Program akselerasi UMKM berorientasi ekspor di Kalimantan atau Pamor Borneo pada 2021 diselenggarakan di Singapura. Kegiatan pameran tersebut diharapkan dapat memacu ekspor produk-produk UMKM dari Kalimantan.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Pemerintah bersama Bank Indonesia mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah di Kalimantan berorientasi ekspor dengan mengikuti pameran di Singapura. Ajang pameran itu diharapkan dapat memacu ekspor produk-produk UMKM, terutama dari tiga provinsi di Kalimantan.
Sebanyak 19 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) unggulan dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat yang lulus kurasi produk mengikuti kegiatan ”Pamor Borneo” 2021 di Suntec City Mall, Singapura, 14-29 Agustus 2021. Ada delapan UMKM di bidang aksesori dan busana, lima di bidang dekorasi rumah, serta enam di bidang makanan dan minuman.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalsel Amanlison Sembiring mengatakan, pihaknya pada tahun ini bekerja sama dengan Kantor Perwakilan BI Singapura melaksanakan program akselerasi UMKM berorientasi ekspor di Kalimantan atau Pamor Borneo. Ini adalah kegiatan promosi perdagangan, yang meliputi pameran produk UMKM dari Kalsel serta dari Kalteng dan Kalbar.
”Kami berkolaborasi dan bersinergi dengan berbagai pihak untuk mendukung pengembangan UMKM sebagai sumber kekuatan baru perekonomian nasional. Caranya, mendorong UMKM wilayah Kalimantan go export dan menembus pasar Singapura,” katanya lewat keterangan tertulis di Banjarmasin, Selasa (24/8/2021).
Kegiatan Pamor Borneo 2021 merupakan kelanjutan dari program akselerasi UMKM berorientasi ekspor Bank Indonesia Kalimantan Selatan atau Pamor Baintan 2020. Kegiatan Pamor Baintan pada tahun lalu antara lain pelepasan ekspor 189 ton udang dari kelompok pembudidaya udang tambak binaan BI Kalsel, penyelenggaraan pelatihan ekspor, dan kurasi produk.
Menurut Amanlison, UMKM memiliki peran penting bagi perekonomian karena jumlahnya mencapai 64 juta atau 99,9 persen dari keseluruhan usaha yang beroperasi di Indonesia. Untuk itu, diperlukan upaya untuk memperkuat UMKM sehingga dapat bertahan di masa pandemi serta dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia di masa yang akan datang.
”Kantor Perwakilan BI di Kalimantan selalu aktif bersinergi dengan pemerintah daerah, Dewan Kerajinan Nasional Daerah, instansi dan lembaga vertikal, serta perbankan untuk menghasilkan sejumlah program konkret dalam pengembangan UMKM sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru melalui korporatisasi, peningkatan kapasitas, dan pembiayaan,” katanya.
Penjabat Gubernur Kalsel Safrizal ZA mengatakan, kolaborasi adalah kata kunci yang harus dipegang dalam kegiatan bina UMKM. Dengan kolaborasi, beberapa perusahaan besar di Kalsel juga terlibat dalam pendampingan UMKM sehingga usaha-usaha yang dijalankan masyarakat itu berkembang dan produknya layak ekspor.
”Industri atau usaha mikro dan kecil membutuhkan banyak asuhan sebelum menjadi besar. Jadi, kami tidak memelihara usaha yang kecil terus menjadi kecil. Yang kami kehendaki adalah yang mikro menjadi kecil, yang kecil menjadi menengah, dan yang menengah menjadi besar,” ujarnya.
Standar internasional
Menurut Safrizal, kualitas produk UMKM akan terus ditingkatkan agar bernilai ekspor tinggi. Standardisasi produk dengan merek dan pengemasan yang bagus harus bisa dihasilkan. ”Kami minta pengemasannya mendekati standar internasional. Hanya dengan begitu, produk-produk UMKM Kalsel bisa bersaing di level internasional,” katanya.
Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo mengatakan, Borneo merupakan daerah yang sudah mendunia dan sangat terkenal, termasuk di Singapura. Untuk itu, jangan sampai Borneo hanya sekadar menjadi daerah pengekspor produk-produk sumber daya alam, tetapi harus bisa juga mengekspor produk-produk kreatif, misalnya perhiasan, batu permata, dan produk rotan.
”Kegiatan Pamor Borneo ini adalah momentum bagi para pelaku UMKM di Kalimantan untuk menembus pasar ekspor. Kuncinya bagaimana bisa konsisten menjaga kualitas produk, memperbarui dan menyesuaikan dengan kebutuhan pasar, serta kreatif dan tak pernah berhenti berjuang,” katanya.
Menurut Suryopratomo, Singapura adalah negara di Asia Tenggara yang mempunyai perjanjian perdagangan dengan semua negara di dunia walaupun mereka tidak mempunyai produk untuk diekspor. ”Kalau bisa berkolaborasi, ini tentu menjadi sesuatu yang sangat luar biasa. Kolaborasi antara Indonesia, khususnya Borneo, dan Singapura inilah yang diharapkan,” ujarnya.