Gelombang 4 Meter, Pelayaran Rakyat di Wakatobi Dihentikan Sementara
Cuaca buruk dengan gelombang hingga 4 meter diprediksi terjadi di wilayah Wakatobi dan sisi timur Sulawesi Tenggara. Pelayaran rakyat di Wakatobi pun dihentikan sementara sampai cuaca kembali normal.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Cuaca buruk dengan gelombang hingga 4 meter berpotensi terjadi di wilayah perairan Wakatobi dan sisi timur Sulawesi Tenggara. Kondisi ini diprediksi terjadi hingga beberapa waktu ke depan. Pelayaran rakyat di Wakatobi pun telah dihentikan sementara untuk mencegah risiko kecelakaan laut.
Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kendari pada Kamis (23/6/2022) mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi di wilayah Sulawesi Tenggara. Gelombang hingga 4 meter berpotensi terjadi di Laut Banda bagian timur atau di wilayah selatan Sultra. Salah satu daerah yang rawan terjadi gelombang tinggi adalah Kabupaten Wakatobi.
Kepala Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Wanci, Wakatobi, Arman Saleh menuturkan, pihaknya telah menerima laporan terbaru dari BMKG terkait dengan cuaca buruk yang berpotensi terjadi. Oleh sebab itu, pihaknya tidak mengeluarkan persetujuan berlayar dulu sembari menunggu cuaca kembali membaik.
”Awalnya peringatan dini itu kami peroleh sejak beberapa hari lalu. Terakhir kami mengeluarkan persetujuan berlayar itu dua hari lalu, untuk satu pelayaran ke Pasar Wajo, Buton. Sejak kemarin dan hari ini kami tidak mengeluarkan persetujuan berlayar berkaitan dengan cuaca yang buruk,” kata Arman saat dihubungi dari Kendari.
Pada Kamis siang, kata Arman, kondisi cuaca di Wangi-wangi, Wakatobi, terpantau hujan sedang. Meski demikian, pihaknya tidak ingin mengambil risiko dan mengikuti peringatan dini BMKG agar mewaspadai kondisi cuaca.
”Apalagi beberapa hari lalu ada kapal cepat yang berlayar dari Kendari dihantam gelombang tinggi saat berlayar ke Wangi-wangi. Kapal sampai dengan selamat di sini. Tapi, karena tidak ingin mengambil risiko, kami hentikan sementara pelayaran dahulu,” kata Arman.
Dihubungi terpisah, Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menjelaskan, gelombang tinggi memang terus berpotensi terjadi di perairan Sultra, khususnya di bagian timur dan selatan. Wakatobi, Buton Selatan, dan Buton Utara adalah daerah yang perairannya dikhwatirkan mengalami gelombang tinggi.
Kondisi ini terjadi, ia melanjutkan, karena angin yang bertiup hingga kecepatan 25 knot (sekitar 46 km per jam). Berdasarkan citra satelit, awan hujan juga sebagian besar berkumpul di wilayah timur Sultra, yang melingkupi perairan ini. ”Cuaca buruk dan gelombang tinggi diprediksi terjadi hingga sepekan ke depan. Curah hujan dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi di sejumlah wilayah. Beberapa hari terakhir, wilayah Buton dan Konawe Kepulauan mengalami hujan tinggi sehingga debit air melimpah di beberapa titik,” kata Sugeng.
Situasi cuaca buruk ini, ucap Sugeng, terjadi seiring dengan masuknya puncak musim hujan. Meski agak terlambat dari biasanya, wilayah Sultra mulai memasuki puncak musim hujan yang rawan bencana hidrometeorologi.
Pengaruh massa udara yang bergerak dari Australia dan La Nina yang moderat membuat kondisi cuaca ikut terpengaruh. Tidak tertutup kemungkinan cuaca ekstrem bisa bertambah seiring pengaruh dari luar tersebut.
”Yang jelas kami terus memonitor kondisi cuaca dan terus memperingatkan kepada masyarakat terkait dengan situasi yang terjadi. Saat ini, pelayaran harus diwaspadai, termasuk masyarakat yang menetap di bantaran atau lereng gunung. Kami berharap kesiagaan menghadapi bencana semakin tinggi agar tidak menimbulkan korban jiwa saat bencana terjadi,” ucapnya.