Cuaca Ekstrem Masih Membayangi, Modifikasi Cuaca Dilakukan di Sulsel
Hujan disertai angin kencang masih membayangi Sulawesi Selatan. Padahal, dampak bencana hidrometeorologi yang terjadi sepanjang Desember-Januari ini belum lagi reda. Modifikasi cuaca diharap bisa meredam curah hujan.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Badan Nasional Penanggulangan Bencana akan melakukan modifikasi cuaca di Sulawesi Selatan untuk mengurangi intensitas dan curah hujan. Berdasarkan prakiraan cuaca terbaru yang dikeluarkan BMKG Wilayah IV Makassar, peluang hujan masih terjadi di sebagian Sulsel dan cenderung bergerak ke wilayah Luwu dan sekitarnya.
Bahkan, pertengahan bulan ini diprediksi awan hujan akan merata ada di atas wilayah Sulsel.
Hal ini mengemuka dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Hidrometeorologi di Makassar, Senin (9/1/2023). Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto memimpin langsung pertemuan ini.
Turut hadir, wali kota dan bupati serta kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) se-Sulsel. Selain itu, Panglima Kodam XIV Hasanuddin Mayor Jenderal Totok Imam Santoso, Kapolda Sulsel Inspektur Jenderal Nana Sudjana, serta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar Irwan Slamet.
”Untuk Sulsel, selain operasi darat untuk penanggulangan bencana, kami juga melakukanteknologi modifikasi cuaca,” kata Kepala BNPB Suharyanto.
Langkah tersebut akan bekerja sama dengan BRIN dan modifikasi cuaca akan dimulai pada Senin ini. Disebutkan, modifikasi cuaca terbukti bisa sedikit mengurangi curah hujan yang turun.
”Cara ini sudah dilakukan di DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, dan sekarang Sulsel,” ujarnya.
Melanda
Pelaksana Harian Sekprov Sulsel Aslam Patonangi mengatakan, selama periode 22 Desember-7 Januari, bencana hidrometeorologi berupa banjir, banjir rob, longsor, dan angin kencang melanda setidaknya 19 dari 24 kabupaten dan kota di daerah ini.
Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Bencana Hidrometeorologi digelar di Makassar, Senin (9/1/2023). Rapat dihadiri wali kota dan bupati serta kepala BPBD di Sulawesi Selatan. Cuaca ekstrem yang masih membayangi Sulael membuat BNPBD melaksanakan modifikasi cuaca.
Disebutkan, bencana hidrometeorologi ini berdampak pada26.262 keluarga yang meliputi 60.948 jiwa. Sebanyak 1.168 rumah rusak, di antaranya 190 rusak berat, 201 rusak sedang, dan selebihnya rusak ringan.
”Ini belum termasuk korban meninggal dan kerusakan infrastruktur dan berbagai fasilitas,” katanya.
Dalam catatan Kompas untuk bencana longsor saja, antara Desember dan awal Januari, korban meninggal 11 orang di Maros dan Gowa. Di Makassar, ada dua warga meninggal tertimpa pohon dan di Maros dua korban meninggal akibat banjir.
Jika tidak, berarti mitigasi tidak jalan. Persoalan ini kepala daerah masing-masing yang paling tahu kondisinya seperti apa.
Di daerah lain, ada warga yang hanyut terbawa air. Sementara di Selayar, enam korban kapal tenggelam hingga kini belum ditemukan.
Terkait kondisi cuaca di Sulsel, BMKG menyebut hingga tujuh hari ke depan hujan masih akan terjadi di Sulsel. Hujan ini akan meluas ke wilayah Palopo, Luwu, Toraja, dan Enrekang; selain Sidrap dan Parepare.
”Kelihatannya bergerak ke arah Luwu dan sekitarnya. Hujan ini akan disertai kilat, petir, dan angin kencang. Kami belum bisa memprediksi apakah puncak curah hujan sudah berlalu. Yang pasti tanggal 16 nanti akan ada awan yang merata berada di atas seluruh wilayah Sulsel,” tutur Irwan Slamet.
Sementara itu, terkait bencana hidrometeorologi yang melanda Sulsel sepanjang Desember hingga saat ini, BNPB memberikan bantuan dana siap pakai.
Masing-masing kabupaten dan kota mendapatkan dana operasional Rp 250 juta dan logistik berupa bahan makanan dan makanan siap saji senilai masing-masing Rp 100 juta. Selain itu. selimut serta matras masing-masing 1.000 untuk setiap kota dan kabupaten.
Sebelumnya, empat daerah sudah mendapatkan bantuan dana dari Pemprov Sulsel, yakni Soppeng Rp 1,3 miliar, Maros Rp 310 juta, Wajo Rp 195 juta,dan Takalar Rp 1,6 miliar. Daerah ini termasuk yang dampak bencananya cukup besar.
Kepala BNPB juga mengingatkan kepala daerah untuk fokus juga pada soal mitigasi. Ukuran mitigasi berhasil atau tidak adalah jika tahun depan dampak cuaca ekstrem seperti banjir atau longsor juga kerusakan dan korban bisa dihilangkan atau dikurangi.
”Jika tidak, berarti mitigasi tidak jalan. Persoalan ini kepala daerah masing-masing yang paling tahu kondisinya seperti apa,” katanya.