Ratusan ton beras medium dijual kepada warga Bandung dengan harga di bawah harga eceran tertinggi. Operasi pasar ini diharapkan bisa menstabilkan harga beras yang mulai melonjak tinggi.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah mengeluarkan 600 ton beras untuk warga Kota Bandung dalam operasi pasar yang dilaksanakan di setiap kecamatan. Setiap kilogram beras kualitas medium ini dihargai Rp 8.500. Harga yang rendah ini diharapkan bisa membantu masyarakat menghadapi kenaikan harga bahan pokok.
Wali Kota Bandung Yana Mulyana saat memantau operasi pasar di Kantor Bulog Rancasari, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (14/2/2023), menyatakan, beras merupakan salah satu komoditas yang harganya perlu distabilkan karena berpengaruh terhadap inflasi. Apalagi, kenaikan harga beras sudah mulai dirasakan masyarakat di Kota Bandung.
”Beras adalah bahan pokok masyarakat dan saat ini harganya sudah melebihi batas. Di pasar-pasar saya lihat sudah di atas Rp 11.000, padahal HET (harga eceran tertinggi) sementara ini Rp 9.450. Jadi, operasi pasar ini untuk membantu masyarakat. Di sini kami menyediakan 600 ton untuk warga,” tuturnya.
Operasi pasar tersebut dilakukan atas kerja sama dengan Perusahaan Umum (Perum) Bulog dan Bank Indonesia. Ratusan ton beras medium ini, lanjut Yana, akan dijual di 30 kecamatan di Kota Bandung. Kuota setiap kecamatan mencapai 20 ton dan setiap warga bisa membeli maksimal 10 kilogram.
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung Elly Wasliah menyebut, beras yang lebih rendah dari harga pasar ini ditujukan untuk keluarga kurang mampu. Kupon pembelian akan disediakan di setiap wilayah dan petugas yang akan membagikan kepada warga.
”Dengan pembagian ini diharapkan bisa tepat sasaran karena warga yang tidak mampu lebih rentan terhadap kenaikan harga. Tidak hanya ini saja, kami juga menyiapkan pasar murah untuk masyarakat sebelum Ramadhan. Nanti akan diinformasikan kembali,” katanya.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jabar Bambang Pramono menyatakan, pergerakan harga beras perlu diwaspadai karena beras merupakan kebutuhan pokok. Jabar juga merupakan provinsi dengan penduduk terbanyak yang berdampak pada tingginya permintaan beras.
Beras adalah bahan pokok masyarakat dan saat ini harganya sudah melebihi batas.
Bambang berujar, tekanan dari perekonomian global juga perlu diwaspadai karena dapat berdampak pada perekonomian di Tanah Air. Karena itu, operasi pasar diperlukan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah tingginya harga.
”Sekitar 50 juta penduduk Indonesia ada di sini (Jabar) sehingga permintaan juga banyak. Apalagi, beberapa bulan terakhir harga beras naik. Jadi, operasi pasar ini dilakukan untuk memastikan pasokan beras bisa diserap masyarakat,” paparnya.
Leli (55), warga Kecamatan Rancasari, bersyukur mendapatkan beras dengan harga murah. Dalam beberapa pekan terakhir, dia membeli beras hingga Rp 11.000 per kilogram. Padahal, dalam seminggu, dia menghabiskan lebih dari 5 kilogram beras untuk menghidupi tiga anggota keluarganya.
”Saya senang kalau ada harga yang murah. Kalau bisa dapat Rp 8.500 per kilogram, berarti sisanya bisa untuk membeli keperluan lain. Semoga saja nanti ada pasar murah lain,” ujarnya.
Stok cukup
Stok beras di Bulog Jawa Barat sebagai kebutuhan pokok diklaim tetap cukup untuk beberapa bulan ke depan. Pemimpin Wilayah Perum Bulog Kantor Wilayah Jabar Faisal menyebut, stok yang ada mencapai 33.000 ton. Dia berujar, stok yang ada bisa memenuhi kebutuhan masyarakat hingga panen raya yang diprediksi terjadi pada Maret 2023.
Sama seperti yang dilakukan di Kota Bandung, Faisal berujar, pihaknya juga menggelontorkan stok untuk pasar murah di daerah lainnya. ”Masyarakat tidak perlu khawatir terkait stok. Untuk Jabar, masih aman sampai 2-3 bulan ini. Sampai panen yang akan datang, sampai Lebaran depan juga masih aman,” ujarnya.