Seniman Malang Raya Membingkai Kesadaran Sosial Melalui Patung dan Lukisan
Situasi sekitar direkam dan dilahirkan kembali melalui patung dan lukisan. Berisi kritik sosial dan berusaha menggugah kesadaran untuk hidup bersama dengan lebih baik.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
Pandemi tidak menyurutkan kreativitas seseorang. Belasan seniman asal Malang dan Kota Batu (Malang Raya) membuktikannya dengan menggelar pameran seni selama sebulan penuh.
Pameran seni bertajuk ”Mom3nt” tersebut digelar pada 23 Januari-23 Februari 2023 di lobi Hotel Rayz Universitas Muhammadiyah Malang. Karya seni dipamerkan adalah patung dan lukisan dari 13 seniman asal Malang dan Kota Batu.
Dua karya patung di antaranya karya Gatot Kumaidi, seniman asal Samaan, tersebut mengolah kayu jati bekas menjadi karya penuh makna. Misalnya, potongan bilah jati yang sebelumnya adalah bagian dari bangku, ia susun dengan patung bentuk meliuk dari kayu jati lain, hingga lahirlah karya bertema ”Memoar 2”. Sebuah perjalanan hidup penuh liku hingga akhirnya menemukan tempatnya.
Karya patung lain dibuat oleh Bhekti Hermawanto. Ia membuat patung berupa rekonstruksi sebuah bengkel. Aneka benda baru, disulap menjadi terkesan lawas, dipadu dengan pencahayaan nan pas.
Karyanya itu diberi judul ”Pulang Kerja”. Menggambarkan situasi sebuah bengkel saat para pekerjanya pulang. Bagaimana sebuah sepeda motor kuno menjadi pusatnya, dengan ditunjang pernik lain, seperti alat-alat mekanik dan tabung gas, yang ada di sebuah bengkel. Lagi-lagi, karya itu menunjukkan betapa seorang seniman menaruh perhatian pada situasi sekitar yang mungkin ditemui sehari-hari.
Di luar karya patung, ada banyak karya lukis dengan aneka teknik dan bentuknya. Salah satu karya menarik perhatian adalah lukisan berjudul ”Portrait of Valerie ’Wally’ Neuzi”. Tidak seperti lukisan pada umumnya, karya lukis cat air dengan pendekatan pictorial pixel. Bahwa munculnya figur lukisan bukan karena sketsa, melainkan karena ketepatan koordinat.
Sosok perempuan cantik itu dilukis di atas kertas blok dan seniman mengisi setiap bloknya dengan tetesan cat air sesuai keinginannya. Setidaknya ada 25.289 tetes cat dituangkan untuk menghasilkan karya indah kontemporer itu.
”Saya aslinya pelukis cat air. Namun, pada pameran kali ini, saya ingin menampilkan sesuatu berbeda. Saya tidak ingin menampilkan karya seperti biasanya. Harus ada hal baru agar kita terus bisa maju,” kata Dadang Rukmana, pelukis tersebut. Menurut Dadang, karya tersebut dibuat lebih dari 1,5 bulan.
Sebagai pelukis, Dadang ingin menyampaikan sosok perempuan di sekitar pelukis Egon Schiele (sosok Wally Neuzi). Bagaimana hubungan emosional di antara keduanya menjadi gambaran nyata liku-liku hidup manusia.
Masih dengan potret sekitar, pelukis asal Malang, Gatot Pujiarto, pun menyuguhkan karya lukis 3D berjudul ”Red World” atau ”Dunia Merah”. Gatot memotret perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang justru berdampak negatif pada lingkungan. Ia menciptakan karya lukis dengan cat akrilik dengan kolase perca, benang, dacron dan disempurnakan dengan teknik jahit.
Ia menyampaikan kritiknya dengan indah. Bagaimana peradaban manusia semakin maju, tetapi justru berdampak pada degradasi lingkungan sekitar. Udara, tanah, dan ai, menjadi abnormal karena efek dari limbah industri. Ilmu pertanian di mana selalu hibrida, air selalu tercemar karena pembuangan yang tidak standar, dan lainnya. Pada akhirnya, bumi tempat kita tinggal menjadi tidak layak untuk hunian.
Masih banyak sebenarnya karya-karya unik dari belasan seniman Malang Raya yang akan dipamerkan selama sebulan penuh. Karya di tampilkan cukup beragam baik tema maupun latar belakang senimannya. Mulai dari seniman berusia 50-an tahun hingga pemula yang masih berusia 20-an tahun. Pameran kali ini menunjukkan, dari hasil menangkap fenomena sekitar, maka karya-karya indah bisa dihasilkan. Selamat menikmati.