Faktor anomali cuaca perlu menjadi pertimbangan dalam upaya menjaga laju inflasi. Sinergitas antarpemangku kepentingan sangat diperlukan. Ketersediaan bahan pangan dengan harga yang terjangkau menjadi prioritas.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Seorang petani menanam padi apung di Kelurahan Talang Putri, Kecamatan Plaju, Palembang Sumatera Selatan, Rabu (12/10/2022). Padi apung menjadi siasat petani setempat untuk bisa meningkatkan produktivitas padi di sawah pasang surut.
PALEMBANG, KOMPAS — Faktor anomali cuaca perlu menjadi pertimbangan dalam upaya menjaga laju inflasi. Karena itu, sinergitas antarpemangku kepentingan sangat diperlukan. Menjamin ketersediaan bahan pangan dan harga yang terjangkau bagi masyarakat menjadi tugas semua pihak terkait agar tidak terjadi gejolak di pasaran.
Pernyataan ini disampaikan Deputi Gubernur Bank Indonesia Aida S Budiman dalam soft launching gerakan nasional pengendalian inflasi pangan tahun 2023 di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (24/2/2023). Dia memaparkan, inflasi nasional pada Januari 2023 di Indonesia cukup terjaga, yakni di kisaran 5,28 persen (yoy) atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 5,51 persen.
Jika tren positif ini terus berlanjut, diharapkan tingkat inflasi dapat ditekan pada kisaran 3 persen plus minus 1 persen pada semester II tahun 2023. ”Inflasi adalah komponen penting dalam perekonomian karena berkaitan dengan daya beli masyarakat,” ujar Aida.
Pada Juli 2022, inflasi nasional mencapai 11,47 persen. Hal itu dipengaruhi oleh gejolak kenaikan harga sejumlah komoditas secara global sehingga berpengaruh pada perekonomian nasional. Pada Juli 2023, inflasi dieprkirakan juga mungkin terjadi akibat anomali cuaca. ”Karena itu, perlu sinergi semua pihak agar keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, dan kelancaran distribusi bisa tetap terjaga,” ujarnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Hamparan sawah yang telah menguning di Dusun IV, Desa Cahaya Alam, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, Selasa (19/7/2022). Selain menanam kopi dan sayur-mayur, warga Dusun IV juga menanam padi untuk kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
Menjamin ketersediaan bahan pangan sangat penting lantaran komoditas ini cukup besar pengaruhnya terhadap inflasi. Aida menjelaskan, apabila tingkat inflasi mencapai 11,47 persen, sumbangan inflasi dari sektor pangan mencapai 2 persen. Apabila tingkat inflasi mencapai 5,6 persen, sumbangan inflasi dari sektor pangan mencapai 1,1 persen. Karena itu, menjaga pasokan komoditas pangan, terutama komoditas yang rentan bergejolak, dinilai krusial.
Fokus utama kali ini adalah melihat perkembangan komoditas dari hulu sampai hilir, mulai dari produksi sampai pengolahan pascapanen sampai tahapan pemasaran. Permasalahan yang kerap terjadi di lapangan adalah ketika panen, gabah tidak terserap sehingga harga naik.
Sebaliknya, ketika tidak panen, harga juga berisiko naik karena keterbatasan pasokan. Belum lagi tidak lancarnya distribusi yang sangat dipengaruhi oleh cuaca.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru menambahkan, permasalahan di lapangan yang mungkin bisa terjadi adalah ketidakpastian pasar. Masih banyak ditemukan tidak semua gabah petani bisa diserap. ”Potensi produksi gabah kering panen di Sumsel mencapai 2 juta ton, tetapi tidak semua bisa diserap oleh Bulog,” katanya. Kondisi inilah yang rentan membuat harga di tingkat petani anjlok. Di sisi lain, harga beras di pasaran melambung.
Karena itu, butuh peran dari semua pihak agar pengelolaan pasca panen dapat berlangsung dengan baik. Ia pun berharap agar harga pokok penjualan kembali ditetapkan supaya petani mendapatkan kepastian harga sehingga tidak menjadi korban permainan pasar.
Di sisi lain, Herman meyakini saat musim kemarau panjang terjadi tidak akan berpengaruh terhadap target Sumsel untuk memproduksi sekitar 3,9 juta ton GKG sampai akhir tahun ini karena pemanfaatan sawah rawa lebak dan pasang surut.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Aktivitas di Pasar Gubah, Palembang, Sumatera Selatan, Minggu (14/12/2021). Aktivitas pasar di Sumsel mulai beradaptasi dengan kecanggihan teknologi. Langkah ini dilakukan agar pasar tradisional tidak ditinggalkan.
Kepala Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Sumsel Ruzuan Efendi menyebutkan, Sumsel sudah berpengalaman menghadapi kemarau panjang pada tahun 2015 dan 2019. ”Saat itu, pasokan beras tidak bermasalah,” ujarnya.
Tahun ini juga demikian karena sawah rawa lebak dan pasang surut cukup banyak di Sumsel. Hanya saja tinggal memastikan akses transportasi tidak bermasalah. Apalagi, saat ini jalur tol sudah beroperasi dan diharapkan akan mempercepat distribusi komoditas pangan. Tinggal bagaimana konsep subsidi ongkos angkut dapat berjalan sehingga tidak terjadi selisih harga yang terlalu jauh antara sentra produksi pangan dan pasar.
Sebelumnya, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sumsel Ilfantria mengatakan, menghadapi anomali cuaca, petani perlu cerdik beradaptasi. Bisa saja petani menanami lahan mereka dengan komoditas yang bisa tumbuh di musim kemarau, seperti jagung. Di sisi lain, ketika musim kemarau panjang melanda, sawah lebak dalam masih berpotensi untuk ditanami padi.
”Ketika cuaca normal, lahan (sawah lebak) selalu tergenang. Namun ketika kering, lahan ini masih basah dan bisa ditanami padi,” ujarnya.
Ilfantria menuturkan, sistem pertanian di Sumsel sangat bergantung pada lingkungan sehingga petani harus pintar-pintar membaca musim. ”Sumsel belum memiliki sistem tata kelola air pertanian yang memadai sehingga musim tanam selalu melihat kondisi alam,” ujarnya.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Hamparan tanaman hortikultura yang terletak di Agrowisata Tekno-44, Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, Senin (13/2/2023). Kawasan pertanian terintegrasi ini diharapkan dapat mengurangi risiko kebakaran lahan di kawasan itu.
Seperti tahun ini, di sejumlah daerah sedang mengalami musim panen. Hal itu terjadi karena mereka baru memulai musim tanam pada November-Desember 2022, mundur dari musim tanam biasanya, yakni pada Oktober-November. Itu karena beberapa lahan sawah masih terendam air akibat panjangnya musim hujan.