Gelombang Tinggi Intai Perairan Selatan Sultra, Pelayaran Rakyat Dituntut Waspada
Gelombang tinggi berpotensi terjadi di wilayah selatan Sulawesi Tenggara hingga sepekan ke depan. Ombak setinggi 3,5 meter mengancam sejumlah wilayah di pesisir selatan. Pelayaran rakyat diharapkan waspada.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·2 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Gelombang tinggi berpotensi terjadi di wilayah selatan Sulawesi Tenggara hingga sepekan ke depan. Ombak setinggi 3,5 meter mengancam sejumlah wilayah di pesisir selatan. Pelayaran rakyat diharapkan waspada.
Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menjelaskan, gelombang tinggi berpotensi terjadi di perairan selatan Sultra. Beberapa daerah yang perairannya berpotensi terjadi gelombang tinggi adalah perairan Wakatobi, Baubau, dan sekitar Laut Banda.
”Berdasarkan perkiraan cuaca, ketinggian maksimal gelombang mencapai 3,5 meter. Kondisi ini berpeluang terus tinggi selama beberapa hari ke depan,” kata Sugeng di Kendari, Rabu (1/3/2023).
Gelombang tinggi ini, ia melanjutkan, terjadi karena pengaruh angin muson barat yang mulai masuk ke wilayah ini. Angin yang bertiup dari Benua Asia ke Australia ini membawa massa angin yang basah dengan kecepatan angin yang tinggi. Selain potensi hujan, hal ini juga berpengaruh terhadap tinggi gelombang.
Menurut Sugeng, kecepatan angin di wilayah-wilayah tersebut juga berpotensi mencapai 30 knot atau 55 kilometer per jam. Pola angin umumnya bertiup dari barat daya ke barat laut.
Sejauh ini, pihaknya terus melakukan monitoring pergerakan cuaca yang terjadi di wilayah ini. Perubahan cuaca rutin dikirimkan ke semua pemangku kepentingan untuk melakukan antisipasi dini di wilayah masing-masing.
”Gelombang setinggi 3,5 meter ini cukup berbahaya bagi kapal kecil dan pelayaran rakyat. Karena itu, kami rutin mengirimkan perubahan cuaca ke setiap instansi utamanya terkait pelayaran rakyat,” kata Sugeng.
Kecelakaan laut menjadi masalah serius di wilayah Sultra yang didominasi perairan. Sejak beberapa tahun terakhir, angka kecelakaan laut mendominasi kasus yang ditangani Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Kendari.
Dihubungi terpisah, Mulyadin (40), warga Binongko, Wakatobi, menuturkan, kondisi cuaca di wilayahnya dilanda hujan dan angin yang cukup kencang. Cuaca juga cepat berubah dari cerah menjadi hujan dengan angin kencang.
”Tadi pagi tiba-tiba langit menghitam, hujan deras dan angin kencang. Sekarang sudah gerimis saja,” kata pengusaha bahan pokok ini.
Di tengah kondisi cuaca seperti ini, ia melanjutkan, ia memilih tidak bepergian keluar dari pulau terluar di Wakatobi ini. Pembelian bahan pokok untuk berjualan dilakukan jika cuaca mulai membaik dan kapal berukuran besar berlayar.
Dalam beberapa kejadian potensi cuaca buruk, pelayaran rakyat di Wakatobi terpaksa dihentikan sementara. Hal ini untuk mencegah terjadinya kecelakaan laut yang membahayakan keselamatan penumpang dan awak kapal.