Ceruk Pasar Asia Tenggara Terbuka Diisi Produk UMKM Nasional
Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia membuka peluang sekaligus memfasilitasi ekspor bagi usaha mikro, kecil, dan menengah dengan target pasar Asia Tenggara.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Ceruk pasar di kawasan Asia Tenggara masih sangat terbuka diisi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah Indonesia. Karena itu, pelaku usaha mesti terus didorong serta didampingi untuk menghasilkan produk terbaik.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Himpunan Pengusaha Mikro dan Kecil Indonesia (Hipmikindo) Syahnan Phalipi mengatakan, kondisi perekonomian pada 2023 dibayangi ketidakpastian dan diprediksi lebih berat. UMKM diharapkan tetap menjadi tulang punggung menjaga langkah perekonomian nasional.
Sebagai organisasi yang menaungi UMKM, Hipmikindo akan menjalankan peranan sebagai fasilitator untuk memberikan akses yang lebih baik kepada UMKM. Para pelaku UMKM akan dibantu dalam pengurusan perizinan usaha, sertifikasi halal produk, hingga akses masuk pasar dalam ataupun luar negeri.
”Untuk menghadapi tahun 2023, UMKM tidak hanya harus memperkuat pasar dalam negeri, tetapi juga harus bisa ekspor. Targetnya negara-negara ASEAN (Asia Tenggara) dulu,” kata Syahnan di sela-sela kegiatan Pelantikan Pengurus Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Hipmikindo Kalimantan Selatan Masa Bakti 2022-2027 di Banjarmasin, Selasa (17/1/2023).
Peluang mengisi pasar Asia Tenggara sangat besar. Menurut Syahnan, ia baru saja berkunjung ke Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dari sana, ada kesepahaman antara negara-negara ASEAN untuk bersama-sama memperkuat diri supaya kebutuhan dalam negerinya jangan sampai disubstitusi oleh negara lain. Kalau ada kebutuhan di negara sendiri, maka yang harus didahulukan adalah produk-produk dalam negeri.
”Jika produk UMKM sudah diproduksi dan dipakai di dalam negeri, maka harus ditingkatkan untuk bisa ekspor, setidaknya ke negara ASEAN dulu. Ekspor di antara negara-negara ASEAN ini juga relatif lebih mudah,” tuturnya.
Salah satu pendekatan untuk ekspor di negara-negara ASEAN, lanjutnya, dengan merangkul diaspora Indonesia di negara-negara tersebut. Para diaspora Indonesia diharapkan bisa menjadi agen produk UMKM Indonesia di luar negeri.
”Kami juga sudah mengajak diaspora Indonesia bergabung di Hipmikindo,” ujarnya.
Dengan adanya peluang menembus pasar ASEAN, kualitas produk UMKM harus betul-betul diperhatikan. Syahnan meminta agar produk-produk UMKM harus memenuhi standar nasional dan internasional.
”Kalau produk UMKM bagus dan berkualitas, orang juga tidak akan memilih produk impor untuk kebutuhan di dalam negeri,” katanya.
Syahnan memastikan Hipmikindo akan terus memperkuat aksesibilitas bagi UMKM. Selain itu, dilakukan pendidikan dan pelatihan terus-menerus, advokasi tentang kewirausahaan yang baik, konsultasi tentang cara memproduksi pangan olahan yang baik, serta pendampingan berkelanjutan.
”Saya berharap UMKM dari Kalimantan Selatan bisa menjadi pendorong kesuksesan UMKM di Indonesia. Meskipun tahun 2023 ini penuh dengan ketidakpastian, UMKM diharapkan tetap unggul sebagai tulang punggung perekonomian,” katanya.
Ketua DPD Hipmikindo Kalsel Sutjipto mengatakan, banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Salah satunya meningkatkan perekonomian para pelaku UMKM yang menjadi anggota Hipmikindo. Untuk itu, produk-produk UMKM harus dipromosikan agar laku terjual.
”Di samping kegiatan pendampingan dan pelatihan, kami juga menyiapkan tempat (lapak) untuk menjual produk UMKM. Kami sudah melakukan pendekatan dengan media massa supaya bisa membantu publikasi produk-produk UMKM,” katanya.
Sangat seksi
Menurut Sutjipto, UMKM adalah salah satu sektor yang sangat seksi. Karena itu, banyak yang tertarik untuk membina UMKM. Pembinaan UMKM saat ini tidak hanya dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ataupun oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Kalsel, tetapi juga hampir dilakukan semua perbankan, badan usaha milik negara (BUMN), serta perusahaan swasta.
”Kami akan terus berkoordinasi dan berkolaborasi dengan pemerintah, perbankan, BUMN, dan perusahaan swasta dalam membina dan memajukan UMKM. Kami ingin membangun perekonomian melalui UMKM yang ada di Kalsel,” katanya.
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kalsel Gusti Yanuar Noor Rifai sebelumnya menyampaikan, digitalisasi UMKM bisa menjadi upaya meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses bisnis dan operasional UMKM. Dengan digitalisasi, para pelaku UMKM bisa lebih menghemat modal karena tidak harus memiliki toko fisik agar produk bisa dikenal.
”Untuk mendukung UMKM go digital, kami telah melaksanakan berbagai macam pelatihan dengan dana yang bersumber dari APBD maupun APBN. Pelatihan tidak hanya dilaksanakan di Banjarmasin, tetapi juga di kabupaten/kota lain di Kalsel,” katanya.