Ruangan Pelayanan Rusak akibat Gempa, 300 Pasien RSUD Jayapura Dievakuasi
300 pasien RSUD Jayapura harus dievakuasi ke posko pengungsian. Hal ini menyusul rusaknya 8 ruang pelayanan di RS itu akibat gempa bermagnitudo 5,2 di Kota Jayapura, Kamis (9/2/2023).
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS - Delapan ruang pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura mengalami kerusakan akibat gempa bermagnitudo 5,2 di Kota Jayapura, Papua, Kamis (9/2/2023). Sekitar 300 pasien dievakuasi ke posko pengungsian yang berada di area parkiran rumah sakit itu.
Dari pantauan Kompas, ratusan pasien RSUD Jayapura menjalani perawatan di bawah tenda di area parkiran sejak Kamis sore. Peralatan tenda disiapkan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah serta Kementerian Sosial.
Direktur RSUD Jayapura Anton Motte, di posko pengungsian pada Kamis malam, mengatakan, ratusan pasien harus dievakuasi karena kondisi ruang pelayanan yang mengalami kerusakan pascagempa. Dinding pada delapan ruangan pelayanan mengalami keretakan.
Ia memaparkan, ruang pelayanan yang mengalami kerusakan, antara lain, pelayanan rawat inap penyakit dalam, ruang pelayanan ibu dan anak, ruang kebidanan, ruang unit gawat darurat, dan ruang ICU.
"Semua pasien untuk sementara menjalani pelayanan di posko. Hal ini untuk mencegah pasien dari risiko di ruang pelayanan yang mengalami kerusakan akibat gempa berulang kali," kata Anton.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja dan Penanggulangan Bencana Daerah Papua Welliam Manderi memaparkan, selain menyiapkan tenda di RSUD Jayapura, pihaknya juga akan menyalurkan tenda ke sejumlah lokasi pengungsian warga. Sejumlah lokasi pengungsian itu tersebar di daerah Entrop, Dok V, Bhayangkara, serta Hamadi.
"Sekitar 500 keluarga yang mengungsi untuk menghindari dampak akibat gempa yang terus terjadi hingga kini. Mereka sangat membutuhkan bantuan tenda dan tempat tidur velbed," ungkap Welliam.
Ia menambahkan, jumlah korban yang tewas akibat tertimpa reruntuhan bangunan saat terjadi gempa sebanyak empat orang. Sementara, jumlah korban luka sebanyak 14 orang dan lebih dari 10 bangunan perkantoran yang mengalami kerusakan.
Sementara itu, Staf Ahli Kementerian Sosial Bidang Rehabilitasi Sosial Benhur Tomi Mano mengatakan, pihaknya menyiapkan 10 tenda untuk pasien di RSUD Jayapura dan empat lokasi pengungsian warga. Selain tenda, lanjut Benhur, pihaknya akan menyediakan makanan siap saji bagi para pengungsi.
"Kementerian Sosial akan terus mendata jumlah warga yang berada di lokasi pengungsian. Kami juga akan mendata jumlah warga yang terdampak dalam bencana ini," kata Benhur, yang juga mantan Wali Kota Jayapura.
Penyebab gempa adalah pergerakan sesar atau patahan lokal yang aktif dan kondisi bebatuan yang rapuh.
Gempa bermagnitudo 5,2 terjadi pada pukul 15.28 WIT dengan durasi sekitar 5-6 detik. Gempa itu dengan kedalaman 10 kilometer dan berpusat di darat. Pascagempa, seluruh warga berhamburan ke jalan raya setelah meninggalkan komplek perkantoran, rumah, dan pusat perbelanjaan.
Sementara, bangunan yang mengalami kerusakan, antara lain, Kantor Wali Kota Jayapura, Mal Jayapura, Masjid Nurul Iman Dok V Jayapura, Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Papua, dan gedung pascasarjana Universitas Cenderawasih Jayapura.
Koordinator Bidang Observasi Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura Danang Pamuji menuturkan, penyebab gempa adalah pergerakan sesar atau patahan lokal yang aktif dan kondisi bebatuan yang rapuh. Hal itu memicu terus terjadi gempa susulan di wilayah Kota Jayapura hingga Kabupaten Jayapura.
Namun, BBMKG Wilayah V Jayapura belum dapat mengidentifikasi sesar lokal tersebut. Ia mengungkapkan, sejak tanggal 2 Januari 2023 hingga Kamis ini pukul 18.00 WIT, tercatat kejadian gempa di Kota Jayapura sebanyak 1.095 kali. Fenomena gempa yang terjadi berulang kali dalam jangka waktu sebulan baru pertama kali terjadi di Papua.
"Kami meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan mitigasi bencana gempa bumi. Sebab, diperkirakan terus terjadi gempa bumi susulan karena kondisi lempeng atau patahan belum stabil," tutur Danang.