Gempa M 7,5 di Laut Banda, Korban dan Kerusakan Masih Didata
Warga yang tinggal dekat pusat gempa belum bisa terhubung.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Guncangan gempa dengan magnitudo 7,5 (sebelumnya disebutkan M 7,9) berpusat di Laut Banda, Provinsi Maluku, pada Selasa (10/1/2023) dini hari terasa hingga ke sejumlah provinsi terdekat. Gempa pada kedalaman 130 kilometer itu berpotensi tsunami. Hingga Selasa pagi, jumlah korban dan kerusakan masih didata.
Menurut laporan BMKG, guncangan gempa pada pukul 2.47 WIT itu terasa paling kuat di Saumlaki, ibu kota Kabupaten Kepulauan Tanimbar, yang terletak di sisi timur pusat gempa. Skala intensitasnya mencapai V MMI. Getaran itu dirasakan hampir semua penduduk.
”Guncangannya kuat sekali. Bisa sampai 5 detik. Semua orang bangun dan lari. Ada yang jatuh saat lari, ada juga yang tertimpa dinding yang runtuh,” kata Yanti Semangun (38), warga Saumlaki yang dihubungi, Selasa pagi.
Di Dobo, ibu kota Kabupaten Kepulauan Aru dan Tiakur, ibu kota Kabupaten Maluku Barat Daya, guncangan terasa hingga skala intensitasnya IV MMI. Guncangan itu menimbulkan kepanikan.
Anos Yeremias, anggota DPRD Provinsi Maluku yang berada di Pulau Kisar, bagian barat Tiakur, melaporkan, warga langsung berlari ke ketinggian karena khawatir terjadi tsunami. Setelah menunggu hingga matahari terbit pada Selasa pagi, mereka baru berani pulang ke rumah di pesisir pantai.
Gucangan gempa juga terasa hingga ke sejumlah daerah di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan beberapa wilayah provinsi di Pulau Papua. NTT berada di selatan pusat gempa, sedangkan Papua berada di sisi timur pusat gempa. Guncangan yang terasa hingga III MMI.
Di NTT, guncangan dirasakan warga di Kabupaten Lembata, Malaka, Belu, Timor Tengah Selatan, Kupang, Sabu, Rote, dan Kota Kupang. Di Papua, guncangan terasa di Merauke, Nabire, dan Wamena.
Guncangannya kuat sekali. Bisa sampai 5 detik. Semua orang bangun dan lari
Hingga Selasa pagi, beredar gambar dampak gempa seperti tembok rumah yang runtuh dan warga yang terluka. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Maluku Ismail Usemahu mengatakan, pihaknya masih menunggu laporan dari lapangan.
Lebih lanjut Yanti Semangun menambahkan, wilayah Kabupaten Kepulauan Tanimbar yang paling dekat dengan pusat gempa adalah Pulau Seira dan sekitarnya. Banyak desa di sana belum terkoneksi dengan jaringan telepon dan internet.
Warga di beberapa desa yang terjangkau akses itu telah mengirim foto-foto kerusakan bangunan. ”Kami kontak kerabat kami di sana, tetapi nomor mereka tidak aktif. Semoga tidak terjadi hal buruk di sana,” katanya.
Djati Cipto Kuncoro, Kepala BMKG, Stasiun Geofisika Ambon, mengatakan, peringatan dini tsunami sudah diakhiri sekitar dua jam setelah gempa. Djati juga mengingatkan masyarakat agar memantau informasi dari lembaga resmi.
”Khususnya bagi masyarakat yang sudah melakukan evakuasi di ketinggian, ini sudah menjadikan bagian dari kesiapsiagaan. Jika peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir, masyarakat sudah dapat kembali ke rumahnya masing-masing,” kata Djati.