Ekspor Komoditas Membaik, Ekonomi Sumsel Diprediksi Kembali Positif
Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan berbalik positif pada kuartal II-2021. Hal ini dipengaruhi membaiknya performa sejumlah komoditas ekspor unggulan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Suasana area peti kemas di Pelabuhan Boom Baru, Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (15/3/2019).
PALEMBANG, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan kembali positif pada kuartal II-2021. Hal ini dipengaruhi membaiknya performa sejumlah komoditas ekspor unggulan daerah itu. Kondisi tersebut bisa terus terjaga apabila kondisi pandemi di Sumsel dapat terkendali.
Hal ini disampaikan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Selatan Hari Widodo di Palembang, Kamis (22/7/2021). Dia mengatakan, walau pada kuartal I-2021 (Januari-Maret) pertumbuhan ekonomi di Sumsel masih terkontraksi 0,41 persen, dia memprediksi pada kuartal II (April-Juni) pertumbuhan ekonomi Sumsel dapat lepas dari kontraksi dengan bertumbuh positif pada kisaran 0-1 persen.
Kondisi ini dipengaruhi membaiknya perfoma sejumlah komoditas unggulan Sumsel, terutama di sektor pertambangan dan perkebunan. Untuk pertambangan, diprediksi akan mengalami perbaikan karena kondisi pasar dunia yang sudah membaik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total ekspor Sumsel pada April 2021 mencapai 18,48 miliar dollar AS, meningkat dari periode yang sama tahun lalu 12,16 miliar dollar AS. Sektor penyumbang ekspor terbesar Sumsel adalah industri pengolahan (14,92 miliar dollar AS), pertambangan dan lainnya (2,27 miliar dollar AS), serta sektor migas (0,96 miliar dollar AS).
Adapun dari struktur produk domestik regional bruto (PDRB), berdasarkan lapangan usaha di Sumsel pada kuartal I-2021, kontribusi sektor industri pengolahan sebesar 19,93 persen, disusul sektor pertambangan dan penggalian (18,15 persen) serta sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (15,51 persen).
Dia mengatakan, ekspor adalah sektor yang paling berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Sumsel. Hal ini tidak seperti daerah lain yang mengandalkan faktor domestik sehingga kondisi pandemi sangat berpengaruh pada kondisi ekonomi daerah. ”Misalnya, daerah yang sangat bersandar pada pariwisata, perekonomiannya tentu akan sangat terpukul,” ujarnya.
Walau demikian, ujar Hari, sektor domestik juga tidak boleh dilepaskan. Memberikan bantuan kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah juga akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. ”Karena itu, beragam bantuan sosial yang digelontorkan pemerintah diharapkan dapat mendorong daya beli masyarakat di masa pandemi ini,” ucapnya.
Hanya saja, Hari menambahkan, pada kuartal III-2021, kemungkinan pertumbuhan ekonomi Sumsel diprediksi kembali melambat seiring dengan adanya kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mikro di Sumsel. ”Perekonomian melambat, tetapi kita yakini angkanya tetap positif,” ujar Hari.
KOMPAS/RHAMA PURNA JATI
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumsel Hari Widodo
Kondisi ini dipengaruhi menurunnya mobilitas masyarakat karena adanya sejumlah pembatasan. Karena itu, menurut dia, menjaga keseimbangan antara kesehatan dan perekonomian menjadi faktor penting agar perekonomian di Sumsel tetap terjaga.
”Perekonomian daerah tidak akan pulih jika masih banyak warganya yang terkena Covid-19. Karena itu, pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh kondisi kesehatan warganya,” ucap Hari.
Beragam upaya telah dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Sumsel.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru berpendapat, beragam upaya telah dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Sumsel. Hal ini, misalnya, dengan mendorong sektor pertanian melalui program lumbung pangan dengan kolaborasi antara petani dan pengusaha guna mendorong produksi beras.
Apalagi, Kementerian Pertanian telah menggelontorkan dana Rp 306 miliar untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di Sumsel. Upaya itu juga merupakan tindak lanjut pelaksanaan program lumbung pangan (food estate) yang sudah diluncurkan di Sumsel pada Mei 2021.
KOMPAS/EDDY HASBY
Hendra Susanto, pegiat kopi dan pemilik Beskabean Coffer Roastery, di Sumsel.
Belum lagi kredit usaha rakyat (KUR) yang digelontorkan untuk Sumsel bertambah hampir dua kali lipat. Pada 2020, nilainya Rp 4,4 triliun, tetapi pada 2021 alokasinya meningkat menjadi Rp 7 triliun. Dengan sokongan KUR ini, diharapkan dapat berpengaruh pada pengembangan usaha tani dan UMKM yang berkaitan langsung pada sektor tersebut.
Hendra Susanto, pegiat kopi Semendo Sumatera Selatan, mengatakan mencoba beragam strategi untuk dapat bertahan di masa pandemi. Salah satunya dengan memanfaatkan pasar daring dan memperluas jejaring secara luring. Alhasil, pemasaran kopi Semendo-nya meningkat cukup signifikan. ”Sebelum pandemi, saya bisa menjual sekitar 700 ton per tahun, sekarang meningkat menjadi 1.200 ton,” ucapnya.
Tidak hanya itu, dia sudah membuka 13 cabang di Palembang dan Jakarta, tiga di antaranya terjadi di masa pandemi. Caranya dengan membagi keuntungan dengan pemilik lahan kopi dengan rasio 70 persen untuk pemilik lahan dan 30 persen untuknya. Situasi ini membuktikan kebutuhan kopi di Nusantara terus meningkat walaupun pandemi. ”Jangan sampai pandemi menjadi penghalang untuk berkembang,” ujar Hendra.