Rentetan Gempa di Megathrust Mentawai Dikhawatirkan Memicu Gempa M 8,9
Rentetan gempa di segmen ”megathrust” Mentawai-Siberut sejak dua pekan terakhir dan pada Minggu (11/9/2022) dikhawatirkan memicu gempa bermagnitudo 8,9 di Kepulauan Mentawai dan pesisir barat Sumatera Barat.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Rentetan gempa di segmen megathrust Mentawai-Siberut sejak dua pekan terakhir dan pada Minggu (11/9/2022) dikhawatirkan memicu gempa bermagnitudo 8,9 di Kepulauan Mentawai dan pesisir barat Sumatera Barat. Masyarakat diminta tetap waspada dan segera evakuasi mandiri jika terjadi gempa besar.
Kepala Stasiun Geofisika Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Padang Panjang Suaidi Ahadi mengatakan, aktivitas seismik di kawasan bagian utara Pulau Siberut itu lebih aktif dibandingkan dengan beberapa waktu lalu. Hal tersebut dikhawatirkan memunculkan skenario terburuk bahwa gempa besar bisa terjadi.
”Ini yang kami takutkan, terjadi potensi bukaan baru sehingga potensi gempa M 8,9 mungkin akan terjadi. Ini bukaan yang terlihat. Sebarannya merata dan melebar sampai ke bagian utara Pulau Siberut dengan arah timur-barat,” kata Suaidi, dalam jumpa pers daring, Minggu.
Gempa M 6,1 dan M 5,4 mengguncang Pulau Siberut dan sekitarnya, Minggu pagi. BMKG mencatat, gempa pertama terjadi pukul 06.10 sekitar 147 kilometer barat laut Mentawai pada kedalaman 10 kilometer. Gempa kedua pukul 06.24 di 147 km arah barat laut Mentawai pada kedalaman 11 km.
Berdasarkan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa M 6,1 merupakan jenis gempa dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di zona megathrust Mentawai-Siberut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Sebelumnya, pada 29 Agustus 2022, tiga gempa besar juga terjadi di kawasan itu. BMKG mencatat, gempa pertama M 5,2 terjadi pukul 00.04, gempa kedua M 5,9 pukul 05.34, dan gempa ketiga M 6,4 pukul 10.29. Gempa terakhir M 6,4 berpusat di laut berjarak 12 km arah barat laut Siberut Barat pada kedalaman 24 km.
Suaidi menjelaskan, pada gempa M 6,4 dua pekan lalu, ada gempa awalan tiga kali, yaitu M 5,2, M 5,9, dan M 3,7. Kemudian, disusul belasan gempa bermagnitudo di bawah M 5. Minggu ini, terjadi lagi gempa M 6,1, disusul gempa M 5,4. Berdasarkan proses aktivitas kegempaannya, di kawasan itu muncul gempa-gempa pada zona sama seolah-olah terjadi bukaan dari patahan yang terkunci.
”Melihat karakteristik gempa 29 Agustus lalu, episenternya sangat menyebar. Gempa susulan panjang-panjang, jarak 4, 6, hingga 8 jam. Sekarang gempa lagi. Yang kami takutkan adalah rentetan gempa ini bagian dari bukaan dengan magnitudo lebih besar lagi,” ujarnya.
Segmen megathrust Mentawai-Siberut sejauh ini masih mengalami kekosongan gempa besar dibandingkan dengan segmen lainnya di pesisir barat Pulau Sumatera. Kata Suaidi, segmen tersebut menyimpan potensi gempa M 8,9.
Menurut dia, kondisi ini mesti menjadi perhatian bersama. Walakin, tidak perlu membangun literasi ketakutan, tetapi kewaspadaan. Masyarakat mesti dibangun agar lebih sadar dan perhatian terhadap potensi-potensi bencana serta upaya evakuasi mandiri saat gempa terjadi.
Tetap waspada bila merasakan gempa mengguncang atau mengayun sangat kuat.
Ditambahkannya, gempa Minggu pagi tidak berpotensi tsunami. Oleh sebab itu, warga yang sempat melakukan evakuasi mandiri diimbau kembali ke rumah. ”BMKG tidak memberikan peringatan potensi tsunami. Tapi, warga kembali ke rumah, tetap waspada bila merasakan gempa mengguncang atau mengayun sangat kuat,” ujarnya.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kepulauan Mentawai Amir Ahmari mengatakan, hingga Minggu sore, warga di tiga desa di Kecamatan Siberut Barat masih mengungsi. Jumlahnya 5.756 orang, yaitu di Sigapokna 2.429 orang, Simatalu 975 orang, dan Simalegi 2.352 orang. ”Warga masih khawatir terhadap gempa susulan,” katanya.
BPBD Kepulauan Mentawai mencatat, gempa pada Minggu pagi menyebabkan tiga orang luka di Desa Simalegi. Seorang tertimpa kayu di rumahnya, seorang kakinya terluka oleh kaca saat evakuasi, dan seorang lagi lututnya luka dan pingsan saat evakuasi.
Adapun kerusakan yang ditimbulkan gempa antara lain 5 rumah rusak berat di Simalegi, Masjid Al Amin rusak berat, Puskesmas Betaet rusak ringan, laboratorium SMA 1 Siberut Barat rusak, 8 rumah rusak sedang (lepas sandi), gedung TK rusak ringan, puskesmas pembantu rusak ringan, dan Balai Dusun Muara Utara rusak ringan.
Sementara itu, di Sagulubbeg, Siberut Barat Daya, bangunan SD 8 Sagulubbeg rusak ringan dan bangunan SMP 2 Siberut Barat Daya rusak ringan.