Lestarikan Permainan Tradisional, Banyumas Lombakan Gobak Sodor
Permainan tradisional perlu terus dihidupkan untuk mengurangi kecanduan pemakaian gawai. Di Purwokerto, lomba gobak sodor digelar antarkecamatan dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Banyumas.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Banyumas menggelar perlombaan gobak sodor antarkecamatan untuk memeriahkan rangkaian Hari Jadi Ke-452 Banyumas. Pelestarian permainan tradisional ini diharapkan bisa mengurangi kecanduan gawai sekaligus menjdi wadah bersosialisasi antarwarga dan menjaga kesehatan karena berlarian di tengah lapangan.
”Ini dalam rangka nguri-uri (melestarikan) budaya, tapi juga bersifat menyehatkan badan dan memfokuskan konsentrasi pikiran, kognitif, kerja sama saraf-saraf sehingga bisa menjadi orang yang tanggap dan bekerja sama dengan orang lain,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein di GOR Satria, Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Jumat (10/2/2023).
Husein mengatakan, permainan gobak sodor juga bisa membuat jantung dan pernapasan para pemain sehat karena aktif bergerak. Selain itu, permainan bersama diharapkan bisa mengurangi kecanduan gawai beserta dampak negatifnya di kalangan generasi muda.
Husein prihatin atas data Pengadilan Negeri Agama Purwokerto yang menunjukkan dalam sebulan terakhir jumlah pernikahan usia dini di Purwokerto mencapai 20 anak. ”Nanti akan dikoordinasi jadi lomba-lomba di SD, SMP, SMA supaya anak-anak tidak bergantung terus pada gawai,” ujarnya.
Ketua Pengadilan Negeri Agama Purwokerto Arinal menyampaikan, sepanjang 2022, terdapat lebih dari 300 anak yang menikah secara dini. Pada tahun ini saja tercatat 20 anak yang menikah secara dini. Salah satu alasannya adalah karena mereka sudah hamil duluan.
Penggunaan gawai dan media sosial secara kurang bijak disinyalir jadi faktor pemicunya. ”Yang menikah muda ada usia 14 dan 16 tahun. Rata-rata karena pergaulan bebas dan awalnya coba-coba. Ada yang SMA dan juga bahkan SMP,” papar Arinal.
Ketua Tim PKK Kabupaten Banyumas Erna Husein menambahkan, pelestarian permainan tradisional ini nantinya tidak hanya mencakup gobak sodor, tetapi ada juga permainan lain, seperti sunda-manda atau engklek dan lomba menggelindingkan ban bekas. ”Ini memang pesertanya ibu-ibu PKK. Nanti akan diperluas ke organisasi wanita lain, lalu ke anak-anak,” ujarnya.
Lomba gobak sodor ini diikuti perwakilan dari 27 kecamatan se-Kabupaten Banyumas. Pada pergelaran di GOR Satria ini, terdapat tujuh finalis yang memperebutkan piala serta uang pembinaan.
Para ibu antusias berlomba dengan dimeriahkan para pendukung masing-masing per kecamatan. Mereka juga mengenakan kostum berupa kebaya serta jarik. Meski jatuh bangun di lapangan rumput, mereka senang dan bergembira ria.
”Senang sekali bisa ikut lomba ini. Terakhir saya bermain seperti ini saat dulu masih SD. Di desa-desa juga sudah jarang ada permainan ini. Anak-anak sekarang maunya duduk bermain HP, jarang yang mau panas-panasan bermain di luar,” tutur Dwi Asih Puspita (44), peserta dari Kecamatan Tambak.
Puspita, yang sehari-hari berprofesi sebagai guru SD itu, berharap aktivitas seperti ini bisa terus digiatkan. Dengan begitu, anak-anak sekolah bisa ikut berpartisipasi dan kebiasaan memakai gawai pun dapat dikurangi.