Jumlah Pengungsi akibat Gempa di Jayapura Capai 2.137 Orang
Jumlah warga Kota Jayapura yang mengungsi pascabencana gempa bumi magnitudo 5,2 mencapai 2.137 orang di 16 titik pengungsian. Terdapat 60 bangunan yang rusak ringan dan berat.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Jumlah pengungsi pascabencana gempa bumi magnitudo 5,2 di Kota Jayapura, Papua, hingga Jumat (10/2/2023) mencapai 2.137 orang. Pengungsi tersebar di 16 lokasi.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Welliam Manderi mengatakan, 2.137 warga yang mengungsi tersebar di dua distrik atau kecamatan. Dua distrik ini adalah Jayapura Selatan dan Jayapura Utara.
Welliam memaparkan, pihaknya telah menyediakan tenda bagi masyarakat di sejumlah lokasi pengungsian di Jayapura Utara dan Jayapura Selatan. Total tujuh tenda telah disalurkan Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua ke lokasi-lokasi tersebut.
Diketahui, terjadi gempa bumi dengan magnitudo 5,2 di Kota Jayapura pada Kamis kemarin pada pukul 15.28 WIT. Gempa dengan durasi sekitar 5 detik memicu getaran yang kuat karena berada pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Jayapura, gempa mengakibatkan 4 warga meninggal dan 18 warga luka-luka karena tertimpa bangunan yang roboh. Para korban luka menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura, Rumah Sakit TNI Angkatan Laut dr Soedibjo Sardadi, dan Rumah Sakit TNI AD Marthen Indey.
”Para pengungsi membutuhkan tambahan tenda, tempat tidur, dan makanan siap saji. Kami terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura untuk penanganan para pengungsi,” kata Welliam.
Sementara itu, Penjabat Sekretaris Daerah Kota Jayapura Robby Kepas Awi mengatakan, Pemerintah Kota Jayapura telah menetapkan status tanggap darurat selama 21 hari pasca-bencana gempa pada Kamis kemarin. Pemkot Jayapura telah meliburkan para siswa SD hingga SMA dan akan kembali bersekolah pada Senin (13/2/2023) mendatang.
Robby menuturkan, dari pendataan sementara terdapat sekitar 60 bangunan rusak ringan dan berat. Bangunan yang mengalami kerusakan adalah gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, tempat usaha, hingga rumah warga.
”Dinas Pekerjaan Umum Kota Jayapura terus mendata bangunan yang rusak. Kami meminta masyarakat agar tidak menempati bangunan yang mengalami kerusakan berat. Sebab, gempa susulan terus terjadi hingga kini,” tutur Robby.
Para pengungsi membutuhkan tambahan tenda, tempat tidur, dan makanan siap saji.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura Ni Nyoman Sri Antari menyatakan, pelayanan kesehatan tetap berjalan seperti biasa meskipun beberapa puskesmas di Kota Jayapura rusak. Total enam puskesmas yang rusak berupa retakan pada dinding bangunan.
”Terdapat juga sejumlah rumah sakit yang rusak, yakni Rumah Sakit Marthen Indey dan Rumah Sakit Provita. Kedua rumah sakit ini harus melayani pasien di area parkir,” papar Sri.
Gempa susulan
Dari pantauan Kompas pada Jumat ini hingga pukul 19.00 WIT, masih terjadi gempa bumi dengan kedalaman dangkal di Kota Jayapura. Terjadi lima kali gempa di Kota Jayapura pada pagi, siang, dan sore pukul 17.54 WIT.
Dari hasil analisis Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura, penyebab gempa adalah pergerakan sesar atau patahan lokal yang aktif dan kondisi bebatuan yang rapuh sehingga memicu terus terjadi gempa susulan di wilayah Kota Jayapura hingga Kabupaten Jayapura. Namun, pihak BBMKG Wilayah V Jayapura belum dapat mengidentifikasi sesar lokal tersebut.
Adapun gempa bumi dengan kedalaman dangkal di Jayapura telah mencapai 1.155 kali sejak 2 Januari 2023 hingga Jumat pukul 18.00 WIT. Sebanyak 162 dari 1.155 kali gempa merupakan gempa yang dirasakan masyarakat.
Pengamat Bidang Observasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Muhammad Nadhi Ahsan mengungkapkan, mayoritas pusat gempa selama sebulan terakhir ini terletak di dua lokasi di Kota Jayapura. Dua lokasi ini adalah Jayapura Utara dan Jayapura Selatan.
”Kami berharap warga yang bermukim di area pusat gempa bumi untuk meningkatkan mitigasi bencana. Salah satu upaya tersebut adalah memeriksa kondisi bangunan pasca-gempa,” kata Nadhi.