Tak Hanya Permukiman, Abrasi Sungai di Palangkaraya Kini Juga Merusak Jalan
Abrasi terus mengancam Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Selain permukiman warga, kini infrastruktur jalan juga dihantam pengikisan tanah hingga rusak.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Abrasi Sungai Kahayan terus mengancam Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Kini, bencana tersebut merusak beberapa ruas jalan di wilayah Marang. Pemerintah mulai berupaya memperbaiki infrastruktur yang rusak akibat abrasi tersebut.
Sebelumnya, abrasi dua kali merusak permukiman di wilayah Flamboyan, Kecamatan Pahandut, Kota Palangkaraya, sejak awal Januari lalu. Setidaknya 21 rumah rusak dan 57 orang mengungsi ke beberapa posko yang disiapkan ataupun ke rumah kerabat mereka.
Pada Selasa (17/1/2023), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya mendapatkan laporan dari warga di lokasi lain soal abrasi. Kini, abrasi melanda di wilayah Marang, Kecamatan Bukit Batu. Abrasi Sungai Kahayan merusak beberapa ruas jalan.
Lurah Marang Yulianti Ningsih mengungkapkan, abrasi sudah mengikis hingga ke jalan sejak Senin (16/1/2023). Pihaknya bersama BPBD Kota Palangkaraya masih mengidentifikasi wilayah yang terdampak abrasi. ”Saat ini sebagian jalan yang rusak sedang diperbaiki. Kami masih memantau wilayah lain yang juga terdampak,” katanya.
Perbaikan jalan karena abrasi, dia melanjutkan, dilakukan dengan membuat siring atau selokan di tepian jalan untuk mengatur jalan air. Pemerintah juga menambah tembok bebatuan untuk memperkuat tanah agar tidak terkikis arus sungai.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Palangkaraya Emi Abriyani mengungkapkan, selain melakukan pemantauan di daerah rawan abrasi, pihaknya juga mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai untuk waspada terhadap bencana alam. Imbauan itu dibuat dengan memasang baliho peringatan di beberapa lokasi.
”Abrasi disebabkan banyak faktor, tetapi arus deras sungai menjadi faktor utama karena langsung mengikis tanah, khususnya di bagian permukiman. Ini karena hampir tidak ada tanaman yang menguatkan tanah,” ungkap Emi.
Saat ini, lanjut Emi, sebagian besar wilayah Kalimantan Tengah, termasuk Palangkaraya, masih dilanda fenomena alam La Nina yang menyebabkan meningkatnya intensitas hujan. Intensitas hujan yang tinggi membuat volume air di Sungai Kahayan yang panjangnya 658 kilometer juga meningkat.
Dia menambahkan, saat ini warga Palangkaraya yang terdampak abrasi sudah sepakat untuk direlokasi ke lokasi baru. Namun, pemerintah masih mencari tempat untuk relokasi yang jauh lebih aman dari lokasi terdampak. ”Ditunggu saja. Yang jelas pemerintah dan warga sudah saling sepakat. Ini demi kepentingan bersama,” kata Emi.
Relokasi cukup rumit. Harus dipastikan tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari.
Ketua DPRD Kota Palangkaraya Sigit K Yunianto menjelaskan, pemerintah kota harus melihat status tanah abrasi dengan memastikan hak milik tanah sesuai dengan warga yang terdampak. Banyak warga terdampak abrasi juga hanya menyewa tanah atau bukan pemilik tanah.
”Relokasi cukup rumit. Harus dipastikan tidak menimbulkan masalah baru di kemudian hari. Kecuali, lokasi (terdampak) dibebaskan dulu, pemilik tanah diberi ganti untung tanah,” ungkap Sigit.
Kepala Seksi Evaluasi Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung di Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Kahayan Janatun Naim menjelaskan, fenomena abrasi atau pengikisan tanah di pinggir Sungai Kahayan terjadi karena berbagai faktor. Antara lain, besarnya debit air sungai, daya tampung sungai yang menurun, serta kondisi lereng pinggir sungai dan struktur tanah.
”Jenis tanah dengan porositas tinggi seperti pasir mudah terabrasi. Lokasi yang abrasi itu memang tanah berpasir sehingga mudah terkikis,” ungkap Janatun.
Janatun mengungkapkan, wilayah dengan kondisi struktur tanah seperti itu di pinggir sungai memang harus jauh dari permukiman warga. Abrasi bisa dihindari dengan membuat cover crop atau penanaman tanaman dengan akar yang dapat mengikat tanah, seperti vetiver atau sejenis rumput (Vetiveria zizanioides L).
”Ada beberapa tanaman lain yang biasanya kami gunakan selain vetiver, yakni jenis Calopogonium Mucunoides (CM) dan Centrosema Pubescens (CP),” ungkap Janatun.