Waspadai Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi di NTB dalam Seminggu ke Depan
NTB berpotensi dilanda hujan lebat dan gelombang tinggi dalam seminggu ke depan. Masyarakat diimbau untuk waspada.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi mengimbau masyarakat untuk mewaspadai pontesi cuaca ekstrem dalam satu minggu ke depan di wilayah Nusa Tenggara Barat. Cuaca ekstrem itu berupa hujan intensitas sedang hingga lebat serta gelombang tinggi hingga 4 meter.
Kepala Stasiun Meteorologi Zainuddin Abdul Madjid (ZAM) Cucu Kusmayancu dalam keterangan persnya Senin (6/2/2023) mengatakan, BMKG memperkirakan potensi hujan dengan intesintas sedang hingga lebat pada periode 6-12 Februari 2023.
Menurut Cucu, potensi hujan yang dapat disertai petir dan angin kencang itu diperkirakan terjadi di semua kabupaten kota di NTB.
Selain itu, kata Cucu, terdapat juga potensi gelombang tinggi di wilayah NTB pada periode yang sama. Gelombang tinggi itu mulai dari 1,25 meter hingga 4 meter.
Kategori tinggi gelombang 1,25-2,5 meter diperkirakan terjadi di Selat Lombok-Alas bagian utara, Perairan utara Sumbawa, Laut Sumbawa, dan Selat Sape. Sementara kategori tinggi gelombang 2,5-4 meter di Selat Lombok-Alas bagian selatan dan Samudra Hindia selatan NTB.
Cucu menjelaskan, potensi cuaca itu terjadi karena kondisi cuaca di seluruh wilayah Indonesia saat ini menunjukkan signifikasi dinamika atmosfer.
Menurut Cucu, kondisi atmosfer menunjukkan beberapa fenomena yang mendorong pembentukan awan hujan yang lebih intensif dalam beberapa waktu ke depan.
Fenomena itu, misalnya, aktifnya fenomena gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin. Kondisi itu secara tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk NTB.
Selain itu, kata Cucu, terjadi potensi kondisi Monsun Asia (angin yang bergerak dari barat) yang masih aktif serta bibit siklon tropis, pusat tekanan rendah, dan sirkulasi siklonik yang membentuk daerah belokan, pertemuan dan perlambatan kecepatan angin.
Kondisi itu dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan dapat memaksimalkan potensi pertumbuhan hujan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk NTB.
Perlu menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi yang masif untuk pengurangan risiko bencana hidrometeorologi. (Cucu Kusmayancu)
Terkait kondisi itu, kata Cucu, BMKG merekomendasikan pihak-pihak terkait untuk melakukan persiapan. Mulai dari memastikan kapasitas infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air, penataan lingkungan, dan antisipasi angin kencang dengan pemangkasan dahan dan ranting pohon.
”Selain itu, perlu menggencarkan sosialisasi, edukasi, dan literasi yang masif untuk pengurangan risiko bencana hidrometeorologi, juga mengintensifkan koordinasi serta sinergi dan komunikasi semua pihak terkait,” ujarnya.
Selain itu, dia mengingatkan pentingnya memonitor informasi perkembangan cuaca dan peringatan dini cuaca ekstrem dari BMKG. Terutama untuk detail setiap kecamatan di seluruh wilayah NTB.
Terseret ombak
Secara terpisah, I Gusti Lanang Wiswanadana dari Hubungan Masyarakat Kantor SAR Mataram mengatakan, seorang warga Dusun Gunung Timba, Desa Denggeng Timur, Kecamatan Selong, Lombok Timur, Bernama Kamisun (35) terseret ombak di Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tunak, Lombok Tengah.
Menurut Gusti, Kamisun hilang saat memacing di lereng tebing Teluk Ujung, Gunung Tunak, pada Minggu (5/2/2023) sekitar pukul 23.00 Wita.
Kamisun tersambar ombak kemudian terjatuh. Hingga saat ini, pencarian Kamisun yang terkendala hujan dan gelombang tinggi masih berlangsung.