Gelombang pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Aceh. Sebuah kapal kayu terdampar di Aceh Besar, Kamis (16/2/2023). Ada 48 orang dewasa, 11 anak-anak, dan 10 anak balita. Mereka dalam keadaan tidak sehat.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
JANTHO, KOMPAS — Sebanyak 69 pengungsi Rohingya kembali terdampar ke Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (16/2/2023). Mereka telah ditempatkan ke UPTD Dinas Sosial Ladong dan disatukan dengan pengungsi yang masuk pada Desember dan Januari.
Penjabat Bupati Aceh Besar Muhammad Iswanto saat dihubungi, Jumat lalu, mengatakan, pengungsi Rohingya tidak memiliki izin masuk ke Aceh Besar. Kapal yang membawa 69 pengungsi itu merapat ke pantai di Desa Lampanah, Kecamatan Seulimeum, Kamis siang.
Dalam kapal kayu itu ada 48 orang dewasa, 11 anak-anak, dan 10 anak balita. Kondisi para pengungsi dalam keadaan tidak fit setelah berlayar berhari-hari dari Bangladesh.
”Mereka yang mendarat secara ilegal. Namun, kami berkoordinasi dengan IOM dan UNHCR untuk menanganinya,” kata Iswanto.
Iswanto mengatakan, Aceh Besar tidak memiliki tempat yang layak untuk menampung pengungsi Rohingya. Lokasi penampungan saat ini milik Dinas Sosial Provinsi Aceh. Kini, di sana telah menampung sekitar 310 orang. Selain di Aceh Besar, sebanyak 174 orang kini ditampung oleh Pemkab Pidie. Belum ada kepastian sampai kapan pengungsi itu ditampung di Aceh besar dan Pidie.
Koordinator Monitoring dan Evaluasi Yayasan Geutanyoe, lembaga yang fokus pada isu kemanusiaan, Iskandar Dewantara, mengatakan, Indonesia bukan tujuan pelarian Rohingya.
”Buktinya saat telah tiba di Indonesia, mereka kabur dari kamp pengungsian menuju ke Malaysia,” kata Iskandar.
Iskandar mengatakan, pengungsi Rohingya itu telah menjadi korban sindikat penyelundupan manusia. Saat berada di kamp pengungsian di Bangladesh, mereka dijanjikan akan dibawa ke negara tujuan, seperti Malaysia. Akan tetapi, saat berada di laut lepas, mereka kehilangan kendali. Beberapa pengungsi meninggal di kapal dan jenazahnya dilarung ke samudra.
Kepala Perwakilan UNHCR Indonesia Ann Maymann mengatakan, selama tiga bulan terakhir sejak November 2022, Indonesia telah menerima kedatangan lima kapal yang membawa 644 pengungsi Rohingya di Aceh.
Para pengungsi tersebut kini ditampung di tiga lokasi berbeda di Aceh, yakni Lhokseumawe, Pidie, dan Aceh Besar (Ladong), sementara 167 orang telah meninggalkan kamp penampungan untuk melanjutkan perjalanan.
Ann menuturkan, UNHCR memuji Pemerintah Indonesia, pemerintah daerah, dan masyarakat Aceh atas kemurahan hati dan dukungan mereka kepada pengungsi Rohingya.
Berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 125 tentang Penanganan Pengungsi, UNHCR bekerja sama dan berkoordinasi dengan pihak berwenang, para mitra, LSM, dan aktor kemanusiaan di lapangan untuk memastikan pengungsi memperoleh perlindungan dan kebutuhan dasar.
”Kebutuhan pengungsi sangat besar. Penting bagi kita untuk bekerja sama dalam semangat berbagi tanggung jawab untuk membantu mereka,” ujarnya.
Ann menambahkan, para pengungsi Rohingya terus menghadapi penganiayaan di Myanmar sehingga terpaksa mencari perlindungan di negara tetangga.
Di Bangladesh, kehidupan mereka di kamp sangat memprihatinkan dengan kesempatan yang terbatas untuk membangun masa depan. Sebagian memilih kabur ke Malaysia dengan perjalanan penuh risiko.
”UNHCR terus mendesak negara-negara untuk memastikan penyelamatan dan pendaratan yang aman diberikan bagi kapal yang mengalami kesulitan,” kata Ann.