Perpustakaan Megah di Sultra Minim Koleksi dan Pengunjung
Perpustakaan megah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, yang dibangun dengan anggaran seratusan miliar rupiah, belum memiliki koleksi yang lengkap. Program dan kegiatan juga masih minim.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Perpustakaan megah milik Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara yang baru saja dibangun dengan anggaran ratusan miliar ternyata belum memiliki koleksi yang lengkap. Program dan kegiatan untuk menggaet kunjungan masyarakat juga masih minim. Dibutuhkan upaya ekstra serta kepedulian tinggi agar bangunan megah itu bermanfaat untuk masyarakat luas.
Pembangunan perpustakaan modern di Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), itu menghabiskan anggaran senilai Rp 106 miliar. Perpustakaan tersebut telah selesai dibangun sejak 2022 lalu. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sultra telah membuka perpustakaan itu selama satu tahun terakhir.
Akan tetapi, kondisi perpustakaan masih jauh dari paripurna, seperti terlihat pada Selasa (17/1/2023). Sejumlah ruangan masih kosong dan masih dalam penataan. Koleksi buku juga masih terbatas. Pengunjung hanya terlihat beberapa orang, sedangkan pelajar lebih banyak bermain gawai di pelataran perpustakaan.
Salah seorang pengunjung, Andi (26), mengungkapkan, sejumlah bacaan yang ia gemari, misalnya bidang sosial dan sastra, belum tersedia di perpustakaan itu. Sebagian koleksi di perpustakaan itu juga merupakan koleksi lama dan belum ada penambahan koleksi baru.
”Seharusnya dengan bangunan baru yang megah, koleksi yang ada juga bagus. Kegiatan-kegiatan juga masih jarang dan orang belum banyak yang datang,” kata Andi.
Herlina, koordinator pelayanan perpustakaan, mengungkapkan, koleksi buku di perpustakaan itu sebenarnya sudah banyak. Namun, belum semua koleksi tersebut bisa ditampilkan sekaligus. Hal ini karena perpustakaan itu masih dalam penataan dan juga belum diresmikan.
Di perpustakaan itu, terdapat 67.405 eksemplar koleksi dengan total 24.346 judul. Sebagian merupakan koleksi lama dan beberapa lainnya baru dibeli pada tahun 2022. Jumlah itu sangat jomplang jika dibandingkan perpustakaan milik Pemprov DKI Jakarta dengan koleksi 1,6 juta eksemplar.
”Tahun lalu ada pengadaan buku sebanyak 29.000 eksemplar dengan total 4.000 judul. Total anggaran Rp 2 miliar,” kata Herlina
Seharusnya dengan bangunan baru yang megah, koleksi yang ada juga bagus.
Herlina menuturkan, jenis dan judul buku di perpustakaan itu tentu belum bisa memenuhi minat baca semua orang. Oleh karena itu, sejak tahun lalu, pengadaan buku dilakukan dengan pendekatan kebutuhan masyarakat. Kuisioner disebar ke masyarakat, perguruan tinggi, dan pelajar, untuk mengetahui jenis dan judul buku yang digemari. Hasil survei tersebut dijadikan rujukan untuk pengadaan tahun lalu.
Sejauh ini, ribuan buku masih didata dan ditata. Setelah semua masuk dalam basis data, buku baru akan ditempatkan di lantai satu untuk menarik minat pengunjung. Koleksi buku akan ditata hingga lantai lima dari tujuh lantai perpustakaan ini.
Menurut Herlina, saat ini, juga telah ada buku digital yang bisa dipinjam masyarakat. Total buku digital sekitar 2.500 judul yang bisa diakses melalui aplikasi. Bukan hanya itu, pihaknya juga menyiapkan koleksi jurnal meski masih menumpang di laman Perpustakaan Nasional.
Ke depan, Herlina menambahkan, pihaknya juga akan berusaha meningkatkan kunjungan anak muda. Saat ini, perpustakaan itu hanya dikunjungi 100-200 orang dalam sehari. Pengunjung sebagian besar adalah mahasiswa dan pelajar.
Upaya tersebut dilakukan dengan memfasilitasi kegiatan mahasiswa, pegiat literasi, dan masyarakat. Selain itu, juga melakukan kolaborasi dengan komunitas yang dituangkan dalam berbagai kegiatan dan pelatihan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sultra Nur Saleh menyampaikan, pihaknya berusaha agar perpustakaan itu bisa menjadi pusat literasi, kegiatan kebudayaan, dan ruang kreatif anak muda. Selain fasilitas ruangan dan gedung, akan ditambah koleksi buku asing dan berbagai jurnal ilmiah yang bebas diakses masyarakat.
Tahun ini, Pemprov Sultra juga telah menyiapkan anggaran Rp 2 miliar untuk pengadaan buku. Setelah adanya survei minat bacaan masyarakat, diketahui beberapa genre yang tinggi peminat adalah sosial, hukum, ilmu terapan, lingkungan, dan sastra.
”Sejauh ini koleksi kami memang belum terlalu sesuai perkembangan zaman. Oleh karena itu, perlahan kami penuhi keinginan masyarakat, sembari berbenah untuk menjadi tempat yang ramai didatangi masyarakat. Tujuan kami perpustakaan ini menjadi lokasi wisata edukasi sekaligus untuk mengerek minat baca masyarakat,” kata Nur Saleh