Rawan Bencana Hidrometeorologi, Pelayanan dari Manado ke Kepulauan Masih Lancar
Pelayaran yang menghubungkan Manado dengan Kepulauan Nusa Utara dan Maluku Utara tetap berjalan lancar terlepas dari adanya ancaman cuaca buruk. Masyarakat diimbau untuk terus mewaspadai bencana hidrometeorologi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Pelayaran yang menghubungkan Manado dengan Kepulauan Nusa Utara dan Maluku Utara tetap berjalan lancar terlepas dari adanya ancaman cuaca buruk. Pada saat yang sama, masyarakat di seluruh wilayah Sulawesi Utara diimbau mewaspadai bahaya bencana hidrometeorologi.
Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Manado R Sadeli, Senin (9/1/2023), mengatakan, belum ada penundaan keberangkatan maupun kedatangan kapal sejak 18 Desember 2022 ketika masa angkutan Natal dan Tahun Baru dimulai. Cuaca masih relatif bersahabat sehingga pelayaran dapat terus berlangsung.
”Sesuai arahan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), masih memungkinkan. Tinggi gelombang masih antara 1,5 meter sampai 2 meter. Bahkan kapal cepat (Majestic Kawanua relasi Manado-Sitaro-Tahuna) masih bisa berlayar. Harusnya kalau gelombang sudah 2 meter, tidak boleh berlayar,” kata Sadeli melalui telepon.
Selama 22 hari masa angkutan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, 103 kapal meninggalkan Manado dengan mengangkut 24.256 penumpang, meningkat 21 persen dari tahun 2021. Adapun kapal yang bersandar ke Pelabuhan Manado dari Nusa Utara maupun Maluku Utara mencapai 102 kapal dengan total penumpang 17.975 orang, naik 47,26 persen ketimbang tahun sebelumnya.
Kendati demikian, rata-rata tingkat keterisian kapal cenderung rendah, hanya 55 persen untuk kapal yang bertolak dari Manado serta 42 persen yang merapat ke Manado. ”Memang ada kewaspadaan soal cuaca buruk, tetapi tugas dari pemerintah pusat tetap kami jalankan,” ujar Sadeli.
Setiap hari selama masa angkutan Natal dan Tahun Baru, yaitu 18 Desember 2022 hingga 8 Januari 2023, rata-rata ada lima kapal berangkat dan lima kapal berlabuh di Pelabuhan Manado. Tren itu juga berlanjut hingga kini, sehari setelah pos komando Natal dan Tahun Baru ditutup.
”Hari ini ada tujuh kapal berangkat ke Talaud, Sangihe, dan Sitaro, juga Ternate dan sekitarnya. Yang datang ada lima kapal. Kami selalu update informasi dengan BMKG. Kalau ramalan cuaca buruk, kami akan langsung sampaikan kepada nakhoda di tiap kapal. Mereka juga kami imbau untuk saling bertukar informasi,” kata Sadeli.
Sebelumnya, prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Bitung BMKG, Audia Azizah Azani, mengatakan, gelombang dengan tinggi antara 1,25-2,5 meter akan melanda beberapa wilayah perairan, termasuk Laut Sulawesi di bagian tengah dan timur, serta perairan Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, dan wilayah timur Kepulauan Sitaro.
Laut Maluku yang harus dilintasi kapal-kapal penumpang dari Manado untuk menuju Ternate, Jailolo, Sanana, dan Morotai juga rentan dilanda gelombang hingga 2,5 meter. Pada umumnya, arah angin bertiup dari barat ke utara dengan kecepatan 6-25 knot,” kata Audia melalui keterangan resmi.
BMKG pun merekomendasikan kapal feri tidak diberangkatkan jika kecepatan angin melampaui 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter. Aktivitas bahari lain, seperti menangkap ikan bagi nelayan tradisional, juga tidak dianjurkan jika angin berembus dengan kecepatan melebih 15 knot dengan tinggi gelombang di atas 1,25 meter.
Sementara itu, Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado BMKG juga menerbitkan peringatan dini akan kemungkinan cuaca ekstrem selama sepekan, antara Sabtu hingga Kamis (7-12/1/2023). Bencana hidrometeorologi seperti banjir, angin kencang, puting beliung, tanah longsor, dan bahkan hujan es bisa datang kapan saja.
Dhira Utama, Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado, mengatakan, parameter El Nino Southern Oscillation (ENSO) pada Indeks Nino 3.4 menunjukkan angka -0,56. Nilai yang mengindikasikan cuaca normal berada pada rentang plus 0,5 hingga minus 0,5.
”Artinya, akan ada peningkatan hujan signifikan. Terdapat potensi sistem sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Sulut. Ini akan meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan, terlebih khusus di wilayah kabupaten kepulauan (Nusa Utara),” katanya.
Anomali suhu muka laut di Laut Sulawesi saat ini bernilai 1-4 derajat celsius sehingga dapat menambah massa uap air di atmosfer. Kondisi itu juga memengaruhi pertumbuhan awan kumulonimbus hingga berujung dengan turunnya hujan lebat diiringi angin kencang.
Di Manado, saat ini, hujan dan angin kencang sedang melanda. Pohon tumbang di beberapa daerah, seperti di Jalan Sudirman. Sebuah mobil tertimpa sebatang pohon tepat di depan Hotel Sintesa Peninsula, Jumat (6/1/2023).
Terkait hal ini, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Joy Oroh mengatakan, instansi yang terkait dengan kebencanaan seperti BPBD, BMKG, dan Kantor Pencarian dan Penyelamatan (SAR) Manado telah saling berkoordinasi dan bersiaga. Ia pun meminta masyarakat, terutama yang tinggal di wilayah pesisir dan perbukitan untuk selalu waspada.