Kantor Polres Magelang Kota Bakal Dijadikan Museum
Gedung lama Polres Magelang Kota dibangun tahun 1874 dan pernah digunakan sebagai Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren atau sekolah untuk mencetak tenaga-tenaga calon pegawai pamong praja.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·2 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Jajaran Polres Magelang Kota, Jawa Tengah, bakal segera menempati kantor baru di tahun ini. Kantor lama, yang merupakan benda cagar budaya peninggalan Belanda, akan dijadikan museum.
Gedung lama Polres Magelang Kota dibangun tahun 1874 dan pernah digunakan sebagai Middelbare Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (MOSVIA) atau sekolah untuk mencetak tenaga-tenaga calon pegawai pamong praja dari kalangan pribumi di masa penjajahan Belanda. Bagian dalam gedung terdiri dari ruang-ruang yang semula difungsikan sebagai ruang kelas, asrama siswa, dan ruang makan.
”Menjadi bagian dari kawasan alun-alun, maka kantor yang nantinya akan menjadi museum ini diharapkan dapat menjadi ikon budaya Kota Magelang,” ujar Kepala Polres Magelang Kota Ajun Komisaris Besar Yolanda E Sebayang saat ditemui, Jumat (10/2/2023).
Perencanaan pemanfaatan kantor lama sebagai museum ini, menurut dia, akan segera dibicarakan dengan Pemerintah Kota Magelang. Namun, karena perlu upaya pembenahan dan revitalisasi sebagai benda cagar budaya, penerapannya akan melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Gedung baru itu dibangun dengan dana Rp 23 miliar. Luas bangunan sekitar 3.600 meter persegi dan dibangun tiga lantai. Peletakan batu pertama pembangunan gedung sudah dilakukan pada Jumat (10/2/2023). Bangunan itu akan rampung 180 hari ke depan.
”Proses membangun museum tidak mudah karena kita semua harus berhati-hati, jangan sampai kemudian menampilkan cerita sejarah yang salah,” ujarnya.
Koordinator Komunitas Magelang Kota Toea, Bagus Priyana, mengatakan, MOSVIA adalah bagian dari sejarah penting yang ada di Kota Magelang. MOSVIA telah melahirkan lulusan yang menjadi tokoh-tokoh penting di Indonesia, seperti Tjipto Mangoenkoesoemo, tokoh pendidikan Selo Soemardjan, dan tokoh militer Halim Perdanakusuma.
Gedung MOSVIA juga pernah digunakan sebagai tempat pameran dalam rangka kongres kebudayaan pertama setelah Indonesia merdeka di tahun 1948. ”Harapannya, ada perencanaan matang dengan melibatkan banyak pihak, seperti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), Kementerian Dalam Negeri, dan Pemerintah Provinsi Jateng untuk mewujudkan rencana itu,” katanya.