi di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, merupakan yang terburuk sepanjang sejarah Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk pada 2002.
Oleh
PANDU WIYOGA, YOLA SASTRA
·4 menit baca
BATAM, KOMPAS — Bencana longsor yang terjadi di Pulau Serasan, Kabupaten Natuna, merupakan bencana terburuk sepanjang sejarah Provinsi Kepulauan Riau yang dibentuk pada 2002. Hingga Selasa (7/3/2023) sore, jumlah korban meninggal 11 orang, kritis 3 orang, luka berat 4 orang, dan belum ditemukan 47 orang.
Sebelumnya, longsor terjadi di Pulau Serasan tepatnya di Desa Pangkalan, Kecamatan Serasan Timur, Senin (6/3/2023) pukul 11.15. Longsor disebut menyapu 27 rumah warga di Desa Pangkalan.
Adapun Pulau Serasan terletak sekitar 200 kilometer dari Ranai, ibu kota Natuna. Untuk mencapai Pulau Serasan, perjalanan dilakukan melalui laut. Dari Ranai dibutuhkan waktu selama 12-14 jam menggunakan kapal.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Riau Muhammad Hasbi, Selasa, mengatakan, proses evakuasi masih berlangsung. Tim pencari dan penyelamat gabungan berkejaran dengan waktu untuk mencari 47 korban yang belum ditemukan.
”Bencana (longsor) di Pulau Serasan ini saya kira merupakan yang terparah sepanjang sejarah Kepri,” kata Hasbi saat dihubungi dari Batam.
Ia mengatakan, jumlah korban jiwa akibat longsor di Pulau Serasan hanya kalah dari tragedi tenggelamnya kapal pengangkut pekerja migran tanpa dokumen pada 2 November 2016 di Batam. Sebanyak 54 orang meninggal dan 6 orang hilang dalam peristiwa itu.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada 2012-2021, banjir merupakan bencana yang paling banyak memakan korban di Kepri. Dalam rentang waktu sepuluh tahun tersebut, tercatat 10 orang meninggal dan 16.145 orang mengungsi akibat banjir.
Hasbi menyebutkan, sejauh ini proses evakuasi korban masih terkendala cuaca hujan sehingga tanah masih labil. Dua alat berat yang ada di lokasi belum bisa bekerja. ”Pencarian secara manual pun belum bisa optimal karena dikhawatirkan membahayakan petugas SAR,” kata Hasbi.
Sejauh ini, proses evakuasi korban masih terkendala cuaca hujan sehingga tanah masih labil.
Hasbi juga meralat jumlah korban jiwa. Senin kemarin, disebutkan jumlah korban meninggal 15 orang. Namun, setelah diverifikasi ulang, jumlah korban jiwa 10 orang. Kemudian, data terakhir hingga pukul 17.30, korban jiwa bertambah menjadi 11 orang karena satu korban kritis meninggal.
Selain korban jiwa, luka-luka, ataupun hilang, Hasbi menyebut ada 1.216 warga mengungsi di Kecamatan Serasan Timur pascabencana longsor tersebut.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan resmi menyebut, faktor penyebab longsor di Desa Pangkalan antara lain kemiringan lereng tebing yang curam, tanah pelapukan yang tebal dari batuan tua berupa lapukan granodiorite dan curah hujan ekstrem durasi lama.
Bantuan darurat
BNPB mengirimkan bantuan kepada warga terdampak bencana longsor di Pulau Serasan. Bantuan tersebut dikirimkan langsung oleh Kepala BNPB Suharyanto.
Suharyanto terbang dari Jakarta ke Natuna, Selasa siang, untuk melihat situasi dan kondisi pascabencana longsor. Berangkat dengan pesawat Hercules C-130, rombongan BNPB dijadwalkan tiba di Lanud Sadjad Ranai, Natuna, Selasa sore.
Bantuan yang dibawa BNPB berupa logistik dan peralatan untuk dukungan percepatan penanganan darurat longsor. Bantuan tersebut antara lain 4 tenda pengungsi, 100 tenda keluarga, 500 selimut, 500 matras, 15 genset listrik ukuran 2 kVA, 1.500 paket makanan, 1.500 paket rendang, 200 velbed, dan 100 lampu garam.
”Di samping itu, BNPB juga akan menyerahkan bantuan dana siap pakai untuk penanganan darurat,” kata Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
Selain mengirimkan bantuan, kedatangan Suharyanto ke Natuna hendak memastikan penanganan darurat bencana longsor ini berjalan baik. Setibanya di Natuna, ia akan memimpin rapat penanganan darurat bencara bersama seluruh unsur forum koordinasi pimpinan daerah Kabupaten Natuna.
Dalam kunjungan itu, Suharyanto juga membawa sejumlah pejabat terkait, tenaga ahli, dan staf khusus, serta mendatangkan tim Badan SAR Nasional (Basarnas) dan sukarelawan penanggulangan bencana untuk membantu pencarian, pertolongan, dan pencarian korban.
Kepala Seksi Logistik BPBD Kepri Bayu Taufan mengatakan, Pemerintah Provinsi Kepri juga mengirim bantuan berupa obat, makanan, dan pakaian. Bantuan itu diangkut menggunakan Kapal Bahtera Nusantara I yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Uban, Pulau Bintan, Selasa sore.
Menurut Bayu, perjalanan dari Bintan menuju Serasan setidaknya akan membutuhkan waktu dua malam. Bahtera Nusantara I diperkirakan baru akan tiba di Serasan pada Kamis, 9 Maret 2023, sore.
Menggunakan kapal yang sama, Polda Kepri juga mengirim 131 personel ke Serasan. Kepala Operasional Polda Kepri Komisaris Besar Ulami Sudjaja mengatakan, personel yang dikirim tersebut bertugas membantu pencarian korban hilang dan penanganan korban luka.
”Personel akan berada di sana sampai penanganan bencana tuntas. Kami harap proses tersebut akan berjalan dengan cepat,” kata Ulami.