Cuaca Ekstrem, Sulut Rawan Bencana hingga Sepekan ke Depan
Potensi bencana hidrometeorologi membayangi setidaknya 13 dari 15 kabupaten dan kota di Sulut hingga sepekan ke depan akibat fenomena La nina. Pemerintah daerah diimbau memitigasi bencana dengan memperbaiki drainase.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·3 menit baca
TOMOHON, KOMPAS — Potensi bencana hidrometeorologi membayangi setidaknya 13 dari 15 kabupaten dan kota di Sulawesi Utara hingga sepekan ke depan akibat fenomena La Nina. Pemerintah daerah diimbau untuk memitigasi bencana, salah satunya dengan memperbaiki sistem drainase.
Kepala Stasiun Meteorologi Sam Ratulangi Manado Dhira Utama menyatakan, musim hujan di Sulut kemungkinan besar diwarnai cuaca ekstrem hingga Minggu (13/11/2022). Beberapa bentuknya antara lain hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.
Hal ini diindikasikan oleh parameter El Nino Southern Oscillation (ENSO) pada Indeks Nino 3.4 yang menunjukkan angka minus 0,75. ”Angka yang mengindikasikan cuaca normal berada pada rentang plus 0,5 hingga minus 0,5. Ini menunjukkan La Nina aktif. Artinya, akan ada peningkatan hujan secara umum di wilayah Indonesia,” katanya melalui siaran pers, Selasa (8/11/2022),
Lebih detail, lanjut Dhira, terdapat sistem sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan serta perlambatan kecepatan angin di sisi utara Sulut. Fenomena ini akan memicu terbentuknya awan hujan. Pada saat yang sama, suhu muka air laut di Laut Sulawesi yang hangat akan menyebabkan lebih banyak uap air yang dilepas ke atmosfer.
”Kondisi tersebut memengaruhi pertumbuhan awan kumulonimbus yang semakin intens. Ini dapat mengakibatkan cuaca ekstrem. Dampaknya adalah bencana hidrometeorologi, termasuk terbentuknya genangan air, banjir bandang, dan tanah longsor,” kata Dhira.
Karena itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk memastikan infrastruktur dan sistem tata kelola sumber daya air dapat menahan kerusakan akibat peningkatan curah hujan. Selain itu, diperlukan langkah antisipatif lain, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan menebangi pohon, serta menertibkan baliho semipermanen yang rawan rubuh.
Menurut prediksi, dari 15 kabupaten/kota di Sulut, hanya Kabupaten Kepulauan Sitaro dan Kepulauan Talaud yang menghadapi risiko bencana paling kecil. Daerah-daerah lain diharapkan segera menggelontorkan dana untuk perbaikan infrastruktur, seperti drainase, utamanya di Manado yang memiliki riwayat terkena banjir bandang besar pada 2014.
Hasil audit Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menyebutkan, bencana pada 2014 itu menewaskan sedikitnya 19 orang. Sebanyak 810 rumah hanyut, sedangkan 6.590 lainnya rusak sedang hingga berat. Sekitar 40.000 orang terpaksa mengungsi. Total kerugian akibat banjir bandang itu mencapai Rp 1,87 triliun.
Mengantisipasi potensi bencana, kini sedang berlangsung perbaikan drainase di beberapa ruas jalan di Kecamatan Wanea. Warga diminta memaklumi penutupan akses ke beberapa jalan protokol, seperti Jalan Sam Ratulangi.
”Ini karena kami sedang melaksanakan pelebaran drainase. Makanya, kami memohon maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang timbul. Ini untuk kepentingan masyarakat,” ujar Atto RM Bullo, Asisten 2 Bidang Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Manado.
Sebelumnya, pada Agustus 2022, pemerintah membagikan dana Rp 75 miliar kepada 87 kelurahan di Manado pada Agustus 2022. Saat itu, Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Manado Peter Eman menyebut dana yang dibagikan itu digunakan antara lain untuk perbaikan drainase, talud sungai, dan jalan.
Sementara itu, di Tondano, Minahasa, banjir bandang menerjang Kelurahan Papakelan, Sabtu (5/11/2022), setelah hujan deras mengguyur. Setidaknya tiga rumah dilaporkan hanyut. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
Pascabencana tersebut, Gubernur Sulut Olly Dondokambey menyalurkan bantuan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kepada pemilik 205 rumah. Sebanyak tujuh keluarga menerima dana Rp 10 juta karena rumahnya rusak berat. Enam belas rumah warga yang rusak sedang diberi dana Rp 5 juta, sedangkan 182 lainnya yang rusak ringan mendapatkan dana Rp 2,5 juta.
Olly juga menyalurkan berbagai logistik, seperti matras, selimut, mi instan, dan sabun mandi. ”Semoga Tuhan menolong kita semua,” ujar Olly.