Setelah Banjir di Tembagapura, Freeport Hentikan Penambangan hingga Akhir Februari
Setelah terjadinya banjir di Tembagapura, kegiatan operasional tambang dan produksi PT Freeport Indonesia diperkirakan terhenti hingga akhir Februari. Banyak area jalan tambang dan alat berat tertimbun sedimen lumpur.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Kegiatan penambangan dan pengolahan konsentrat PT Freeport Indonesia di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, diperkirakan terhenti hingga akhir Februari 2023. Pihak Freeport masih melakukan upaya pemulihan setelah banjir yang menerjang area tersebut pada Sabtu (11/2/2022).
Vice President Corporate Communications PT Freeport Indonesia (FI) Katri Krisnati, melalui siaran pers, Senin (13/2/2023), mengatakan, pihaknya melakukan upaya pembersihan di area terdampak banjir. Area tersebut meliputi area pabrik pengolahan konsentrat, conveyor atau peralatan untuk memindahkan barang, areal perkantoran, terowongan west gully, dan jalan tambang.
Katri memaparkan, PT FI sudah mulai melakukan perbaikan terhadap peralatan tambang dan akses jalan tambang yang mengalami kerusakan. Adapun produksi harian PT FI mendekati hampir 5 juta pounds tembaga dan 5.000 ounces emas.
Diketahui, banjir melanda areal tambang PT FI di Tembagapura pada Sabtu lalu sekitar pukul 15.00 WIT karena hujan selama beberapa hari terakhir. Banjir mengakibatkan sebagian lokasi pabrik pengolahan konsentrat (Mill-Concentrating) banjir lumpur dan beberapa ruas jalan tambang rusak.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Tim Underground Mine Rescue PTFI berhasil mengevakuasi 14 pekerja yang sempat tertahan dalam Gedung OB1 dan Gedung Amole Stockpile dalam keadaan selamat.
Sementara itu, dua warga ditemukan tewas di luar areal tambang PT FI karena diterjang banjir. Diduga keduanya adalah pendulang emas tanpa izin di areal yang menjadi pembuangan tailing atau limbah hasil pengolahan konsentrat.
”Akibat peristiwa banjir diperkirakan penjualan kuartal pertama tahun 2023 menurun. Kemungkinan penjualan akan lebih rendah dari prediksi yang dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 2023, yakni sebesar 900 juta pounds tembaga dan 300.000 ounces emas,” papar Katri.
Katri menambahkan, PT FI masih terus melakukan kajian atas dampak dari peristiwa bencana alam tersebut. ”Kami menyiapkan rencana pemulihan untuk melanjutkan operasi. Perkiraan awal, aktivitas pabrik pengolahan dan aktivitas penambangan diharapkan dapat mulai beroperasi kembali pada akhir Februari 2023,” ucapnya.
Wakil Ketua Komisi IV DPR Papua Thomas Sondegau berharap pihak Freeport bisa menyiapkan upaya mitigasi dalam kegiatan penambangan di Tembagapura. Sebab, para pekerja beraktivitas di tengah risiko bencana hidrometeorologi saat terjadi hujan dengan intensitas tinggi.
”Kami berharap PT FI harus memiliki upaya mitigasi untuk melindungi karyawannya. Peristiwa banjir dan longsor sudah terjadi beberapa kali di Tembagapura,” kata Thomas.
Perkiraan awal, aktivitas pabrik pengolahan dan aktivitas penambangan diharapkan dapat mulai beroperasi kembali pada akhir Februari 2023.
Area penambangan PT FI di Distrik Tembagapura memang dinilai rawan terjadi banjir dan longsor. Curah hujan di daerah yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut itu cukup tinggi.
Berdasarkan catatan Kompas, banjir dan longsor juga pernah menerjang area penambangan PT FI di Tembagapura pada 15 Agustus 2017. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 20.00 WIT dan menyebabkan dua pekerja tewas.
Prakirawan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, Septiana Monika Sari, memaparkan, pihaknya telah memberikan peringatan dini tiga harian mengenai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang mencakup wilayah Mimika.
Ia memaparkan, berdasarkan pantauan di Stasiun Meteorologi Mimika, hujan yang terjadi saat banjir itu tergolong kategori hujan ringan, yakni di bawah 20 milimeter per hari. Curah hujan di Mimika pada Sabtu kemarin mencapai 17,7 milimeter.
”Kemungkinan banjir yang terjadi di wilayah Tembagapura karena hujan yang hanya terkonsentrasi di wilayah tersebut. Karakteristik musim di wilayah Mimika adalah curah hujan tinggi sepanjang tahun sehingga perlu diwaspadai potensi–potensi bencana yang mengancam akibat curah hujan tinggi,” ucap Septiana.