Jabar Gelontorkan Rp 100 Miliar untuk Memperpanjang Kontrak Penyuluh Pertanian
Dana ratusan miliar rupiah digelontorkan untuk honor 921 petugas penyuluh dan 429 petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan. Penyuluh ini diharapkan bisa memberikan asistensi terhadap para petani.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sedikitnya Rp 100 miliar disediakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk memperpanjang kontrak penyuluh pertanian dan petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan atau POPT. Selain untuk memastikan kedaulatan pangan, para penyuluh ini ditugaskan untuk pendampingan petani milenial.
Sebagian dari penyuluh dan petugas POPT itu hadir dalam Rapat Koordinasi Akbar Penyuluh dan POPT serta Training of Trainer Pendampingan Petani Milenial Jabar di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (13/2/2023). Gubernur Jabar Ridwan Kamil hadir dalam acara itu.
”Jika dengan ASN (aparatur sipil negara), total penyuluh di Jabar 3.753 orang. Dana Rp 100 miliar ini khusus untuk honor 921 penyuluh dan 429 petugas POPT. Mereka bakal terus bertugas mendampingi para petani, termasuk petani milenial,” ujar Emil, sapaan Ridwan Kamil.
Menurut Emil, peran penyuluh dan petugas POPT sangat vital. Keberadaan mereka diyakini mendukung produktivitas pertanian Jabar semakin baik. Dia mencontohkan peningkatan produktivitas beras. Saat ini, Jabar berkontribusi pada 9,4 ton gabah kering atau 17,58 persen secara nasional di tahun 2022.
Kehadiran penyuluh dan petugas POPT, kata Emil, juga ikut menjaga gairah anak muda untuk bertani. Mereka potensial memberikan asistensi kepada para petani muda untuk terus mendukung regenerasi dan masa depan pangan berkelanjutan. Di Jabar, program itu diimplementasikan salah satunya lewat Petani Milenial.
”Kunci regenerasi tidak hanya menyerahkan kepada para petani, tetapi juga memberikan investasi kepada orang-orang berilmu ini (penyuluh dan petugas POPT) untuk terus menghasilkan produk yang nyaman, aman, dan harga terjangkau,” ujar Emil.
Lebih baik
Program Petani Milenial di Jabar tahun 2021 diikuti 8.996 pendaftar, dan 1.766 di antaranya lolos seleksi. Dalam perjalanannya, program ini meluluskan 1.249 petani muda. Tahun ini, Petani Milenial tahun 2022 diikuti 5.658 peserta dari 20.894 pendaftar.
Emil tidak menampik ada kegagalan dalam program tersebut. Namun, dia berpendapat hal tersebut disebabkan faktor eksternal. Salah satunya kegagalan pemasaran petani tanaman hias yang sempat viral di media sosial yang dia anggap terjadi karena perang di Eropa.
”Saya ingatkan lagi, ini bukan program karpet merah. Ini mendorong orang bekerja keras dan berhubungan dua pihak. Satu pembeli, satu perbankan. Jadi ada dinamika. Kegagalan itu ada. Tapi, yang berhasil juga lebih banyak. Kami berharap peran penyuluh semakin membuat program ini berjalan semakin baik,” ujarnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Dadan Hidayat menjelaskan, selain penyuluh pertanian dan petugas POPT yang memperpanjang kontrak, ada 106 petugas penyuluh dari pusat bakal memperpanjang kontraknya. Dia yakin, semuanya akan bekerja sama membantu petani meningkatkan produktivitasnya.
Hamdan (32), petugas POPT dari Kabupaten Cianjur, menyatakan, petani masih membutuhkan pendampingan dalam berusaha, khususnya penanggulangan hama dan penyakit lainnya. Dia berharap perpanjangan kontrak ini bisa memberikan semangat bagi penyuluh dan petugas POPT untuk terus aktif ikut meningkatkan produktivitas pertanian.
”Saat ini, ilmu yang kami kembangkan dengan petani adalah menerapkan metode pertanian ramah lingkungan, salah satunya penggunaan pestisida ramah lingkungan. Harapannya, metode itu meningkatkan produktivitas sembari tetap menjaga masa depan pangan berkelanjutan,” katanya.