Banjir di Aceh Meluas, Dua Warga Tewas dan Ribuan Mengungsi
Banjir di Aceh Tamiang menelan korban jiwa sebanyak dua orang. Sementara 20.000 warga mengungsi.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Dua warga tewas dipicu banjir di Aceh. Selain itu, sedikitnya 20.000 warga mengungsi akibat banjir yang terjadi di tujuh kabupaten.
Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh menyebutkan, terjadi sejak Sabtu (21/1/2023), banjir masih merendam daerah di Pidie, Pidie Jaya, Bireuen, Aceh Utara, Aceh Timur, Aceh Tamiang, dan Aceh Tengah hingga Senin (23/1/2023). Meski air di sejumlah kawasan sudah surut, banjir telanjur merenggut dua warga Aceh Tamiang.
Kepala Polres Aceh Tamiang Ajun Komisaris Besar Muhammad Yanis pada Senin menuturkan, korban tewas adalah Atta Hafiz (3), warga Desa Landoh, Kecamatan Rantau. Atta ditemukan tidak bernyawa di dalam gorong-gorong setelah tubuh kecilnya diseret banjir. Saat kejadian, ibunya sedang menata barang agar tidak terkena banjir. Ironisnya, ibunya baru sadar anaknya terseret banjir beberapa jam kemudian.
Korban lainnya bernama M Yacob (82), warga Desa Batang Ara, Kecamatan Bandar Pusaka. Dia ditemukan tewas di kebun sawit pada Senin pagi. Diduga sampan yang ditumpangi korban terbalik dan korban tersangkut pada pelepah sawit. Ketinggian air di kebun sawit itu mencapai 4 meter.
Kepala BPBA Ilyas melalui Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana melaporkan, hingga Senin, rata-rata ketinggian air di permukiman warga bervariasi antara 50 sentimeter dan 1 meter. Namun, di Kecamatan Langkahan, Aceh Utara, ketinggian air masih tercatat 3 meter. Warga yang terisolasi kini telah dievakuasi menggunakan perahu.
Ilyas mengatakan, banjir kembali memicu munculnya pengungsi. BPBA melaporkan sedikitnya 20.000 pengungsi yang sebagian tinggal di balai desa atau gedung pemerintah. Sejak Minggu (22/1/2023), Pemprov Aceh dan pemkab terlanda banjir mulai menyalurkan bantuan pangan kepada para pengungsi.
Banjir tidak hanya berdampak pada permukiman, tetapi juga jalan nasional. Pada Sabtu, jalan Banda Aceh-Medan, di Padang Tiji (Pidie) dan Jeunieb (Bireuen) nyaris tak bisa dilalui kendaraan roda empat.
Di Pidie, banjir telah menyebabkan abrasi Sungai Tiro. Sebanyak lima kios milik warga di tepi sungai ambruk. Sebagian badan jalan juga telah ambruk ke sungai. Sebuah jembatan penghubung antardesa di Kecamatan Kembang Tanjong ambruk.
Ilyas mengatakan, banjir dipicu hujan intensitas tinggi. Beberapa sungai meluap hingga menggenangi permukiman. Banjir berpotensi meluas mengingat hingga beberapa hari ke depan hujan masih turun.
Kondisi Kota Kuala Simpang, Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, Sabtu (5/11/2022), direkam dari udara. Banjir mengepung Aceh Tamiang sehingga berdampak pada terganggunya arus transportasi dan aktivitas warga.
Koordinator Data dan Informasi Stasiun Meteorologi Blang Bintang di Aceh Besar Zakaria mengatakan, hingga 25 Januari 2023, 16 kabupaten/kota di Aceh berpotensi dilanda hujan, angin kencang, dan petir. Zakaria mengingatkan warga agar meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir dan longsor.
”Kami memantau adanya konvergensi sehingga ada potensi tumbuhnya awan hujan,” katanya.
Sepanjang 2022, bencana hidrometeorologi, yakni banjir, bandang, longsor, puting beliung, dan kebakaran lahan terjadi sebanyak 230 kali. Adapun nilai kerugian yang ditimbulkan dari bencana hidrometeorologi tersebut sebesar Rp 250,5 miliar. Kerugian dihitung dari kerusakan infrastruktur, harta benda warga, dan lahan pertanian. Bencana hidrometeorologi seperti banjir juga menelan korban jiwa.