Ekspor Produk Pertanian Lampung Ditargetkan Tembus Rp 21,4 Triliun
Tingginya kebutuhan pangan dunia membuat ekspor berbagai produk pertanian asal Lampung terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Tahun ini, nilai ekspor hasil pertanian Lampung ditargetkan Rp 21,4 triliun.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Tingginya kebutuhan pangan dunia membuat ekspor berbagai produk pertanian asal Lampung terus meningkat dalam tiga tahun terakhir. Tahun ini, nilai ekspor hasil pertanian Lampung ditargetkan dapat mencapai Rp 21,4 triliun.
Subkoordinator Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Bandar Lampung Irsan Nuhantoro memaparkan, pada tahun 2022, nilai ekspor produk pertanian Lampung mencapai Rp 16,5 triliun. Jumlah itu meningkat 17,8 persen dibandingkan dengan tahun 2021 yang tercatat Rp 14 triliun. Adapun pada tahun 2020, nilai ekspor produk pertanian Lampung sebesar Rp 10,2 triliun.
”Tahun 2023, kami memproyeksikan nilai ekspor Lampung bisa mencapai Rp 21,4 triliun. Untuk itu, kami mendorong beberapa komoditas unggulan yang potensial untuk dipasarkan ke luar negeri,” kata Irsan di sela-sela acara diskusi bersama media di Bandar Lampung, Kamis (2/2/2023).
Menurut dia, kopi, nanas, kelapa sawit, dan lada masih menjadi produk eskpor unggulan asal Lampung. Pada 2022, volume ekpor biji kopi Lampung mencapai 310.066 ton dengan negara tujuan utama, antara lain, India, Jerman, Malaysia, dan Rusia.
Sementara volume ekspor kelapa sawit pada 2022 mencapai 1,5 juta ton dengan negara tujuan utama Slandia Baru, Belanda, dan India. Adapun volume ekspor nanas dan olahannya mencapai 65.884 ton serta lada sebesar 13.983 ton.
Untuk meningkatkan nilai ekspor produk pertanian asal Lampung, kata Irsan, pihaknya mendorong agar petani membidik peluang ekspor berbagai jenis hasil pertanian lainnya. Sebagai contoh, sejumlah petani di Kabupaten Lampung Tengah telah mengekspor berbagai jenis tanaman hias ke Turki. Industri yang selama ini mengekspor nanas olahan juga kini mulai membidik ekspor nanas segar dan bermitra dengan petani.
Petani juga dapat mengekspor buah-buahan lokal, antara lain, manggis, durian, hingga rambutan. Komoditas pertanian lain yang saat ini dibutuhkan untuk bahan pangan dan obat-obatan adalah rempah dan porang.
Selain itu, petani juga didorong untuk meningkatkan nilai tambah produk. Jika selama ini kopi lebih sering diekspor dalam bentuk biji kopi mentah, petani didorong untuk mengekspor kopi olahan. Begitu juga dengan kakao yang bisa difermentasi sebelum diekspor. Dengan cara itu, harga jual produk bisa meningkat hingga tiga kali lipat.
Ia mengungkapkan, ekspor produk pertanian juga menghadapi berbagai tantangan. Saat ini, beberapa negara memperketat persyaratan ekspor produk pertanian di tengah semakin beragamnya hama penyakit. Karena itulah, petani harus mampu menerapkan pola pertanian yang baik dan berkelanjutan serta memastikan keamanan pangan. Petani juga harus mampu membaca kebutuhan dan tren perdagangan dunia.
Kepala Balai Karantina Kelas I Bandar Lampung Donni Muksydayan berharap generasi muda di Lampung dapat melirik usaha ekspor. Pihaknya terus menyosialisasikan peluang dan tata cara ekspor kepada kalangan mahasiswa di Lampung. Harapannya, mereka bisa menjadi eksportir muda di Lampung.
Selain produk yang baik, pelaku UMKM juga harus dapat menjamin produk olahannya bersih dan bebas bahan cemaran.
Ia menilai, potensi ekspor produk pertanian Lampung masih sangat terbuka. Apalagi, kebutuhan dunia akan pangan sehat dan segar semakin meningkat pascapandemi Covid-19.
Lampung juga telah memiliki Pelabuhan Internasional Panjang yang dapat langsung mengangkut hasil pertanian untuk diekspor ke negara tujuan. Teknologi digital juga kian memudahkan eksportir dalam mencari calon pembeli dari luar negeri.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Lampung Elvira Umihanni menuturkan, selain produk pertanian, pihaknya juga mendorong agar berbagai hasil kerajinan dan produk makanan olahan yang dikembangkan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa diekspor. Berbagai produk yang telah diekspor, antara lain, ialah aneka keripik, gula aren, minuman rempah, dan olahan rumput laut.
Akan tetapi, jumlah UMKM yang telah menembus pasar ekspor masih sedikit. Dari 156.150 UMKM di Lampung, baru ada 18 pelaku UMKM yang bisa menembus pasar ekspor.
Saat ini, pemerintah daerah terus membina agar pelaku UMKM bisa meningkatkan kualitas produknya dan melengkapi berbagai persyaratan untuk bisa ekspor. Selain produk yang baik, pelaku UMKM juga harus dapat menjamin produk olahannya bersih dan bebas bahan cemaran.