Banjir Terjang Tembagapura, Freeport Hentikan Sementara Operasi Tambang
Banjir menerjang areal penambangan emas dan tembaga PT Freeport Indonesia di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Peristiwa ini menyebabkan kegiatan penambangan dan produksi sementara waktu dihentikan.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Curah hujan tinggi memicu banjir di areal penambangan PT Freeport Indonesia di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah, Sabtu (11/2023). Manajemen perusahaan pun memutuskan untuk menghentikan sementara kegiatan operasional di lokasi tersebut.
Vice President Corporate Communications PT Freeport Indonesia (FI) Katri Krisnati, Minggu (12/2/2023), melalui siaran pers yang diterima Kompas di Jayapura, mengatakan, sebagian lokasi pabrik pengolahan konsentrat (mill-concentrating) mengalami banjir lumpur dan beberapa ruas jalan tambang mengalami kerusakan. Diketahui banjir terjadi pada Sabtu sekitar pukul 15.00 WIT.
Katri memaparkan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. Tim Underground Mine Rescue PT FI berhasil mengevakuasi 14 pekerja yang sempat tertahan di dalam Gedung OB1 dan Gedung Amole Stockpile. ”Kami bersyukur tidak ada laporan korban jiwa atas peristiwa ini. PT FI mengutamakan keselamatan bagi seluruh karyawan yang bertugas di lokasi,” katanya.
Ia menuturkan, aktivitas penambangan dan pengolahan dihentikan sementara untuk proses pemulihan. Tim Emergency Preparedness and Response (EPR) PT FI sudah diaktifkan untuk melakukan tindakan yang diperlukan.
PT FI kini mengoperasikan areal penambangan di bawah tanah setelah menutup areal tambang terbuka Grasberg pada awal tahun 2020. Diketahui kegiatan produksi rata-rata bijih tembaga dan emas di Tembagapura mencapai 187.259 ton per hari. Sementara produksi rata-rata konsentrat 9.084 ton per hari.
”Sejak kemarin malam kami terus melakukan upaya pembersihan dan pemulihan dengan aman dan sesuai prioritas sehingga operasi diharapkan dapat kembali normal. Situasi wilayah Tembagapura, khususnya area pabrik di MP 74, saat ini terkontrol dengan baik,” tutur Katri.
Katri menambahkan, PT FI menyiapkan fasilitas mess hall tempat makan karyawan dan fasilitas kesehatan untuk bersiaga penuh memenuhi kebutuhan karyawan. ”Empat belas pekerja yang telah dievakuasi dari sejumlah gedung kini dalam keadaan sehat,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Ignatius Benny Ady Prabowo mengatakan, terdapat dua warga yang tewas akibat diterjang banjir saat mendulang emas di areal pembuangan tailing atau limbah produksi PT FI di Tembagapura pada Sabtu. Inisial kedua korban adalah JM dan NK.
”JM ditemukan di areal Mil 69, sedangkan korban berinisial NK ditemukan di sekitar areal Mil 74. Jenazah kedua korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Tembagapura. Situasi di Tembagapura kini relatif aman,” kata Ignatius.
Areal penambangan PT FI di Distrik Tembagapura rawan banjir dan longsor. Curah hujan di daerah yang berada pada ketinggian 2.000 meter di atas permukaan laut ini cukup tinggi.
Kemungkinan banjir di wilayah Tembagapura terjadi karena hujan yang hanya terkonsentrasi di wilayah tersebut.
Berdasarkan catatan Kompas, banjir dan longsor juga pernah menerjang areal penambangan PT FI di Tembagapura pada 15 Agustus 2017. Kala itu, bencana tersebut menyebabkan dua pekerja tewas.
Prakirawan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, Septiana Monika Sari, memaparkan, pihaknya telah memberikan peringatan dini tiga harian mengenai potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, termasuk di wilayah Mimika.
Ia memaparkan, berdasarkan pantauan di Stasiun Meteorologi Mimika, hujan yang terjadi saat banjir pada Sabtu itu berkategori hujan ringan, yakni di bawah 20 milimeter per hari. Total intensitas curah hujan per hari di Mimika pada Sabtu kemarin 17,7 milimeter.
”Kemungkinan banjir di wilayah Tembagapura terjadi karena hujan yang hanya terkonsentrasi di wilayah tersebut. Karakteristik musim di wilayah Mimika adalah curah hujan tinggi sepanjang tahun sehingga perlu diwaspadai potensi-potensi bencana yang mengancam akibat curah hujan tinggi,” ucap Septiana.