Gempa M 5,6 Guncang Pesisir Selatan, Tidak Ada Kerusakan Bangunan
Gempa tektonik bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dan sekitarnya, Kamis (2/3/2023) pukul 06.05. Tidak ada laporan kerusakan.
Oleh
YOLA SASTRA
·2 menit baca
BMKG
Peta gempa tektonik M 5,6 yang terjadi di darat Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Kamis (2/3/2023) pagi.
PADANG, KOMPAS — Gempa tektonik bermagnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, dan sekitarnya, Kamis (2/3/2023) pukul 06.05 WIB. Tidak ada laporan korban dan kerusakan akibat gempa tersebut.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat, gempa terjadi di darat, tepatnya di 1,65 Lintang Selatan dan 100,71 Bujur Timur, sekitar 36 kilometer (km) arah tenggara Pesisir Selatan. Titik gempa relatif dalam, sekitar 82 kilometer.
Gempa dirasakan dengan kekuatan II-III skala MMI (modified mercally intensity) antara lain di Pesisir Selatan, Padang, Padang Panjang, Lubuk Basung, dan Kerinci. Gempa tidak berpotensi tsunami.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Rumainur, Kamis, mengatakan, hingga pukul 09.30, BPBD Pesisir Selatan melaporkan tidak ada korban dan kerusakan bangunan akibat gempa tersebut.
”Masyarakat sudah beraktivitas seperti biasa. Belum ada laporan kerusakan bangunan masyarakat dan bangunan publik,” kata Rumainur.
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat Rumainur di Padang, Jumat (5/4/2019).
Rumainur menjelaskan, gempa dirasakan oleh warga sekitar. Mereka segera keluar dari rumah saat gempa terjadi. Namun, karena pusat gempa relatif dalam, sekitar 82 km, guncangan tidak terlalu signifikan.
”Biasanya kalau kedalaman 60 km ke bawah (kurang dari 60 km), tergolong dangkal, lebih besar getarannya. Tapi, ini karena lebih dalam, lebih dari 80 km, getarannya tidak merusak,” ujar Rumainur.
Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang Suaidi Ahadi mengatakan, gempa M 5,6 dengan kedalaman 82 km di Pesisir Selatan memang getarannya meluas, tetapi tidak begitu kuat dirasakan. Gempa dirasakan II-III MMI di Pesisir Selatan dan II MMI di Padang dan sekitarnya.
”Gempa dipicu aktivitas subduksi di zona intraplate lempeng Samudra Hindia,” kata Suaidi ketika dihubungi dari Padang. Sejauh ini, belum ada gempa susulan.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Warga Nagari Ampiang Parak sekaligus anggota Tim Penanggulangan Bencana nagari tersebut merunduk saat simulasi tanggap darurat gempa di Ampiang Parak, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Rabu (21/8/2019). Warga Ampiang Parak terlatih dalam situasi tanggap darurat bencana karena mendapatkan peningkatan kapasitas dan pemberdayaan dalam tiga tahun terakhir.
Suaidi mengimbau warga siap siaga dan waspada karena tinggal di daerah potensi zona bencana yang sangat tinggi. Warga juga mesti mengenali sinyal gelombang gempa atau goncangan gempa.
”Misalnya, kita merasakan guncangan vertikal, berarti sumber gempanya dekat, kurang dari 100 km dari posisi kita,” kata Suaidi.
Ia melanjutkan, apabila guncangan gempa kuat dan mengayun, sumber gempanya jauh. Kalau mengayunnya sangat kuat sehingga seseorang tidak bisa berdiri, dapat dipastikan magnitudonya lebih dari 7 dan untuk warga wilayah pesisir segera melakukan evakuasi mandiri karena berpotensi tsunami.
”Biasanya gempa sangat kuat itu punya durasi, bisa pendek, bisa panjang, rata-rata 100 detik. Jika bangunan sekitar sudah hancur, kita sudah keluar rumah, segera lakukan evakuasi mandiri ke tempat lebih tinggi meskipun kita melihat info tepercaya di internet,” katanya.
KOMPAS/YOLA SASTRA
Tim Penanggulangan Bencana Nagari Ampiang Parak, Pesisir Selatan, Sumatera Barat, melakukan pertolongan pertama terhadap warga lansia dalam simulasi tanggap darurat bencana, Rabu (21/8/2019). Warga Ampiang Parak mendapatkan program peningkatan kapasitas dan pemberdayaan masyarakat dari Arbeiter Samariter Bund (ASB) Indonesia and Philippines dalam tiga tahun terakhir.