Hoaks Picu Penyerangan 4 Sopir Truk di Yalimo, Satu Orang Belum Ditemukan
Empat sopir truk yang melintasi jalan Trans-Papua di Kabupaten Yalimo diserang warga yang terpapar informasi hoaks tentang penculikan anak. Polisi menyelamatkan tiga sopir, sedangkan seorang sopir lagi belum ditemukan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Hoaks atau kabar bohong kembali menyebabkan gangguan keamanan di Papua Pegunungan. Sekelompok warga menyerang empat sopir truk yang sedang melintasi jalan Trans-Papua di Distrik Benawa, Kabupaten Yalimo, karena terpapar informasi hoaks tentang penculikan anak. Pihak kepolisian berhasil menyelamatkan tiga sopir, tetapi seorang sopir belum ditemukan hingga Rabu (1/3/2023) ini.
Kepala Polres Yalimo Komisaris Rudolof Yabansabra saat dihubungi dari Jayapura pada Rabu malam membenarkan informasi tersebut. Rudolof mengatakan, peristiwa penyerangan terhadap keempat sopir truk itu terjadi pada Selasa (28/2/2023) pukul 23.00 WIT. Keempat sopir truk ini adalah Toberson Sinaga, Dahlan, Hendri, dan Anas.
Rudolof mengatakan, peristiwa ini terjadi saat keempatnya dalam perjalanan dari Jayapura menuju Yalimo. Saat melintas di lokasi, truk yang dikemudikan salah seorang sopir hampir menabrak seekor anjing. Seorang anak yang melihat peristiwa tersebut pun berteriak sehingga memancing reaksi warga setempat.
Warga kemudian menghentikan empat truk itu karena mencurigai para sopir hendak menculik anak tersebut. Mereka memukul para sopir dan merusak sejumlah truk. Para sopir itu pun kabur ke hutan untuk menyelamatkan diri.
Aparat Polres Yalimo bersama anggota TNI setempat berhasil menemukan tiga sopir pada Rabu sore. Adapun seorang sopir, yakni Anas, belum diketahui keberadaannya. Rudolof menuturkan, tim dari Polres Yalimo bersama anggota Pos Koramil Benawa masih mencari Anas. Polres Yalimo juga telah menjalin komunikasi dengan para tokoh masyarakat agar dapat menjaga situasi yang damai di Benawa.
”Situasi di Benawa kini telah kondusif. Kami akan mendalami kasus tersebut dan akan melakukan penegakan hukum terhadap dalang yang menghasut masyarakat melakukan tindakan main hakim sendiri,” ujar Rudolof.
Juru bicara Jaringan Damai Papua, Yan Christian Warinussy, menyesalkan peristiwa yang menimpa keempat sopir tersebut. Ia menilai aksi warga merupakan tindakan kriminalitas sehingga dapat diproses hukum pihak yang berwajib.
Yan pun berpendapat, pihak kepolisian harus segera menemukan auktor intelektualis yang terlibat dalam sejumlah aksi penyebaran hoaks di Tanah Papua. Sebab, hoaks berdampak besar memicu terjadinya gangguan keamanan dan aksi kriminalitas.
Dalam catatan Kompas, ini merupakan kasus keempat gangguan keamanan akibat hoaks dalam rentang waktu tiga bulan terakhir di Tanah Papua. Peristiwa sebelumnya adalah hoaks perihal warga yang mengalami gangguan kesehatan setelah membeli baju di Pasar Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Papua Tengah, 12 Desember 2022. Akibatnya, sekelompok orang membakar 50 kios serta melukai tiga warga dan satu prajurit TNI Angkatan Darat.
Kemudian, aksi penyebaran hoaks tentang adanya komplotan penculikan anak di Kota Sorong, Papua Barat Daya, 24 Januari 2023. Akibatnya, sekelompok warga di Kompleks Kokoda, Distrik Sorong Manoi, menganiaya dan membakar seorang perempuan yang dicurigai pelaku penculikan anak hingga tewas.
Aksi penyebaran hoaks yang ketiga juga terkait isu penculikan anak di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan. Aksi ini memicu amarah massa sehingga terlibat bentrokan dengan aparat keamanan serta membakar 13 rumah dan dua kios pada Kamis pekan lalu. Sebanyak 10 warga tewas serta 23 warga dan 18 aparat keamanan luka-luka.
”Aparat kepolisian di seluruh wilayah Papua harus menangkap para pelaku penyebaran hoaks dan memberikan sanksi pidana yang berat. Sebab, perbuatannya berdampak gangguan keamanan di Papua hingga jatuh korban jiwa dan luka-luka,” kata Yan.