Bantuan Korban Gempa Maluku Dikirim dari Ambon Menggunakan Kapal Perintis
Bantuan dari Ambon akan tiba paling cepat dua hari tergantung kondisi cuaca. Sebagian warga masih mengungsi di perbukitan.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
SAUMLAKI, KOMPAS — Bantuan logistik bagi warga terdampak gempa di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Maluku Barat Daya, Maluku, dikirim dari Kota Ambon melalui jalur laut. Diperkirakan, bantuan akan tiba di sana paling cepat dua hari tergantung kondisi cuaca perairan.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan di Pemerintah Provinsi Maluku Meikyal Pontoh pada Selasa (10/1/2023) mengatakan, bantuan untuk korban gempa langsung dikirim dari Ambon pada Selasa malam ini. Pengiriman itu menggunakan kapal perintis.
Bantuan itu, kata Meikyal, berupa beras, makanan siap saji, tenda, kasur, peralatan dapur, selimut, perlengkapan wanita, dan perlengkapan bayi. Ada juga paket obat-obatan. Diperkirakan, bantuan akan tiba di sana paling cepat dua hari tergantung kondisi cuaca perairan.
Sebelumnya, gempa berkekuatan Magnitudo 7,5 merusak puluhan bangunan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Satu terluka dan ratusan lainnya mengungsi ke perbukitan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, gempa yang berpusat di Laut Banda itu terjadi pada Selasa pukul 02.47 WIT. Gempa pada kedalaman 130 kilometer dan berpotensi menimbulkan tsunami. Namun, hingga status peringatan dini tsunami diakhiri, tidak ada laporan terjadinya tsunami.
Guncangan akibat gempa paling terasa di hampir seluruh wilayah Kepulauan Tanimbar yang terletak di sisi timur pusat gempa. Skala intensitasnya mencapai V MMI (modified mercalli intensity). Warga berlari ke luar rumah. Sejumlah warga hingga kini masih mengungsi.
”Guncangannya kuat sekali. Bisa sampai 5 detik. Semua orang bangun dan lari. Ada yang jatuh saat lari, ada juga yang tertimpa dinding runtuh,” kata Yanti Semangun (38), warga Saumlaki, lewat sambungan telepon. Saumlaki merupakan ibu kota Kepulauan Tanimbar.
Gundukan lumpur
Tidak hanya guncangan gempa yang membuat warga panik. Setelah gempa, muncul gundukan lumpur di tengah laut dekat Desa Teniman, Kecamatan Wuarlabobar, Kabupaten Kepulauan Tanimbar. Fenomena itu membuat warga memilih tinggal di perbukitan.
Kepala Desa Teniman Boni Kelmaskosu mengatakan, panjang gundukan lumpur itu hingga belasan meter. ”Seperti gunung lumpur yang tumbuh dari dasar laut. Di situ, laut dalam dan dasarnya karang. Tinggi gundukan di atas permukaan laut sampai sekitar 7 meter,” katanya.
Menurut Boni, selama belum ada penjelasan resmi dari pemerintah, masyarakat masih menganggap bahwa fenomena itu pertanda akan datang bencana susulan. ”Oleh karena itu, masyarakat belum berani turun ke rumah di pesisir pantai,” ujarnya.
Djati Cipto Kuncoro, Kepala Stasiun Geofisika Ambon, mengatakan, peringatan dini tsunami sudah diakhiri sekitar 2 jam setelah gempa. Namun, Djati tetap mengingatkan masyarakat agar terus memantau informasi dari lembaga resmi. Masyarakat jangan percaya sumber yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
”Bagi masyarakat yang melakukan evakuasi di ketinggian, itu sudah menjadi bagian dari kesiapsiagaan. Apabila peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir, masyarakat sudah dapat kembali ke rumahnya masing masing,” tutur Djati.
Data kerusakan
Abdul Muhari, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana, melaporkan, satu warga terluka. Gempa menimbulkan kerusakan bangunan di Kabupaten Kepulauan Tanimbar dan Kabupaten Maluku Barat Daya. Pusat gempa berada di antara dua daerah itu.
Di Kepulauan Tanimbar, sebanyak 8 rumah rusak berat, 4 rusak sedang, dan 80 rusak ringan. Sejumlah fasilitas umum juga rusak, seperti kantor bupati, tribune Lapangan Mandriak, gedung SMA Negeri 1 Saumlaki, dan gedung SMA Kristen Saumlaki.
Sementara itu, kerusakan di Kabupaten Maluku Barat Daya terdiri dari 9 rumah rusak berat dan 23 rusak ringan. Ada pula 2 gedung sekolah yang rusak berat. Wilayah dengan kerusakan terbanyak di Kecamatan Dawelor Dawera.
Guncangan gempa bahkan dirasakan warga di luar wilayah Maluku. Laporan itu diperoleh dari sejumlah kota di Papua, seperti Merauke, Nabire, dan Wamena. Selain itu juga terasa hingga ke sejumlah wilayah di Nusa Tenggara Timur, seperti Lembata, Malaka, Belu, Timor Tengah Selatan, Kupang, Sabu, Rote, dan Kota Kupang.