Kembali Dilanda Banjir Bandang, Warga Tembalang Tunggu Realisasi Relokasi
Warga sebuah perumahan di kawasan Tembalang, Kota Semarang, Jawa Tengah, menanti realisasi rencana relokasi. Mereka sudah lelah bertahun-tahun harus menghadapi banjir.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Empat kelurahan di Kecamatan Tembalang dan Pedurungan, Kota Semarang, Jawa Tengah, kembali dilanda banjir bandang, Sabtu-Minggu (18-19/2/2023). Banjir bandang itu terjadi akibat jebolnya tanggul Sungai Pengkol. Warga menanti pemerintah setempat mewujudkan rencana relokasi.
Hujan dengan intensitas deras turun di wilayah Kabupaten Semarang dan Kota Semarang pada Sabtu-Minggu membuat debit air Sungai Babon di Kecamatan Pedurungan dan Sungai Pengkol di Kecamatan Tembalang meningkat. Air Sungai Babon melimpas kemudian menggenangi permukiman warga di Kelurahan Pedurungan Kidul, Kecamatan Pedurungan. Sementara itu, luapan Sungai Pengkol menggenangi tiga kelurahan, yakni Meteseh, Rowosari, dan Sendanggowo.
Di Kelurahan Meteseh, kondisi kian parah karena ada dua tanggul yang jebol di kawasan Perumahan Dinar Indah. Panjang tanggul yang jebol masing-masing sepanjang 10 meter dan 30 meter. Dua tanggul yang jebol itu menyebabkan air masuk ke permukiman warga dengan ketinggian mencapai 1,5 meter.
Akibat banjir bandang tersebut, rumah yang ditinggali 5.943 jiwa itu kotor dipenuhi lumpur dan sampah. Untuk sementara waktu, 139 jiwa dari 39 keluarga yang terdampak memilih untuk mengungsi di masjid-masjid terdekat atau di rumah kerabat mereka.
Sebenarnya, banjir bandang di Kecamatan Pedurungan ataupun di Kecamatan Tembalang telah surut pada Senin (20/2) pagi. Namun, hujan kembali turun pada Senin petang. Kondisi itu membuat sejumlah wilayah kembali terendam banjir. Di Perumahan Dinar Indah, misalnya, ketinggian air mencapai 50 sentimeter (cm).
Berdasarkan pantauan, Senin petang, sejumlah warga yang tengah bersih-bersih rumah langsung lari berhamburan meninggalkan rumah mereka saat gerimis turun. Mereka mengaku trauma karena pada 6 Januari 2023 pernah terjebak banjir serupa.
”Saat banjir Januari kemarin, saya tidak sempat menyelamatkan diri ke wilayah yang lebih tinggi, akhirnya memanjat ke atap rumah. Kejadian itu membuat trauma, jadi kalau ada hujan sedikit rasanya langsung kepingin lari,” kata Hani (50), warga Perumahan Dinar Indah, Senin.
Kejadian itu membuat trauma, jadi kalau ada hujan sedikit rasanya langsung kepingin lari. (Hani)
Hani sudah tinggal di perumahan itu selama setahun terakhir. Ia membeli rumah tersebut dari seorang kenalannya. Sebenarnya, Hani sudah tahu bahwa perumahan itu rawan banjir. Namun, ia tak menyangka ketinggian banjir bakal mencapai 2 meter.
”Saya pikir cuma banjir biasa yang ketinggiannya sekitar 10-20 cm saja, tapi ternyata hampir menenggelamkan rumah. Ke depan, kami berencana mencari rumah kos atau rumah kontrakan untuk tinggal sementara sampai ada solusi selanjutnya,” imbuh Hani.
Perumahan Dinar Indah disebut pemerintah tidak berizin. Perumahan itu terletak kurang dari 5 meter dari tanggul sungai. Selain itu, posisinya juga berada di wilayah cekungan yang rawan tergenang saat hujan.
Dalam beberapa kesempatan, pemerintah berjanji bakal membantu warga relokasi. Rencana itu diharapkan warga bisa segera direalisasikan. Kris (47), warga Perumahan Dinar Indah, mengaku pasrah direlokasi ke mana pun, yang terpenting wilayahnya aman dari bencana.
”Saya berharap semoga relokasi bisa segera dilakukan. Sudah lelah rasanya berhadapan dengan banjir terus dari tahun 2015,” ujar Kris.
Rumah susun
Dikonfirmasi terpisah, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengatakan, pihaknya sedang mengajukan permohonan pembangunan rumah susun kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Rumah susun itu nantinya akan digunakan sebagai tempat relokasi warga Perumahan Dinar Indah.
Hevearita mengaku belum mengetahui secara pasti lokasi pembangunan rumah susun tersebut. ”Nanti dicarikan di sekitar situ (Meteseh),” ucapnya.
Saat ini, Pemerintah Kota Semarang tengah fokus membantu warga terdampak untuk membersihkan rumahnya dan memenuhi kebutuhan makan, minum, serta pakaian mereka. Bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, pemerintah setempat juga terus berupaya menambal tanggul sungai yang jebol.
Sementara ini, tanggul yang jebol kami tambal menggunakan bambu serta karung berisi tanah dan pasir. Untuk pembangunan permanen belum memungkinkan karena saat ini masih musim hujan.
Selain menambal tanggul yang jebol, penguatan tanggul juga dilakukan oleh BBWS Pemali-Juana, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Pemerintah Kota Sekarang. Setidaknya, ada tiga titik tanggul Sungai Pengkol di Perumahan Dinar Indah yang tengah dikuatkan dengan bambu serta karung berisi pasir dan tanah. Tiga titik itu berada di sisi timur sungai, sisi selatan sungai, dan sisi barat sungai. Penguatan tanggul itu sudah berlangsung sejak 16 Februari.
Pengerukan sedimentasi dan pelebaran belokan Sungai Pengkol juga terus dilakukan untuk menambah daya tampung sungai. Hal ini untuk menekan risiko sungai meluap saat debit air meningkat karena hujan deras yang diperkirakan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan.